Teks -- Matius 22:1-36 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 22:11 - BERPAKAIAN PESTA.
Nas : Mat 22:11
Banyak orang yang mengaku menjadi anggota Kerajaan Sorga di atas
muka bumi ini tidak memakai pakaian pesta sehingga mereka tidak te...
Nas : Mat 22:11
Banyak orang yang mengaku menjadi anggota Kerajaan Sorga di atas muka bumi ini tidak memakai pakaian pesta sehingga mereka tidak termasuk golongan orang yang terpilih (ayat Mat 22:14). "Pakaian pesta" melambangkan kesiapan -- sekarang sudah memiliki iman yang benar pada Kristus dan ketaatan yang terus-menerus yang dimungkinkan oleh kasih karunia Kristus (bd. Mat 24:44; 25:21). Kristus menunjuk orang yang tidak berpakaian pesta itu agar membuat kita sekalian mawas diri dan bertanya, "Tuhan, sayakah orang itu ?"
Full Life: Mat 22:14 - SEDIKIT YANG DIPILIH.
Nas : Mat 22:14
Panggilan untuk memperoleh keselamatan ditujukan kepada banyak
orang. Akan tetapi, sedikit orang yang terpilih untuk mewarisi Keraj...
Nas : Mat 22:14
Panggilan untuk memperoleh keselamatan ditujukan kepada banyak orang. Akan tetapi, sedikit orang yang terpilih untuk mewarisi Kerajaan Sorga yaitu, mereka yang menanggapi panggilan Allah, bertobat dari dosanya dan percaya kepada Kristus. Menanggapi kasih karunia Allah dengan menjalankan kehendak bebas kita akan menjadikan kita umat pilihan Allah
(lihat art. PEMILIHAN DAN PREDESTINASI).
Full Life: Mat 22:30 - ORANG TIDAK KAWIN.
Nas : Mat 22:30
Lihat cat. --> Mr 12:25.
[atau ref. Mr 12:25]
Jerusalem: Mat 22:1-13 - -- Perumpamaan itu mempunyai banyak ciri sebuah alegoria, sama seperti perumpamaan di atas (Mat 21:33-41); maksudnya juga sama. Raja itu ialah Allah, per...
Perumpamaan itu mempunyai banyak ciri sebuah alegoria, sama seperti perumpamaan di atas (Mat 21:33-41); maksudnya juga sama. Raja itu ialah Allah, perjamuan kawin melambangkan kebahagiaan di zaman Mesias, sedangkan anak raja itu tidak lain kecuali Mesias; hamba-hamba yang disuruh raja ialah para nabi dan rasul; para undangan yang tidak mengindahkan undangan atau menganiaya hamba-hamba raja itu orang Yahudi, sedangkan mereka yang dikumpulkan dari jalan adalah orang berdosa dan kaum kafir; kota yang terbakar ialah Yerusalem yang dimusnahkan. Mulai dengan Mat 22:11 arah pandangan bergeser dan cerita mengenai penghakiman terakhir. Rupanya Matius menggabungkan dua perumpamaan, sebuah yang serupa dengan perumpamaan Luk 14:16-24, dan sebuah lain yang kata penutupnya terdapat dalam Mat 22:11; siapa yang menanggapi undangan harus memakai pakaian pesta perkawinan, artinya: perbuatan benar harus menyertai kepercayaan, bdk Mat 3:8; Mat 5:20; Mat 7:21; Mat 13:47 dst.; Mat 21:28 dst.
Jerusalem: Mat 22:14 - -- Perkataan ini rupanya lebih bersangkutan dengan bagian kedua. Orang yang dipilih bukanlah orang pilihan pada umumnya, melainkan orang-orang Yahudi yan...
Perkataan ini rupanya lebih bersangkutan dengan bagian kedua. Orang yang dipilih bukanlah orang pilihan pada umumnya, melainkan orang-orang Yahudi yang sebagai yang pertama diundang. Perumpamaan itu tidak mengatakan dan tidak memustahilkan bahwa ada "sedikit" di antaranya yang menanggapi undangan dan menjadi "orang pilihan", bdk Mat 24:22+.
Jerusalem: Mat 22:16 - orang-orang Herodian Ialah mereka yang mendukung wangsa Herodes, Mar 3:6+, dan memang siap melapor kepada pejabat-pejabat Roma apa yang akan dikatakan Yesus melawan Kaisar...
Ialah mereka yang mendukung wangsa Herodes, Mar 3:6+, dan memang siap melapor kepada pejabat-pejabat Roma apa yang akan dikatakan Yesus melawan Kaisar, sebagaimana mereka harapkan.
Jerusalem: Mat 22:21 - -- Oleh karena dengan tindakannya mengakui wewenang dan keuntungan yang dibawa oleh kekuasaan Roma, sebagaimana dilambangkan oleh mata uang itu, maka ora...
Oleh karena dengan tindakannya mengakui wewenang dan keuntungan yang dibawa oleh kekuasaan Roma, sebagaimana dilambangkan oleh mata uang itu, maka orang Yahudi juga wajib memberi hormat serta sumbangan materiil (pajak) kepada kekuasaan Roma, asalkan tidak dengan merugikan apa yang harus disampaikan kepada kekuasaan lebih tinggi, yaitu Allah.
Jerusalem: Mat 22:23 - orang Saduki Ialah golongan orang Yahudi, Mat 3:7+, yang hanya menerima tradisi yang tertulis (Kitab Suci) saja, terutama Kitab Taurat. Mereka menekankan bahwa aja...
Ialah golongan orang Yahudi, Mat 3:7+, yang hanya menerima tradisi yang tertulis (Kitab Suci) saja, terutama Kitab Taurat. Mereka menekankan bahwa ajaran tentang kebangkitan badan tidak terdapat dalam tradisi tertulis itu, bdk 2Ma 7:9; di bidang itu orang Farisi berbeda pendapat dengan orang Saduki. Bdk Kis 4:1+; Kis 23:8+.
Jerusalem: Mat 22:32 - -- Kalau Allah melindungi seseorang atau suatu bangsa begitu rupa sehingga menjadi "Allah mereka", maka tak mungkin perlindunganNya itu kurang sempurna a...
Kalau Allah melindungi seseorang atau suatu bangsa begitu rupa sehingga menjadi "Allah mereka", maka tak mungkin perlindunganNya itu kurang sempurna atau pura-pura saja, sehingga orang atau bangsa itu masih dapat jatuh binasa. Bahwasanya kasih Allah benar-benar abadi belum jelas dipahami atau dinyatakan oleh pewahyuan alkitabiah semula. Karena itu orang percaya akan adanya "Syeol", dunia orang mati, tanpa kebangkitan (Yes 3:10-20; Maz 6:6; Maz 88:11-13)., Orang Saduki berpegang teguh pada kepercayaan tradisionil itu, Kis 23:8+. Tetapi wahyu Tuhan memang maju dan lama kelamaan wahyu alkitabiah memahami dan meneguhkan bahwa kasih Allah memang abadi, sehingga tidak membiarkan orang benar jatuh binasa, Maz 16:10-11; Maz 49:16; Maz 73:24; maka dinyatakan bahwa orang akan hidup kembali, Wis 3:1-9, seluruh manusia termasuk kejasmaniannya, Dan 12:2-3; 2Ma 7:9,14,23; 12:43-45; 14:46. Pewahyuan terakhir itu diteguhkan oleh Yesus dengan menyatakan bahwa hal itu menurut maksud Allah sesungguhnya sudah tersembunyi dalam kalimat Kel 3:6 yang dikutip olehNya.
Ende: Mat 22:2-10 - -- Seperti perumpamaan tentang penjewa kebun anggur, demikian itu pula ditudjukan
kepada orang parisi dengan kawan-kawannja.
Kaum Israel menolak undangan...
Seperti perumpamaan tentang penjewa kebun anggur, demikian itu pula ditudjukan kepada orang parisi dengan kawan-kawannja.
Kaum Israel menolak undangan dengan tegar hati, sebab tidak mau mengerti kebahagiaan rohani Keradjaan Allah, melainkan mengutamakan kepentingan-kepentingan djasmani dan duniawi.
Ende: Mat 22:11-13 - -- Ajat-ajat ini dianggap tidak langsung berhubungan dengan perumpamaan tadi,
melainkan merupakan perumpamaan tersendiri, jang mengenai pengadilan umum
d...
Ajat-ajat ini dianggap tidak langsung berhubungan dengan perumpamaan tadi, melainkan merupakan perumpamaan tersendiri, jang mengenai pengadilan umum diachir zaman. Bdl Mat 13:37-45 dan Mat 13:47-50.
Ende: Mat 22:14 - Jang terpilih hanja sedikit Jang lain djuga "terpanggil", tetapi enggan
turut. Demikian mereka memilih nasibnja sendiri, sehingga tidak dipilih oleh
Allah pula.
Jang lain djuga "terpanggil", tetapi enggan turut. Demikian mereka memilih nasibnja sendiri, sehingga tidak dipilih oleh Allah pula.
Ende: Mat 22:16 - Pengikut-pengikut Herodes Mereka itu orang serba berpolitik dan kaki-tangan
pendjadjahan Romawi. Sebab itu mereka dalam politiknja hebat bertentangan
dengan orang parisi, tetap...
Mereka itu orang serba berpolitik dan kaki-tangan pendjadjahan Romawi. Sebab itu mereka dalam politiknja hebat bertentangan dengan orang parisi, tetapi dalam permusuhannja terhadap Jesus sehati dengan mereka itu. Mereka rupanja djustru diambil serta oleh orang-orang parisi, supaja mereka djadi saksi, bahwa adjaran Jesus berlawanan dengan pemerintahan Romawi djuga, sehingga Ia dapat didakwa kepada pemerintah itu.
· menyuruh hamba-hambanya: Mat 21:34
· hamba-hamba lain: Mat 21:36
Ref. Silang FULL: Mat 22:7 - membinasakan pembunuh-pembunuh · membinasakan pembunuh-pembunuh: Luk 19:27
· membinasakan pembunuh-pembunuh: Luk 19:27
Ref. Silang FULL: Mat 22:9 - persimpangan-persimpangan jalan · persimpangan-persimpangan jalan: Yeh 21:21
· persimpangan-persimpangan jalan: Yeh 21:21
· orang-orang baik: Mat 13:47,48
· Hai saudara: Mat 20:13; 26:50
· yang dipilih: Wahy 17:14
· orang-orang Herodian: Mr 3:6
· membayar pajak: Mat 17:25
Ref. Silang FULL: Mat 22:23 - orang Saduki // ada kebangkitan · orang Saduki: Kis 4:1; Kis 4:1
· ada kebangkitan: Kis 23:8; 1Kor 15:12
· orang Saduki: Kis 4:1; [Lihat FULL. Kis 4:1]
· ada kebangkitan: Kis 23:8; 1Kor 15:12
· saudaranya itu: Ul 25:5,6
· tidak dikawinkan: Mat 24:38
· ahli Taurat: Luk 7:30; 10:25; 11:45; 14:3
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 22:1-14 - Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin
Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan i...
- Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan ini kemudian dicatat dengan panjang lebar, mengingat bobot dan pentingnya. Dalam pasal ini, kita membaca:
- I. Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin, yang berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Yahudi dan panggilan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 1-10), dan melalui perumpamaan tentang tamu undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai berbahayanya kemunafikan di dalam iman Kristen (ay. 11-14).
- II. Perbantahan dengan orang-orang Farisi, Saduki, dan ahli Taurat yang menentang Kristus:
Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin (22:1-14)
- Di sini diceritakan tentang perumpamaan mengenai tamu-tamu yang diundang untuk menghadiri pesta perkawinan. Dikatakan bahwa Yesus berbicara pula (ay. 1), bukan untuk menjawab apa yang dikatakan oleh lawan-lawannya (karena Ia sudah membungkamkan mereka), tetapi untuk menanggapi apa yang sedang dipikirkan orang-orang itu, ketika mereka berharap mendapat kesempatan untuk menangkap Dia (21:46). Perhatikan baik-baik, Kristus mengetahui cara menjawab pikiran manusia, karena Ia adalah Pembaca hati manusia. Ia berbicara pula, dapat juga berarti Ia melanjutkan pembicaraan-Nya dengan pokok bahasan yang sama, karena perumpamaan yang hendak Ia sampaikan ini masih berbicara mengenai tawaran Injil serta sukacita yang diberikannya, sama seperti perumpamaan sebelumnya, tetapi dengan kiasan yang berbeda. Dalam perumpamaan sebelumnya, yaitu mengenai penggarap-penggarap kebun anggur, digambarkan mengenai dosa para penguasa yang menganiaya para nabi. Perumpamaan ini juga menunjuk dosa orang banyak yang suka mengabaikan pesan Injil, sementara para pembesar mereka menganiaya para pembawa pesan tersebut.
- I. Persiapan-persiapan untuk menyambut Injil diumpamakan di sini dengan sebuah perjamuan yang diselenggarakan seorang raja untuk perkawinan anaknya. Seperti itulah Kerajaan Sorga, seperti itulah segala persiapan perbekalan dibuat bagi jiwa-jiwa yang sangat berharga, di dalam dan melalui Perjanjian Baru. Raja itu adalah Allah, seorang Raja yang Agung, Raja di atas segala Raja. Sekarang, perhatikan baik-baik:
- . Perjamuan kawin ini diadakan untuk anaknya, dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-laki, dan jemaat sebagai pengantin perempuan. Zaman Injil adalah hari pernikahan-Nya (Kid. 3:11). Pandanglah dengan iman, hai jemaat anak-anak sulung, jemaat yang namanya terdaftar di sorga, dan yang diberikan kepada Kristus oleh Dia yang memiliki mereka. Di dalam jemaat inilah kita melihat sang pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kovenan atau perjanjian Injil adalah sebuah akad nikah antara Kristus dan orang-orang percaya, sebuah pernikahan yang diadakan oleh Allah. Perumpamaan ini hanya diungkapkan saja, dan tidak dijelaskan.
- . Ada hidangan yang disediakan untuk perjamuan kawin ini (ay. 4), yaitu yang mencakup semua hak istimewa sebagai anggota jemaat, dan semua berkat yang ada dalam kovenan baru itu. Hak istimewa dan berkat tersebut adalah: pengampunan dosa, kemurahan Allah, hati yang damai, janji-janji Injil, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, jalan masuk ke takhta anugerah, penghiburan Roh, dan pengharapan yang berdasar akan kehidupan kekal. Semua ini merupakan persiapan untuk menghadiri pesta ini, sorga di muka bumi sekarang ini, dan nantinya sorga di dalam sorga. Allah telah mempersiapkan semuanya ini dalam kebijaksanaan-Nya, dalam kovenan-Nya, di samping perjamuan malam penuh kemuliaan.
- (1) Ini adalah sebuah perjamuan. Persiapan Injil dinubuatkan sebagai sebuah perjamuan (Yes. 25:6), suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan yang dilambangkan dengan banyak perayaan upacara hukum gereja. Marilah kita berpesta (1Kor. 5:8). Sebuah perjamuan merupakan hari gembira (Est. 8:17). Begitu pula halnya Injil itu, merupakan pesta yang berlangsung terus-menerus. Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan telah disembelih untuk perjamuan ini; bukan dalam jumlah ala kadarnya, tetapi makanan yang berlimpah, dalam jumlah yang amat cukup dan terbaik mutunya. Hari perjamuan adalah hari penyembelihan atau pengorbanan (Yak. 5:5). Seluruh persiapan Injil didasarkan pada kematian Kristus, yaitu pengorbanan diri-Nya sendiri. Perjamuan itu diselenggarakan karena kasih dan merupakan sebuah pesta pemulihan, bukti keinginan baik Allah terhadap manusia. Perjamuan itu diadakan untuk tertawa (Pkh. 10:19), sebuah perjamuan sukacita. Diadakan untuk memuaskan jiwa. Injil dirancang untuk mengenyangkan orang yang lapar dengan segala yang baik. Diadakan untuk menjalin persekutuan, untuk menjaga hubungan antara sorga dan bumi. Kita diundang untuk menghadiri perjamuan anggur, supaya kita bisa menyampaikan permintaan dan keinginan kita.
- (2) Ini adalah sebuah perjamuan kawin. Perjamuan kawin biasanya mewah, cuma-cuma, dan penuh sukacita. Mujizat pertama yang dilakukan Kristus adalah menyediakan anggur yang berlimpah untuk sebuah perjamuan kawin (Yoh. 2:7), dan dapat dipastikan bahwa Ia tidak akan kekurangan persediaan anggur untuk perjamuan kawin-Nya sendiri, yaitu ketika hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia, sebuah perjamuan yang besar dan penuh kemenangan (Why. 19:7, 17-18).
- (3) Ini adalah perjamuan kawin kerajaan, perjamuan seorang raja (1Sam. 25:36). Yang dinikahkan dalam perkawinan itu bukanlah seorang hamba, tetapi seorang anak. Sama seperti Ahasyweros, ia akan memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya (Est. 1:4). Persiapan yang dibuat bagi orang-orang percaya dalam kovenan anugerah ini bukanlah persiapan seperti yang diperuntukkan bagi cacing-cacing yang tidak berharga, seperti yang mungkin kita harapkan. Tidak, seperti diri-Nya sendiri, Ia menyediakan hal-hal mulia seperti yang pantas diberikan oleh seorang Raja Kemuliaan. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka sebagai El shaddai -- Allah yang mencukupi. Ini benar-benar sebuah perjamuan untuk jiwa.
- II. Panggilan dan penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia. Tuhan, siapakah manusia itu, sehingga ia sedemikian dimuliakan! Para tamu yang pertama diundang adalah orang-orang Yahudi. Di mana pun Injil diberitakan, undangan ini disampaikan. Para pelayan Tuhan diumpamakan sebagai hamba-hamba yang disuruh mengundang (Ams. 9:4-5). Sekarang:
- . Tamu-tamu itu dipanggil, diundang ke perjamuan kawin itu.
- Undangan ini disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak mencantumkan nama-nama yang diundang di atas secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu, siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak mau menerima undangan itu sendiri. Mereka yang diundang ke perjamuan juga diundang ke perkawinan, sebab semua yang mengambil bagian dalam hak-hak istimewa Injil harus menyampaikan rasa hormat yang layak bagi kehadiran Tuhan Yesus, layaknya sahabat-sahabat setia dan hamba-hamba yang rendah hati dari Sang Mempelai Laki-laki. Mereka diundang ke perkawinan, agar mereka segera pergi menyongsong mempelai laki-laki, karena menjadi kehendak Bapa agar semua orang menghormati Anak itu.
- . Tamu-tamu itu diminta dengan sangat. Pemberitaan Injil bukan hanya disampaikan dengan ramah, tetapi juga dengan bujukan yang ramah dan meyakinkan. Kami berusaha meyakinkan orang, kami meminta mereka dalam nama Kristus (2Kor. 5:11, 20). Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang! Ia bukan hanya menyediakan karena mereka kekurangan, tetapi juga menghubungi mereka karena mereka penuh kelemahan dan pelupa. Ketika tamu-tamu undangan itu tidak mau datang, raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (ay. 4). Setelah para nabi Perjanjian Lama, begitu juga Yohanes Pembaptis, maupun Kristus sendiri yang mengatakan bahwa masa sukacita itu sudah dekat (Kerajaan Allah sudah dekat), tidak dapat meyakinkan mereka, maka diutuslah para rasul dan pelayan-pelayan Injil, setelah kebangkitan Kristus, untuk memberi tahu mereka bahwa saatnya telah tiba, semuanya telah siap, dan meyakinkan mereka untuk menerima tawaran itu. Tentunya ada yang berpikir seharusnya orang cukup memberi tahu bahwa mereka bersedia datang dan akan disambut; dan bahwa selama acara perkawinan berlangsung dengan khidmat, sang raja tetap menerima tamu dengan bebas. Tetapi karena manusia duniawi tidak dapat memahaminya, maka mereka tidak menginginkan apa pun yang berasal dari Roh Allah. Kita didesak untuk menerima panggilan itu dengan bujukan yang sangat kuat, ditarik dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih. Bila panggilan ulangan itu menggerakkan kita, maka lihatlah, Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!." Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang (Why. 22:17). Bila alasan panggilan itu menggugah hati kita, sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia. Bapa telah siap menerima kita, Anak telah siap menjadi Pengantara bagi kita, Roh Kudus siap menyucikan kita, pengampunan tersedia, kedamaian tersedia, penghiburan sudah tersedia, janji-janji telah siap seperti sumur-sumur air hidup yang siap memberi. Demikian pula, segala ketetapan telah disiapkan, seperti pipa emas untuk menyalurkan. Malaikat-malaikat siap menyertai kita, semua ciptaan siap bersahabat dengan kita, kebijaksanaan ilahi siap bekerja untuk kebaikan kita, dan akhirnya, sorga juga siap menerima kita. Itulah Kerajaan yang telah disediakan untuk dinyatakan pada zaman akhir. Semua sudah siap seperti ini, akankah kita tetap tidak siap? Semua persiapan ini dibuat untuk kita, jadi bila kita datang dengan sikap yang tepat, masakan kita tidak akan disambut? Sebab itu datanglah, oh, datanglah ke perjamuan kawin ini, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah (2Kor. 6:1).
- III. Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala zaman terhadap Injil Kristus.
- . Berita itu diabaikan begitu saja (ay. 3). Orang-orang itu tidak mau datang. Perhatikan, alasan mengapa orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus dan tidak diselamatkan oleh-Nya, bukanlah karena mereka tidak bisa datang, tetapi sebab mereka memang tidak mau datang (Yoh. 5:40). Kamu tidak mau datang kepada-Ku. Hal ini akan semakin memperparah kesengsaraan orang-orang berdosa. Seharusnya mereka akan mendapat kebahagiaan dengan datang kepada-Nya, tetapi mereka sendirilah yang menolaknya. Aku mau, tetapi kamu tidak mau. Ini masih belum semuanya (ay. 5), orang-orang itu tidak mengindahkannya. Mereka pikir tidak ada gunanya untuk datang. Sangka mereka, para pembawa berita itu terlalu membesar-besarkan alasannya. Biarkan saja mereka membesar-besarkan segala persiapan pesta itu, kita juga bisa berpesta sendiri di rumah. Perhatikanlah, tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan besar yang diadakan-Nya merupakan dosa besar dari dunia ini. Amelesantes -- Mereka tak acuh. Perhatikanlah, banyak orang binasa dalam kekekalan hanya karena mereka tidak peduli, tidak mau berpaling, hanya mau bersikap masa bodoh dan tak acuh terhadap masalah-masalah jiwa mereka.
- Alasan mengapa mereka tidak mengindahkan perjamuan kawin tersebut adalah karena mereka memiliki sesuatu yang dianggap lebih penting sehingga mereka lebih memperhatikan hal itu. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Perhatikanlah, usaha dan keuntungan pekerjaan duniawi terbukti telah menjadi hambatan besar bagi banyak orang untuk mendekati Kristus. Tak seorang pun mengindahkan perjamuan itu, masing-masing mencari alasannya sedapat mungkin (Luk. 14:18). Orang-orang desa harus memelihara ladang-ladang mereka, dan ada saja yang harus dikerjakan di sana. Orang-orang kota harus menjaga kedai-kedai mereka dan berdagang, mereka harus berdagang serta mendapat untung. Sungguh benar bahwa baik petani maupun pedagang harus rajin dalam menjalankan usaha mereka, tetapi hal-hal itu tidak boleh menghalangi mereka untuk menjadikan urusan kerohanian menjadi hal yang terutama dalam kehidupan mereka. Licitis perimus omnes -- Hal-hal yang boleh dilakukan ini akan merugikan kita, bila dikelola dengan cara yang tidak benar. Ketika kita begitu terpaku untuk khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, kita bisa mengabaikan satu hal yang benar-benar diperlukan. Perhatikan baik-baik, kota dan desa memiliki godaan masing-masing, usaha jual beli di satu sisi dan ladang-ladang di sisi lain. Sebab itu, apa pun yang kita miliki di dunia ini harus tetap berada di luar hati kita, jangan sampai menjadi penghalang di antara kita dan Kristus.
- . Para pembawa berita itu diperlakukan dengan kejam dan tidak semena-mena. Orang-orang yang lain, atau orang-orang selebihnya, yaitu mereka yang tidak pergi berladang atau berdagang, juga bukan petani atau pedagang, melainkan para alim ulama, yaitu para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala itulah yang menjadi penyiksa para pembawa berita itu. Merekalah yang menangkap hamba-hamba itu, menyiksa dan membunuh mereka. Dalam perumpamaan ini memang tidak diceritakan bagaimana kejam dan biadabnya perlakuan mereka itu terhadap hamba-hamba raja yang datang untuk mengundang mereka ke perjamuan. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan begitu indah karena membawa berita damai sejahtera untuk merayakan hari raya (Nah. 1:15), diperlakukan sama dengan kotoran segala sesuatu (1Kor. 4:13). Para nabi dan Yohanes Pembaptis telah dianiaya demikian. Juga para rasul dan pelayan Kristus mengalami hal yang sama. Orang-orang Yahudi, secara langsung atau tidak, adalah pelaku sebagian besar penganiayaan terhadap para pemberita Injil mula-mula. Lihat saja sejarah Kisah Para Rasul, yang berisi berbagai penderitaan yang menimpa para rasul tersebut.
- IV. Penghancuran habis-habisan yang dialami umat dan bangsa Yahudi digambarkan di sini sebagai pembalasan sang raja yang menjadi murka dan menyerang para pembangkang yang keterlaluan ini (ay. 7). Maka murkalah raja itu. Karena menolak Injil, orang-orang Yahudi, yang dahulunya adalah umat yang dikasihi dan diberkati Allah, menjadi generasi yang harus berhadapan dengan murka dan kutuk Allah. Murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:16).
- Sekarang perhatikan baik-baik di sini:
- . Apakah dosa terberat yang membawa kehancuran itu? Dosa menjadi pembunuh. Raja itu tidak mengatakan bahwa ia membinasakan orang-orang yang tidak mengindahkan panggilannya, tetapi ia membinasakan para pembunuh hamba-hambanya. Seolah-olah Allah lebih mengindahkan kehidupan para hamba-hamba-Nya daripada kehormatan Injil-Nya. Siapa yang menjamah mereka, menjamah biji mata-Nya. Perhatikanlah, penyiksaan pelayan-pelayan Kristus yang setia merupakan kesalahan yang lebih besar dibandingkan kesalahan lainnya. Membuat Yerusalem penuh dengan darah orang-orang yang tidak bersalah merupakan dosa Manasye dan Tuhan tidak mau mengampuninya (2Raj. 24:4).
- . Kehancuran itu sendiri seperti apa. Ia menyuruh pasukannya. Pasukan Romawi adalah pasukan-Nya, yang dibangkitkan dan diutus-Nya melawan umat yang dimurkai-Nya. Ia memberi mereka tugas untuk melakukan perampasan dan penjarahan (Yes. 10:6). Allah adalah Tuhan atas umat manusia, dan Ia berhak memanfaatkan mereka seturut kemauan-Nya untuk melayani maksud-maksud-Nya, sekalipun mereka sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:7; Mi. 4:11-12). Pasukannya membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar habis kota mereka. Perumpamaan ini menunjukkan dengan jelas penghancuran terhadap orang-orang Yahudi dan pembakaran Yerusalem oleh orang-orang Romawi empat puluh tahun setelah ini. Belum pernah ada penghancuran sedahsyat ini, juga akibat pedang dan api yang begitu mengerikan. Meskipun Yerusalem pernah menjadi kota suci, kota yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya tinggal di sana, kota yang indah permai, yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi, namun kini kota ini sudah menjadi sundal, dan tidak ada lagi kebenaran di dalamnya, selain penuh dengan para pembunuh, bahkan pembunuh yang paling sadis. (Begitulah yang dikatakan oleh Nabi Yesaya [Yes. 1:21].) Penghukuman datang ke atas kota ini, dihancurkan tanpa dipulihkan, dan menjadi contoh bagi semua pihak yang menentang Kristus dan Injil-Nya. Itulah yang dilakukan Tuhan untuk membalas perbuatan kebencian terhadap perjanjian-Nya.
- V. Pemulihan kembali jemaat, dengan membawa masuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang digambarkan di sini dengan cara memenuhi perjamuan ini dengan tamu-tamu yang dikumpulkan dari jalan-jalan (ay. 8-10).
- Di sini kita membaca tentang:
- . Keluhan tuan pemilik perjamuan terhadap orang-orang yang pertama kali diundang (ay. 8). Perjamuan kawin telah siap, perjanjian anugerah siap untuk disahkan, sebuah jemaat siap didirikan. Tetapi orang-orang yang pertama-tama diundang, yaitu orang-orang Yahudi, yang bagi merekalah perjanjian dan janji-janji itu ditujukan, yang terlebih dahulu diundang ke perjamuan dengan hidangan yang berlimpah, ternyata tidak layak untuk itu. Mereka sama sekali sungguh tidak layak. Dengan menghina Kristus, mereka telah membatalkan semua hak istimewa yang dimaksudkan untuk mereka dengan undangan itu. Perhatikanlah, bukan karena Allah, orang-orang berdosa binasa, tetapi itu akibat ulah mereka sendiri. Jadi, ketika tanah Kanaan sudah dalam jangkauan mata bangsa Israel, sebenarnya tanah perjanjian itu telah siap, susu dan madu juga telah siap, tetapi ketidakpercayaan dan gerutu mereka, serta kutukan mereka terhadap tanah yang menyenangkan itu menghalangi mereka sehingga mayat-mayat mereka dibiarkan binasa di padang belantara. Dan semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh (1Kor. 10:11; Ibr. 3:16-4:1).
- . Tugas yang ia berikan kepada hamba-hambanya untuk mengundang tamu-tamu lain. Penduduk kota itu telah menolak (ay. 7). Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan, ke jalan bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk hitungan (10:5). Jadi, dengan jatuhnya bangsa Yahudi, keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11-12; Ef. 3:8). Perhatikanlah, Kristus tetap akan mendirikan Kerajaan-Nya di dunia ini, meskipun banyak yang menolak anugerah dan melawan kekuasaan Kerajaan itu. Meskipun Israel tidak berhasil dikumpulkan, Ia akan dipermuliakan. Penawaran Kristus dan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain ternyata:
- (1) Tidak terduga dan tidak diharapkan; ia mendatangkan kejutan bagi para musafir di jalanan yang tiba-tiba mendapat undangan untuk ikut perjamuan kawin. Berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi telah memperhatikan Injil, mereka menanti-nantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya, tetapi semuanya itu merupakan hal baru bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi, sesuatu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya (Kis. 17:19-20), sehingga mereka tidak merasa memilikinya (Yes. 65:1-2).
- (2) Undangan itu ditujukan bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Pergi dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai. Jalan-jalan merupakan tempat umum, dan di sanalah Hikmat berseru-seru (Ams. 1:20). "Bertanyalah kepada orang-orang yang lewat di jalan, bertanyalah kepada siapa saja (Ayb. 21:29), dari kalangan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, muda dan tua, bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi, katakan kepada mereka semua bahwa mereka bisa menerima hak-hak istimewa Injil sesuai persyaratan Injil. Siapa saja yang bersedia, biarlah ia datang, tanpa kecuali."
- . Keberhasilan undangan kedua ini. Bila ada yang tidak mau datang, yang lain bersedia (ay. 10), mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya. Para hamba itu mematuhi perintah yang mereka terima. Yunus diutus ke jalan-jalan, tetapi ia begitu mencintai kehormatan negerinya sehingga ia menghindar dari tugas itu. Sementara para rasul Kristus, meskipun mereka adalah orang-orang Yahudi, lebih mendahulukan pelayanan Kristus daripada rasa hormat kepada bangsa mereka sendiri. Begitu pula Rasul Paulus, meskipun ia menangisi bangsa Yahudi, ia menjunjung tinggi tugasnya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Mereka mengumpulkan semua orang.
- Rancangan Injil adalah:
- (1) Untuk mengumpulkan dan menghimpunkan jiwa-jiwa, bukan hanya bangsa Yahudi saja, tetapi semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh, satu keluarga, satu perhimpunan.
- (2) Mengumpulkan mereka bersama-sama untuk perjamuan kawin, untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kristus, dan untuk mengambil bagian dalam hak-hak istimewa yang ada dalam kovenan atau perjanjian baru. Di mana ada sedekah, di sanalah orang-orang miskin berkumpul.
- Sekarang, tamu-tamu yang dikumpulkan adalah:
- [1] Orang banyak, semua orang, sebanyak yang bisa dijumpai hamba-hamba itu. Begitu banyaknya sampai penuhlah ruang perjamuan itu. Orang-orang Yahudi yang dimeteraikan dapat dihitung jumlahnya, tetapi yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak terhitung banyaknya, yakni suatu kumpulan yang luar biasa besarnya (Why. 7:9; Yes. 60:4, 8).
- [2] Kumpulan orang banyak yang bercampur baur, baik orang-orang jahat maupun orang-orang baik. Sebelum mengaku percaya, beberapa orang adalah orang-orang bijaksana dan terpelajar, seperti orang-orang Yunani yang takut kepada Allah (Kis. 17:4) dan Kornelius. Sedangkan yang lain adalah orang-orang yang dahulu hidup tidak senonoh, seperti orang-orang Korintus (1Kor. 6:11). Beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Ada juga yang setelah mengaku percaya ternyata tetap berlaku buruk, tidak berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, hanya berpura-pura belaka. Selebihnya adalah orang-orang jujur dan tulus yang berasal dari kelompok orang benar. Para pelayan Tuhan yang menebarkan jala Injil akan menangkap ikan yang baik maupun ikan yang tidak baik, tetapi Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.
- VI. Tentang kaum munafik yang berada di dalam jemaat, tetapi tidak berasal dari jemaat itu. Orang-orang demikian disebut hidup, tetapi sebenarnya tidak hidup. Dalam perumpamaan ini mereka dilukiskan seperti tamu yang tidak berpakaian pesta, salah seorang jahat yang ikut dikumpulkan. Orang yang tidak mendapat bagian dalam keselamatan Kristus adalah mereka yang bukan hanya menolak untuk memberi pengakuan iman, tetapi juga yang hatinya tidak bersungguh-sungguh dalam pengakuannya.
- Perhatikan baik-baik soal orang munafik ini:
- . Bagaimana ia ditemukan sebagai orang munafik (ay. 11).
- (1) Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, untuk menyambut mereka yang datang dengan persiapan, dan mengusir mereka yang datang tanpa persiapan. Perhatikanlah, Allah sorgawi menaruh perhatian khusus terhadap mereka yang mengaku percaya dan mempunyai tempat dan nama di dalam jemaat yang tampak di bumi ini. Tuhan kita Yesus berjalan di antara kaki dian emas dan karena itu mengetahui segala pekerjaan mereka (Why. 2:1-2; Kid. 7:12). Biarlah hal ini menjadi peringatan bagi kita dalam hal kemunafikan, karena yang tersamar akan segera terungkap, dan setiap orang akan tampil dengan sifatnya yang sebenarnya. Juga, supaya hal ini menjadi dorongan bagi kita untuk selalu bersikap tulus, karena Allah-lah yang menjadi saksi atas sikap kita.
- Perhatikan, orang munafik ini tidak pernah diketahui tidak mengenakan pakaian pesta sampai raja itu sendiri masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Perhatikanlah, hanya Allah saja yang memiliki hak khusus untuk mengetahui siapa yang hatinya bersungguh-sungguh dalam pengakuan mereka, dan siapa yang tidak. Dengan berbagai cara kita bisa saja tertipu dalam menilai orang, tetapi Ia tidak akan keliru. Hari penghakiman akan menjadi hari pengungkapan besar, ketika semua tamu diperhadapkan dengan Sang Raja. Ia akan memisahkan antara yang baik dan yang tidak baik (25:33), segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, dan kita bisa membedakan dengan sempurna antara orang benar dan orang jahat, yang sekarang tidak mudah kita lakukan. Jadi semua tamu harus mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pemeriksaan yang saksama ini, dan berpikir-pikir apakah mereka bisa lulus dari mata Allah yang tajam dalam pemeriksaan hati ini.
- (2) Begitu masuk, sang raja langsung menemukan orang munafik itu. Ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. meskipun hanya seorang, matanya segera dapat mengenalinya. Tidak ada harapan untuk lolos dari penangkapan keadilan ilahi dengan cara bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. Ia tidak berpakaian pesta, ia tidak berpakaian seperti layaknya orang yang mengikuti upacara perkawinan khidmat, ia tidak mengenakan pakaiannya yang terbaik. Perhatikanlah, banyak yang datang dengan tidak berpakaian pesta. Bila Injil menjadi perjamuan perkawinan, maka pakaian pesta pernikahan itu menjadi kerangka hati dan sikap hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil itu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus (Flp. 1:27). Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, kesucian dan penyucian mereka, serta pribadi Kristus membuat mereka layak, dan itu adalah kain lenan halus (Why. 19:8). Orang ini tidak dalam keadaan telanjang, atau berpakaian kotor. Ia mengenakan pakaian, hanya saja, bukan pakaian pesta. Mereka, dan hanya mereka yang mengenakan Tuhan Yesus, yang memiliki pola pikir Kristiani, yang dihiasi dengan anugerah Kristiani, yang hidup dengan iman di dalam Kristus, dan yang menjadikan Dia di atas segala-galanya, mereka inilah yang memiliki pakaian pesta perkawinan.
- . Pemeriksaan atas orang ini (ay. 12). Di sini kita bisa mengamati dengan cermat:
- (1) Bagaimana orang ini dipersalahkan (ay. 12), Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Sebuah pertanyaan mengejutkan bagi orang yang membanggakan dirinya sendiri di tempat yang dianggapnya aman dalam perjamuan itu. Saudara! Sepatah kata yang tajam, tampaknya seperti sahabat, pura-pura bersahabat, seorang sahabat dalam pengakuan, dalam ikatan dan kewajiban menjadi seorang sahabat. Perhatikanlah, banyak orang di dalam jemaat menjadi sahabat palsu bagi Yesus Kristus. Mereka ini berkata bahwa mereka mengasihi Dia tetapi hatinya tidak bersama Dia. Bagaimana engkau masuk ke mari? Raja ini tidak menyalahkan hamba-hambanya yang membiarkan orang ini masuk ke dalam perjamuan (pakaian pesta perkawinan itu adalah soal di dalam hati, sedangkan para pelayan hanya bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari luarnya saja). Raja ini memeriksa alasannya menyelinap masuk. Ketika ia mengetahui hati orang ini tidak jujur, ia berkata, "Berani-beraninya engkau menuntut bagian berkat Injil, sementara engkau tidak menghormati aturan-aturan Injil? Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku?" (Mzm. 50:16-17). Perbuatan-perbuatan semacam itu mencemari perjamuan, tidak menghormati mempelai laki-laki, menghina tamu-tamu lain, dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri. Sebab itu, bagaimana engkau masuk ke mari? Perhatikanlah, akan tiba saatnya orang-orang munafik diminta mempertanggungjawabkan semua gangguan yang mereka lakukan dengan pongahnya terhadap ketetapan-ketetapan Injil dan perampasan hak-hak istimewa Injil. Siapakah yang menuntut itu dari padamu? (Yes. 1:12). Memandang rendah hari-hari Sabat dan menyalahgunakan sakramen harus dimintai pertanggungjawaban, dan hukuman harus dijatuhkan ke atas tindakan penyia-nyiaan yang dilakukan oleh mereka yang membuat menjadi sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima. "Bagaimana engkau datang ke meja Tuhan pada saat seperti ini, dengan tidak merendahkan diri dan menyucikan diri? Apa yang mendorongmu duduk di hadapan nabi-nabi Allah, seperti yang dilakukan umat-Nya, sementara hatimu mengikuti keserakahanmu? Bagaimana engkau masuk ke mari? Bukan melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, seperti seorang pencuri atau perampok. Ini namanya masuk dengan cara jahat, memiliki tanpa punya hak." Perhatikanlah, sangat baik bagi mereka yang menjadi anggota jemaat untuk sering memeriksa diri sendiri, "Bagaimana aku masuk ke mari? Apakah aku mengenakan pakaian pesta perkawinan?" Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
- (2) Bagaimana orang itu dinyatakan bersalah, orang itu diam saja: ephimōthe -- ia diberangus (itulah kata yang digunakan dalam 1Kor. 9:9). Orang itu terdiam karena dakwaan terhadap dirinya, dinyatakan bersalah dan dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Mereka yang tinggal di dalam jemaat, dan mati tanpa Kristus, tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun bagi diri mereka sendiri pada saat hari penghakiman yang besar. Tidak akan ada ampun bagi mereka, sekalipun mereka memohon, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu" (Luk. 13:26), yang sama saja dengan mengakui diri sendiri bersalah. Kejahatan yang membuat mereka dihukum adalah menyerobot masuk ke hadirat Kristus, dan menuju meja-Nya sebelum mereka dipanggil. Mereka yang belum pernah mendengar berita tentang perjamuan kawin ini akan lebih punya banyak alasan. Dosa mereka lebih dapat dimaafkan, dan hukuman terhadap mereka pun lebih dapat dipertimbangkan. Namun, tidak demikianlah halnya dengan mereka yang datang tanpa berpakaian pesta, karena mereka telah berdosa terhadap terang yang sudah sedemikian menerangi mereka dan kasih yang sudah sedemikian mengasihi mereka.
- . Hukuman sang raja (ay. 13), Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
- (1) Ia diperintahkan untuk diikat layaknya penjahat yang terhukum, dibelenggu dan dirantai. Mereka yang tidak bekerja dan berjalan sebagaimana seharusnya akan diikat tangan dan kaki mereka. Terdapat jenis ikatan di dunia ini yang dilakukan oleh hamba-hamba dan pelayan-pelayan Tuhan terhadap saudara seiman yang tidak berjalan dalam kebenaran dan hanya mempermalukan iman Kristen. Ikatan semacam ini dinamakan mengikat mereka (18:18). "Ikatlah mereka agar tidak mengambil bagian dalam ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat, ingatkan mereka akan penghukuman Allah yang adil." Pada hari penghakiman, orang-orang munafik akan diikat; para malaikat akan mengumpulkan dan mengikat lalang dan dibakar dalam api (13:41). Orang-orang berdosa diikat tangan dan kaki mereka oleh hukuman yang tidak dapat diubah lagi. Ini seperti bentangan jurang yang tak terseberangi; mereka tidak bisa menolak dan juga tidak bisa mengubah hukuman mereka.
- (2) Ia diperintahkan untuk dibawa pergi dari perjamuan kawin itu, bawalah ia pergi. Ketika kejahatan orang-orang munafik menjadi tampak, mereka akan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang setia, dipotong seperti ranting yang tidak berbuah. Hal ini berbicara mengenai hukuman kebinasaan di dunia lain; mereka akan dibawa pergi dari hadapan raja itu, dari kerajaan itu, dari perjamuan kawin itu. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. Hal itu akan memperburuk kesengsaraan mereka, seperti perwira, ajudan raja, yang tidak percaya itu (2Raj. 7:2), mereka akan melihatnya dengan mata mereka sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya. Perhatikanlah, mereka yang tidak menjalankan kehidupan Kekristenan dengan layak, akan kehilangan semua kebahagiaan yang selalu mereka tuntut. Mereka hanya akan menghibur diri sendiri dengan harapan yang tanpa dasar.
- (3) Ia diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sel bawah tanah yang penuh dengan dukacita, campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini Juruselamat kita tanpa segan-segan membentangkan maksud perumpamaan ini, yakni kutukan bagi orang-orang munafik di dunia lain. Neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan di luar sorga yang adalah tempat terang. Atau, kegelapan yang kelam, kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikit pun berkas sinar atau harapan di dalamnya. Sama seperti yang pernah terjadi di Mesir, kegelapan yang bisa diraba, kekelaman kegelapan, tempat yang kelam pekat (Ayb. 10:22). Perhatikanlah, dengan tuntunan terang Injil itu sendiri orang-orang munafik itu akan menuju kegelapan yang paling gelap, dan neraka yang benar-benar neraka akan tersedia bagi orang-orang yang demikian, sebuah hukuman yang tak tertanggungkan, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Hal ini sering digunakan Juruselamat kita untuk menggambarkan bagaimana rupanya siksaan neraka, yang ditimbulkan terutama bukan karena kesengsaraan itu sendiri, melainkan oleh rasa bersalah yang terus-menerus menekan orang-orang berdosa di sana. Akan ada ratap sebagai ungkapan kesengsaraan dan penderitaan yang dalam. Ini bukanlah derai air mata yang membawa kelegaan, tetapi ratap yang tidak berkesudahan karena siksaan yang terus berlangsung. Akan ada kertak gigi sebagai ungkapan amukan dan amarah yang hebat. Mereka akan seperti lembu hutan kena jaring, mereka diliputi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20; 8:21-22). Karena itu biarlah kita mendengar dan menjadi takut.
- Akhirnya, perumpamaan ini ditutup dengan kata-kata terkenal seperti yang pernah kita baca sebelumnya (20:16), banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (ay. 14). Dari sekian banyak orang yang dipanggil ke perjamuan kawin, bila Anda memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan itu dan dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada sebelumnya, jika Anda memisahkan mereka yang mengaku percaya, tetapi watak pola pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan pengakuan percaya mereka, jika Anda memisahkan semua orang yang hidup tidak senonoh serta semua orang munafik, maka Anda akan melihat betapa sedikit, sungguh teramat sedikit jumlah mereka yang terpilih. Banyak yang dipanggil ke perjamuan kawin, tetapi hanya sedikit yang terpilih, yaitu mereka yang mengenakan pakaian pesta, mereka yang diselamatkan dalam Roh yang menguduskan mereka. Inilah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, hanya sedikit orang yang menemukannya.
Matthew Henry: Mat 22:15-22 - Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar (22:15-22)
Bukan main-main penderitaan Kristus itu, ketika Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terha...
Tentang Membayar Pajak kepada Kaisar (22:15-22)
- Bukan main-main penderitaan Kristus itu, ketika Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, dan mengalami jerat yang mereka pasang dalam upaya mencari jalan untuk menangkap Dia dengan berbagai alasan. Dalam ayat-ayat ini, kita membaca bagaimana Dia diserang dengan sebuah pertanyaan oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang membayar pajak kepada Kaisar.
- Perhatikan baik-baik:
- I. Rancangan apa yang mereka adakan. Mereka berunding bagaimana dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Hingga saat itu, sering kali Ia hanya berhadapan dengan imam-imam kepala dan tua-tua saja, yaitu mereka yang memiliki wewenang dan yang lebih mengandalkan kekuasaan daripada kebijakan, dan mereka hanya memeriksa Dia tentang kuasa yang dimiliki-Nya (21:23). Tetapi sekarang ini Ia hendak dijerat dengan soal lain. Kali ini, orang-orang Farisi ingin mencoba apakah bisa menjerat Dia dengan pengetahuan hukum mereka yang dipertentangkan secara licik dengan masalah keagamaan, sehingga mereka bisa memiliki tentamen novum -- sebuah cobaan baru untuk Dia. Perhatikanlah, sia-sialah orang-orang paling baik dan bijaksana mengira bahwa mereka dapat meloloskan diri dari kebencian dan niat buruk orang-orang jahat, atau menjauhkan diri dari perbantahan lidah dengan menggunakan kecerdikan, perhatian, dan kerajinan mereka, atau bahkan dengan ketulusan dan kejujuran mereka. Lihatlah, betapa musuh-musuh Kristus dan Kerajaan-Nya tidak mengenal lelah dalam melakukan perlawanan!
- . Mereka berunding. Telah dinubuatkan tentang Kristus bahwa para pembesar akan bermufakat bersama-sama melawan Dia (Mzm. 2:2), dan begitulah mereka menganiaya para nabi. Marilah kita mengadakan persepakatan terhadap Yeremia (Yer. 18:18). Perhatikanlah, semakin banyak tipu muslihat dan perundingan untuk berdosa, semakin buruklah dosa itu. Secara khusus, celakalah orang-orang yang merancang kedurjanaan (Mi. 2:1). Semakin banyak akal jahat dalam rancangan dosa, semakin banyak pula niat jahat dalam perbuatan itu.
- . Tujuan mereka adalah menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka melihat Kristus mengungkapkan pemikiran-Nya dengan bebas dan berani, dan berharap bisa menggiring-Nya pada pokok persoalan yang sangat sensitif supaya dapat memetik keuntungan dari Dia. Itulah cara kuno yang biasa dilakukan oleh pengikut dan utusan Iblis, yaitu membuat orang menjadi pelanggar firman dengan memutarbalikkan, memalsukan, atau menyalahartikan firman. Firman yang dirancang tanpa dosa telah disesatkan dengan usaha keras tiada henti. Demikianlah, mereka memasang jerat terhadap Dia yang menegor mereka di pintu gerbang (Yes. 29:21), dan menggambarkan guru-guru terbaik sebagai pengacau-pengacau besar bagi Israel. Demikianlah orang fasik merencanakan kejahatan terhadap orang benar (Mzm. 37:12-13).
- Ada dua cara yang bisa digunakan oleh musuh-musuh Kristus untuk membalas dendam terhadap-Nya, dan menghindarkan diri dari-Nya, yaitu melalui jalur hukum atau melalui kekerasan. Melalui jalur hukum mereka tidak berhasil, kecuali mereka bisa membuat-Nya menjadi orang yang berbahaya bagi pemerintah sipil, karena mereka tidak diperbolehkan membunuh seseorang (Yoh. 18:31), sementara penguasa Romawi cenderung tidak akan mengurusi perselisihan tentang perkataan, nama, atau hukum yang berlaku di antara mereka (Kis. 18:15). Melalui kekerasan, mereka juga tidak bisa melakukannya, kecuali mereka bisa menjadikan Dia sebagai orang yang berbahaya bagi masyarakat, karena masyarakat selalu bisa diperalat oleh siapa saja dalam berbagai tindak kekerasan. Cara ini mereka sebut hantaman terhadap pemberontak. Tetapi orang banyak ini menganggap Kristus sebagai seorang Nabi, dan karena itu musuh-musuh-Nya tidak bisa menghasut mereka untuk melawan Dia. Sekarang (karena ular tua itu sejak permulaan adalah yang paling cerdik dari segala binatang di darat), mereka mencoba menggiring Dia ke dalam suatu dilema atau makan buah simalakama (maju kena, mundur kena), supaya apa pun pilihan-Nya, Ia pasti akan mendatangkan amarah baik orang-orang Yahudi maupun penguasa Romawi. Jawaban apa pun yang diambil-Nya, tetap saja Ia akan mengalami masalah. Dengan demikian mereka akan mencapai maksud mereka dengan menjadikan perkataan-Nya sendiri sebagai jerat.
- II. Pertanyaan yang mereka ajukan kepada-Nya sesuai dengan rancangan ini (ay. 16-17). Setelah merencanakan kejahatan ini secara rahasia, di dalam komplotan tertutup, di balik tirai, tanpa membuang-buang waktu lagi mereka melaksanakannya.
- Perhatikan baik-baik:
- . Orang-orang yang mereka peralat. Mereka tidak melakukannya sendiri, takut kalau-kalau rancangan tersebut dicurigai dan Kristus akan menjadi lebih waspada lagi. Sebaliknya, mereka menyuruh murid-murid mereka, yang tidak begitu tampak sebagai penggoda, tetapi lebih mirip sebagai pelajar. Perhatikanlah, orang-orang jahat tidak akan pernah kekurangan peralatan jahat untuk melaksanakan niat jahat mereka. Orang-orang Farisi mempunyai murid-murid yang siap menerima perintah mereka, yang akan pergi ke mana saja demi mereka, dan mengatakan apa saja sesuai pesan mereka. Dan inilah yang mereka lakukan dalam menarik orang-orang untuk memeluk ajaran mereka.
- Bersama-sama mereka, orang-orang Farisi ini juga menyuruh orang-orang Herodian, para pengikut salah satu partai politik orang Yahudi yang secara sukarela menjadi pendukung kaisar Romawi dan Herodes yang merupakan wakil kaisar. Mereka suka membujuk orang-orang agar taat kepada pemerintah, dan menekan mereka agar setia membayar pajak. Beberapa orang menduga bahwa mereka adalah para pemungut pajak bumi, seperti para pemungut cukai. Mereka ini mau saja pergi bersama-sama murid-murid kaum Farisi menghadap Kristus tanpa menyadari bahwa sementara orang-orang Herodian menyetujui pembayaran pajak, orang-orang Farisi justru menolaknya, dan dengan menyampaikan masalah ini kepada Kristus, mereka sebenarnya sedang menghadap Sang Hakim yang tepat untuk memutuskan perselisihan mereka ini. Sesuai dengan kekuasaan pemerintahan yang diterimanya, Herodes berkewajiban menjaga penerimaan pajak ini. Dengan membantu Herodes memungut pajak, berarti orang-orang Herodian membantunya tetap disayangi oleh para sahabatnya yang menjadi penguasa di kota Roma. Sebaliknya, orang-orang Farisi sangat giat memperjuangkan kemerdekaan orang-orang Yahudi, dan berbuat apa saja yang bisa mereka lakukan untuk membuat rakyat menjadi tidak sabar atas penjajahan bangsa Romawi. Sekarang, bila Kristus mendukung pembayaran pajak itu, orang-orang Farisi akan menghasut masyarakat melawan Dia. Sebaliknya, bila Ia tidak mendukung atau melarang pembayaran pajak itu, orang-orang Herodian akan meminta pemerintah melawan Dia. Perhatikanlah, merupakan hal yang lazim bagi kelompok yang saling bermusuhan untuk terus melawan Kristus dan Kerajaan-Nya. Anjing-anjing hutan Simson berlari ke segala arah, tetapi dipersatukan oleh sebuah obor (Mzm. 83:4, 6, 8-9). Bila dengan suara bulat mereka melawan, tidakkah kita juga harus demikian dalam menjaga kepentingan Injil?
- . Kata-kata rayuan yang mereka pakai untuk memulai pertanyaan itu. Kata-kata tersebut sangat menyanjung Juruselamat kita (ay. 16), "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Perhatikanlah, segala rencana keji memang biasanya dibungkus dengan kulit yang menggiurkan. Kalau mereka datang kepada Kristus untuk bertanya dengan sungguh-sungguh dan dengan maksud tulus, mereka pasti tidak akan dapat mengungkapkan pertanyaan itu dengan baik. Di sini kebencian diselubungi tipu daya, dan hati jahat disertai bibir manis (Ams. 26:23), seperti Yudas yang mencium sambil menyerahkan Yesus, dan Yoab yang mencium sambil membunuh.
- Sekarang perhatikan:
- (1) Apa yang mereka katakan tentang Kristus memang benar, dan apakah mereka menyadarinya atau tidak, terpujilah Allah, bahwa kita mengetahui bahwa hal itu benar.
- [1] Bahwa Yesus Kristus adalah seorang Guru yang setia, "Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah." Bagi diri-Nya sendiri dikatakan, bahwa Ia adalah seorang yang jujur, Sang Amin, Saksi yang setia. Ia adalah Kebenaran itu sendiri. Apa yang diajarkan-Nya adalah jalan Allah, jalan yang Allah kehendaki untuk kita jalani, jalan wajib yang menuntun kepada kebahagiaan. Itulah jalan Allah. Cara menjalaninya adalah dengan kejujuran. Ia menunjukkan jalan yang lurus kepada mereka, jalan yang harus mereka tempuh. Ia adalah seorang Guru yang mahir, mengenal jalan Allah, dan Guru yang setia, sehingga pasti Ia akan memberi tahu kita juga (Ams. 8:6-9). Ini adalah watak seorang guru yang baik, untuk memberitakan kebenaran, kebenaran yang utuh, dan tidak ada yang lain kecuali kebenaran belaka, dan bukan untuk menindas, menyesatkan, atau memelintir kebenaran untuk mencari keuntungan atau mencari perhatian orang lain. Juga bukan demi kebencian atau keramahtamahan, juga bukan karena hasrat yang kuat untuk menyenangkan hati orang atau karena takut menyinggung perasaan orang lain.
- [2] Bahwa Ia adalah seorang Penegur yang berani. Dalam memberitakan firman, Ia tidak takut kepada siapa pun juga. Ia tidak menilai kerut dahi atau senyum seseorang, Ia tidak berusaha menjilat, Ia juga tidak takut, baik kepada para pembesar maupun orang banyak, karena Ia tidak mencari muka. Dalam penghakiman Injil-Nya, Ia tidak memandang muka. Singa dari suku Yehuda tidak mundur terhadap apa pun (Ams. 30:30), tidak akan mundur selangkah pun dari kebenaran, juga tidak dari pekerjaan-Nya, hanya karena ketakutan. Ia menghakimi orang dengan keadilan (Yes. 11:4), dan tidak pernah berat sebelah.
- (2) Meskipun yang mereka katakan itu benar, namun tujuan mereka hanyalah untuk menjilat dan kemudian menyerang Dia dengan pujian itu. Mereka memanggil-Nya Guru, tetapi pada saat yang sama mereka merancang untuk menindak Dia sebagai seorang penjahat besar. Mereka berpura-pura menghormati-Nya, sementara mereka bermaksud mencelakakan Dia. Mereka melecehkan kebijaksanaan-Nya sebagai Manusia, dan terlebih lagi kemahatahuan-Nya sebagai Allah yang telah begitu sering Ia buktikan. Mereka melakukan hal ini dengan menjebak Dia dengan kepura-puraan mereka, dan mengira Ia tidak bisa mengetahui maksud mereka yang sebenarnya. Ini benar-benar suatu sikap atheis, ketidakpercayaan luar biasa kepada Allah, suatu kebodohan terbesar di dunia, karena mengira dapat menipu Kristus yang mampu menguji hati (Why. 2:23). Mereka yang mempermainkan Allah hanyalah menipu diri mereka sendiri (Gal. 6:7).
- . Penyampaian masalah, Katakanlah kepada kami pendapat-Mu. Seolah-olah mereka berkata, "Pendapat orang bermacam-macam mengenai hal ini. Ini adalah masalah nyata yang terjadi setiap hari, dan kami ingin mendengar pendapat-Mu sendiri tentang hal ini, Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" Pertanyaan ini menyiratkan pertanyaan berikutnya, "Apakah Kaisar berhak menuntut pembayaran itu?" Sekitar seratus tahun sebelum kejadian ini, bangsa Yahudi ditaklukkan oleh pedang Romawi, dan seperti bangsa-bangsa lainnya, tunduk pada kuk Romawi dan dijadikan salah satu provinsi kekaisaran tersebut. Karena itu mereka diwajibkan membayar berbagai bea, pajak, dan cukai, kadang-kadang juga berupa pungutan yang berkaitan dengan hak kewarganegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa tongkat kerajaan telah beranjak dari Yehuda (Kej. 49:10). Seandainya saja mereka memahami tanda-tanda zaman, seharusnya mereka bisa menyimpulkan bahwa Silo telah tiba, dan Dia-lah orangnya, atau mereka harus menemukan tokoh lain lagi yang lebih tepat untuk menjadi Mesias.
- Pertanyaannya sekarang adalah, apakah boleh membayar pajak ini secara sukarela, atau apakah mereka tidak boleh mengharapkan kemerdekaan bangsa mereka seperti zaman dahulu kala, dan tetap menderita di bawah tekanan? Alasan keragu-raguan mereka adalah, karena mereka ini keturunan Abraham maka mereka tidak boleh menjadi hamba siapa pun (Yoh. 8:33). Allah telah menetapkan suatu hukum bagi mereka, bahwa mereka tidak boleh dikuasai oleh seorang asing. Bukankah hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka tidak mau tunduk kepada raja yang berdaulat, negara, atau penguasa yang tidak berasal dari bangsa atau agama mereka? Ini adalah kesalahan lama yang bersumber dari kecongkakan dan tinggi hati yang mendahului kehancuran dan kejatuhan. Sekalipun Yeremia pada zamannya berbicara dalam nama Allah, ia tidak berhasil meyakinkan mereka, juga tidak berhasil membujuk mereka untuk menyerah kepada raja negeri Babel, dan sifat keras kepala mereka atas hal ini kemudian menjadi kehancuran mereka (Yer. 27:12-13). Sekarang, sekali lagi mereka tersandung pada batu yang sama. Beberapa tahun kemudian hal yang sama ini membawa kehancuran akhir atas mereka oleh bangsa Romawi. Mereka benar-benar salah memahami perintah dan hak istimewa yang diberikan kepada mereka, karena firman Allah yang mereka pahami bertentangan dengan rencana perlindungan Allah, dalam hal mana seharusnya mereka menyerah saja dan menerima hukuman atas kejahatan mereka.
- Walaupun demikian, karena pertanyaan yang mereka ajukan diharapkan bisa menjerat Kristus, dan jawaban mana pun akan membuat-Nya harus berhadapan dengan amarah kecemburuan orang Yahudi, atau amarah kecemburuan orang Romawi, mereka merasa siap meraih kemenangan. Sama seperti yang dilakukan oleh Firaun atas bangsa Israel, mereka pikir bahwa padang gurun ini telah mengurung Dia, bahwa mau tidak mau pengajaran-Nya harus memilih antara merugikan hak-hak jemaat, atau melanggar hak raja dan negara.
- III. Perangkap dipatahkan oleh hikmat Tuhan Yesus.
- . Tuhan Yesus mengetahui maksud mereka itu (ay. 18), Ia mengetahui kejahatan hati mereka, karena percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap (Ams. 1:17). Godaan yang telah tercium berarti sudah setengah ditaklukkan. Bahaya terbesar bagi kita berasal dari ular-ular yang berada di balik rerumputan hijau. Kemudian Yesus berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, apa pun kedok yang dikenakan oleh orang-orang munafik, Tuhan Yesus mampu menembusnya. Ia mengetahui semua kejahatan yang ada di dalam hati orang yang berpura-pura, dan dengan mudah menyatakan mereka bersalah, dan menyingkapkan semuanya di hadapan mereka. Ia tidak bisa ditipu seperti kita oleh berbagai pujian menjilat dan kepura-puraan yang menarik hati. Ia yang menguji hati bisa langsung menyebut orang sebagai munafik seperti yang dilakukan Ahia terhadap istri Yerobeam (1Raj. 14:6), "Mengapakah engkau berbuat seolah-olah engkau orang lain? Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?" Perhatikanlah, orang-orang munafik mencobai Yesus Kristus dengan cara menguji pengetahuan-Nya, apakah Ia mampu membuka kedok mereka melalui penyamaran mereka. Mereka menguji kekudusan dan kejujuran-Nya, apakah Ia akan mengizinkan mereka bergabung dalam jemaat-Nya. Tetapi, bila mereka yang pada zaman dahulu kala telah mencobai Kristus, yang kala itu belum menampakkan diri-Nya secara jelas, dibinasakan oleh ular-ular, betapa beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas mereka yang sekarang mencobai Dia di tengah-tengah terang dan kasih Injil! Mereka yang mencobai Kristus pasti tidak akan berhasil, karena mata-Nya bukan hanya melihat, tetapi menembus jauh ke dalam. Selain itu mata-Nya yang lebih suci membenci kejahatan terselubung orang-orang munafik yang berusaha menyembunyikan dalam-dalam rencana mereka dari-Nya.
- . Ia meloloskan diri-Nya dari jebakan mereka. Atas kemunafikan itu, mereka pantas mendapat jawabannya juga (pertanyaan penuh kebencian dan menjebak seperti itu patut dicela, bukan dijawab). Tuhan Yesus kita memberi jawaban lengkap atas pertanyaan mereka. Ia mendahuluinya dengan sebuah bukti pernyataan yang mendukung, supaya Ia bisa menetapkan peraturan bagi jemaat-Nya mengenai hal ini, serta sekaligus menghindari menyakiti hati orang dan mematahkan jerat yang dipasang.
- (1) Ia memaksa mereka, lebih cepat daripada yang mereka sadari, untuk mengakui kekuasaan Kaisar atas mereka (ay. 19-20). Dalam berurusan dengan mereka yang suka menjebak, sangat baik bila kita bisa memberikan alasan sebelum memberikan penyelesaian kita, dan bila mungkin alasan itu berupa keadaan yang meyakinkan melalui pengakuan mereka sendiri. Dengan demikian, bukti kebenaran itu akan membungkam semua sanggahan mereka secara mengejutkan, karena mereka hanya berpegang pada perlawanan mereka atas kebenaran itu, bukan terhadap alasan itu sendiri, "Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Ia tidak memiliki uang apa pun untuk meyakinkan mereka. Tampaknya sekeping uang pun tidak Ia miliki, karena demi kita Ia telah mengosongkan diri-Nya, dan menjadi miskin. Ia memandang rendah kekayaan dunia ini, dan karena itu mengajarkan kita agar tidak terlampau mementingkan kekayaan. Perak dan emas tidak ada pada-Nya, mengapa kita ingin membebani hidup kita dengan barang-barang fana itu? Orang-orang Romawi menghendaki pembayaran pajak dilakukan dengan mata uang mere ka sendiri, yang memang berlaku di antara orang-orang Yahudi pada zaman itu. Karena itu mata uang itu dinamakan uang untuk pajak. Ia tidak menyebutkan pecahan nilai tertentu selain uang untuk pajak, untuk menunjukkan bahwa Ia tidak peduli dengan masalah nilai uang, dan juga tidak mau memusingkan diri-Nya sendiri dengan itu. Hati-Nya hanya tertuju kepada hal-hal yang lebih baik, yaitu Kerajaan Allah serta kekayaan dan kebenaran yang ada di dalamnya. Hati kita juga harus demikian. Kemudian mereka membawa suatu dinar kepada-Nya, satu dinar Romawi yang terbuat dari perak dan setara dengan upah seorang pekerja dalam sehari. Uang logam dengan nilai ini umum digunakan pada zaman itu. Mata uang ini dicetak dengan gambar dan tulisan kaisar untuk menjamin kepercayaan masyarakat umum tentang nilai pecahan mata uang itu, sebuah cara yang disepakati oleh sebagian besar bangsa di dunia ini guna mempermudah peredaran uang. Gambar yang dicetak pada uang selalu dipandang sebagai cara untuk menyatakan kekuasaan pemerintah yang berdaulat, sedangkan pengakuan atas uang tersebut sebagai alat bayar yang baik dan sah menunjukkan bahwa kita tunduk kepada kekuasaan tersebut. Betapa bahagianya kita kalau kita memiliki undang-undang dasar, dan betapa berbahagianya kita kalau kita hidup di dalam negara yang meskipun gambar dan tulisan menjadi milik negara, namun hak miliknya ada pada warga negara dan dilindungi hukum, sehingga apa yang kita punyai kita bisa sebut sebagai milik kita!
- Kristus bertanya kepada mereka, "Gambar siapakah ini?" Mereka mengakuinya sebagai gambar Kaisar, sehingga dengan itu membuktikan kepalsuan mereka yang berkata, "Kami tidak akan pernah menjadi hamba siapa pun," dan menegaskan apa yang kemudian mereka katakan, "Kami tidak memiliki raja selain Kaisar." Itulah aturan yang tertulis dalam Kitab Talmud orang Yahudi, bahwa "Barangsiapa yang mata uangnya berlaku, dialah raja negara itu."
- Beberapa orang berpendapat bahwa tulisan yang tertera di atas uang logam itu adalah peringatan penaklukan Yudea oleh orang Romawi, anno post captam Judaeam -- tahun setelah peristiwa penaklukan itu dan bahwa hal itu juga diakui mereka.
- (2) Setelah itu Yesus menyimpulkan keabsahan pembayaran pajak kepada Kaisar (ay. 21). "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar," bukan, "Bayarlah kepada Kaisar" (seperti yang mereka ungkapkan dalam ayat 17), tetapi, "Berikan, kembalikan, atau pulangkan, bila Kaisar ingin mengisi pundi-pundi, biarlah Kaisar memerintah mereka. Sekarang sudah terlambat untuk memperdebatkan soal membayar pajak kepada Kaisar, karena negerimu telah menjadi sebuah provinsi kekaisaran. Setelah hubungan itu diakui, kewajiban itu harus dilaksanakan. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar, dan khususnya, pajak kepada orang yang berhak menerima pajak."
- Sekarang, dengan jawaban ini:
- [1] Tidak ada lagi perlawanan yang diberikan. Sungguh suatu kehormatan bagi Kristus dan ajaran-Nya, bahwa Ia tidak berat sebelah, seperti layaknya seorang Hakim atau Penengah, dalam urusan pajak ini, tetapi menyerahkan urusannya kepada mereka sendiri apa adanya, karena Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini. Dengan ini Ia memberi contoh kepada para pelayan-Nya, yang pekerjaannya berurusan dengan hal-hal kudus, agar tidak turut campur tangan memperdebatkan hal-hal duniawi, agar tidak terlibat terlampau jauh dalam pertentangan yang terkait dengan masalah itu, tetapi menyerahkannya kepada mereka yang memang bertanggung jawab atas hal itu. Para pelayan Tuhan yang memperhatikan urusannya sendiri dan menyenangkan hati tuannya, tidak boleh memusingkan diri dengan soal-soal penghidupannya. Mereka akan kehilangan bimbingan Roh Allah serta kelimpahan pemeliharaan-Nya bila berjalan menyimpang. Kristus tidak membahas soal hak kaisar, tetapi Ia memerintahkan kita untuk tunduk dengan rela hati kepada kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah tidak memiliki alasan untuk menyerang keputusan-Nya, justru malah harus berterima kasih kepada-Nya, karena hal itu akan memperkuat apa yang diinginkan Kaisar dari rakyat, yang menganggap-Nya sebagai seorang Nabi. Tetapi, para penuduh-Nya menjadi lebih kurang ajar lagi, meskipun jelas-jelas Ia memerintahkan agar mereka memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar, mereka memutarbalikkan hal ini dalam dakwaan kepada-Nya, bahwa Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar (Luk. 23:2). Orang-orang Farisi tidak dapat mendakwa Dia di hadapan rakyat banyak, karena sebelum menyadari masalahnya, mereka sudah mematuhi dan melaksanakan ketentuan itu terlebih dahulu, sehingga sudah terlambat untuk mengelak dari apa yang dikatakan Yesus. Perhatikanlah, meskipun kebenaran tidak mencari-cari kecurangan yang tersembunyi, kadang-kadang diperlukan cara kerja yang bijaksana dan hati-hati guna mencegah perlawanan yang mungkin timbul.
- [2] Musuh-musuh-Nya dicela.
- Pertama, beberapa orang di antara mereka berharap Ia melarang membayar pajak kepada Kaisar, sehingga mereka memiliki alasan untuk menyimpan uang mereka. Begitulah, banyak orang suka memaafkan diri mereka sendiri untuk tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dengan berdalih-dalih apakah mereka boleh melakukannya atau tidak.
- Kedua, mereka semua menolak memberikan apa yang seharusnya diberikan kepada Allah. Mereka dicela karena sementara memperjuangkan kemerdekaan sipil, mereka malah kehilangan kehidupan dan kuasa iman, sehingga perlu diingatkan tentang kewajiban mereka kepada Allah melalui peringatan akan kewajiban mereka kepada Kaisar.
- [3] Murid-murid-Nya diperintahkan untuk menerapkan peraturan ini di dalam jemaat.
- Pertama, bahwa Kekristenan bukanlah musuh pemerintah sipil, justru Kekristenan merupakan sahabat bagi pemerintah. Kerajaan Kristus tidak berbenturan atau mengganggu kerajaan-kerajaan di dunia ini, dalam segala hal yang berkaitan dengan kewenangan mereka. Oleh Kristuslah, raja-raja memerintah.
- Kedua, merupakan kewajiban setiap warga negara untuk memberikan kepada pemerintah apa yang menjadi kewajiban mereka sesuai hukum yang berlaku di negara itu. Kekuasaan-kekuasaan yang lebih tinggi dipercaya untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum, termasuk melindungi warga negara dan memelihara perdamaian. Untuk itulah pemerintah berhak menerima sebagian kekayaan masyarakat melalui pemungutan pajak negara itu. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah (Rm. 13:6). Tidak diragukan lagi bahwa menipu pemerintah merupakan dosa yang lebih besar daripada menipu seseorang. Meskipun yang menentukan hak-hak Kaisar adalah undang-undang dasar, namun, bila hal itu telah ditetapkan, Kristus meminta kita untuk memberikan kepadanya. Jubahku adalah jubahku, menurut hukum manusia, tetapi seseorang yang mengambilnya dariku adalah seorang pencuri menurut hukum Allah.
- Ketiga, bila kita memberikan kepada Kaisar apa yang wajib kita berikan kepada Kaisar, kita juga harus ingat untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah. Bila pundi-pundi kita menjadi milik Kaisar, maka hati nurani kita menjadi milik Allah. Ia telah bersabda, "Hai anak-Ku, berikanlah hatimu kepada-Ku," Ia harus memiliki tempat yang paling dalam dan paling tinggi di sana. Kita harus memberikan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah, termasuk waktu dan harta benda kita. Dari semua itu Ia harus mendapatkan bagian-Nya, sama seperti Kaisar memperoleh apa yang wajib diberikan kepadanya. Bila perintah Kaisar mengganggu perintah Allah, kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.
- Terakhir, perhatikan baik-baik bagaimana mereka dibingungkan oleh jawaban ini; mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi (ay. 22). Mereka mengagumi kecerdasan-Nya dalam menemukan dan menghindari jerat yang menurut mereka telah dipasang dengan sangat cerdik. Kristus akan tetap menjadi Yang Ajaib, bukan hanya bagi sahabat-sahabatnya yang terkasih, tetapi juga bagi musuh-musuh yang menyusahkan-Nya. Orang mungkin akan berpikir bahwa seharusnya mereka menjadi heran dan mengikut Dia, menjadi heran dan menyerah kepada-Nya. Tidak, sebaliknya, mereka menjadi heran dan meninggalkan Dia. Perhatikanlah, banyak orang yang memandang Kristus sebagai tokoh yang mengagumkan, tetapi tidak mengasihi-Nya. Mereka mengagumi kebijaksanaan-Nya, tetapi tidak bersedia dipimpin oleh-Nya; mengagumi kuasa-Nya, tetapi tidak mau tunduk kepada kuasa-Nya itu. Mereka pergi, seperti orang yang malu, dan melakukan gerak mundur yang memalukan. Siasat mereka telah dikalahkan, mereka meninggalkan medan. Perhatikanlah, tidak ada untungnya berbantah dengan Kristus.
Matthew Henry: Mat 22:23-33 - Pertanyaan mengenai Perkawinan Pertanyaan mengenai Perkawinan (22:23-33)
Di sini diceritakan tentang perdebatan Kristus dengan beberapa orang Saduki mengenai kebangkitan. Perdeba...
Pertanyaan mengenai Perkawinan (22:23-33)
- Di sini diceritakan tentang perdebatan Kristus dengan beberapa orang Saduki mengenai kebangkitan. Perdebatan itu berlangsung pada hari yang sama ketika Ia diserang oleh orang-orang Farisi tentang membayar pajak. Sekarang Iblis menjadi lebih sibuk daripada biasanya untuk melumat dan mengganggu Dia. Saat itu adalah hari pencobaan (Why. 3:10). Kebenaran yang ada dalam Yesus akan tetap berhadapan dengan pertentangan dalam macam-macam perkara.
- Perhatikan baik-baik di sini:
- I. Orang-orang Saduki menentang kebenaran iman yang sangat besar. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kebangkitan, sama seperti yang dikatakan oleh orang-orang dungu, bahwa tidak ada Allah. Kelompok orang-orang bidah ini disebut Saduki, yang berasal dari nama Sadok, salah seorang murid Antigonus Sochaeus, yang pengajarannya berkembang sekitar dua ratus delapan puluh empat tahun sebelum kelahiran Juruselamat kita. Mereka mendapat kritik keras dari para penulis bangsa mereka sendiri, yang menyebut mereka sebagai orang berperilaku rendah dan murtad sesuai prinsip yang mereka anut. Jumlah mereka tergolong paling kecil di antara semua sekte yang ada di antara orang-orang Yahudi, tetapi umumnya mereka terdiri dari orang-orang yang tergolong mempunyai kedudukan yang cukup tinggi. Sama seperti orang-orang Farisi dan Esseni yang tampaknya mengikuti pandangan Plato dan Pythagoras, orang-orang Saduki ini lebih condong kepada pandangan Epikuros. Mereka menyangkal adanya kebangkitan. Mereka berpendapat bahwa tidak ada kehidupan di masa mendatang, tidak ada lagi kehidupan setelah kehidupan ini, bahwa ketika tubuh ini mati, jiwa akan musnah begitu saja dan mati bersama tubuh, bahwa tidak akan ada pahala dan hukuman di dunia lain, tidak akan ada pengadilan di surga atau neraka. Mereka mengatakan bahwa selain Allah, tidak ada roh lain lagi (Kis. 23:8), yang ada hanyalah benda dan pergerakan belaka. Mereka tidak mempercayai adanya penyataan ilahi yang disampaikan oleh para nabi maupun penyataan dari sorga, selain apa yang disampai Allah di Gunung Sinai. Sekarang, muncul ajaran Kristus yang menyampaikan kebenaran besar tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang dengan lebih jelas daripada apa yang telah diungkapkan selama ini. Oleh karena itu, orang-orang Saduki secara khusus menentang pengajaran ini. Sebenarnya orang-orang Farisi dan Saduki saling bermusuhan, tetapi sekarang mereka bersatu melawan Kristus. Injil Kristus selalu menderita tekanan di antara orang-orang munafik dan fanatik yang sarat dengan upacara dan takhayul di satu sisi dan orang-orang yang tidak menghormati bahkan tidak mempercayai adanya Tuhan di sisi lain. Yang pertama melecehkan, dan yang kedua membenci, segala bentuk keilahian, namun keduanya menolak kuasa keilahian itu.
- II. Mereka menyerang kebenaran tentang kebangkitan itu dengan mengangkat sebuah kisah rekaan tentang seorang perempuan yang memiliki tujuh suami secara berturut-turut. Mereka percaya begitu saja bahwa kalau memang betul ada kebangkitan, maka tentunya segala sesuatunya akan kembali pada keadaan dan lingkungan yang sama seperti pada saat kini, seperti pada masa khayalan yang direka-reka oleh Plato. Kalau keadaannya begitu nantinya, maka betapa janggalnya situasi perempuan ini di kehidupan yang akan datang karena memiliki tujuh suami, atau betapa sulitnya ia nanti, siapa yang akan menjadi suaminya, apakah suami pertama, terakhir, yang paling ia cintai, atau yang paling lama hidup bersamanya.
- . Mereka mencoba menerapkan hukum Musa dalam masalah yang disampaikan ini (ay. 24), bahwa saudara suaminya harus menikahi janda tanpa anak yang ditinggal mati oleh suaminya (Ul. 25:5), dan hal semacam itu telah lama dipraktikkan (Rut 4:5). Sebenarnya hukum semacam itu lebih bersifat politis, karena tercantum dalam peraturan perundangan khusus yang mengatur seluruh bangsa Yahudi, dengan maksud menjaga kehormatan dan warisan keluarga, yang memang mendapat perhatian khusus dari pemerintah mereka.
- . Mereka mempermasalahkan keadaan ini. Tidak penting apakah masalah ini masalah nyata atau sekadar wacana belaka. Bila masalah ini tidak benar-benar terjadi, mungkin saja akan terjadi. Masalah itu adalah tentang tujuh laki-laki bersaudara yang menikahi perempuan yang sama (ay. 25-27).
- Nah, kasus ini beranggapan bahwa:
- (1) Kesedihan besar yang ditimbulkan oleh kematian tertentu di dalam keluarga-keluarga sering membinasakan seluruh kelompok dalam sekejap, jarang (seperti yang disampaikan dalam masalah ini) terjadi secara berurutan sesuai usia (negeri kegelapan tidak memiliki aturan tertentu), tetapi kelompok demi kelompok. Kematian itu memusnahkan keluarga yang bertambah dengan sangat banyak (Mzm. 107:38-39). Bila ada tujuh bersaudara tumbuh dewasa dalam satu rumah tangga, tentunya besar kemungkinan keluarga itu akan berkembang, namun sekarang keluarga besar ini tidak mempunyai anak atau cucu cicit, dan tak seorang pun yang tinggal hidup di tempat kediamannya (Ayb. 18:19). Benarlah bila dikatakan bahwa, jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Jangan ada seorang pun yang merasa yakin akan kemajuan dan kelangsungan nama dan keluarga mereka, kecuali mereka bisa membuat perjanjian damai dengan kematian, atau membuat kesepakatan dengan kubur.
- (2) Ketaatan tujuh bersaudara ini kepada hukum, sekalipun sebenarnya mereka bisa menolak dengan risiko dipersalahkan (Ul. 25:7). Perhatikanlah, berbagai peristiwa yang menawarkan hati tidak boleh menghalangi kita untuk melakukan kewajiban, karena kita harus diperintah oleh peraturan, dan bukan oleh peristiwa itu. Orang ketujuh, yang harus menanggung risiko terakhir untuk mengawini janda itu (banyak yang mengatakan), adalah seorang yang berani. Saya berpendapat, bila ia melakukannya dengan kepatuhan yang murni terhadap Allah, maka ia adalah seorang yang baik, seorang yang melaksanakan tugasnya dengan jujur.
- Tetapi, akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Perhatikanlah, hidup lebih lama sebenarnya hanyalah penundaan belaka. Mereka yang berumur panjang, dan sempat menguburkan keluarga dan tetangga-tetangga mereka, bukanlah orang yang kebal terhadap kematian. Tidak, hari kematian mereka akan datang juga. Piala pahit kematian terus berkeliling, cepat atau lambat kita semua harus meminumnya (Yer. 25:26).
- . Mereka menyampaikan ketidakyakinan mereka mengenai jawaban untuk masalah ini (ay. 28), "Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Tidak mungkin ada jawaban atas masalah ini, jadi kami bisa simpulkan bahwa tidak ada kebangkitan." Orang-orang Farisi yang mengaku mempercayai kebangkitan, memiliki anggapan yang sangat kotor dan bersifat kedagingan mengenai hal ini maupun tentang kehidupan yang akan datang. Mereka berharap di sana akan dijumpai kegembiraan dan kesenangan hidup yang hewani. Mungkin hal inilah yang mendorong orang-orang Saduki menolak kebangkitan itu sendiri. Tidak ada yang lebih menguntungkan bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau yang tidak beriman, selain daripada sifat duniawi untuk melampiaskan hawa nafsu dan kepentingan duniawi. Orang-orang sesat menolak kebenaran, sedangkan yang suka percaya pada takhayul memutarbalikkannya untuk keuntungan mereka. Sekarang, keberatan orang-orang Saduki ini sebenarnya ditujukan kepada anggapan orang-orang Farisi tersebut. Perhatikanlah, tidak aneh bahwa pikiran-pikiran duniawi memiliki pemahaman yang keliru tentang hal-hal yang bersifat rohani dan kekal. Manusia duniawi tidak menerima hal-hal ini, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan (1Kor. 2:14). Biarlah kebenaran diletakkan pada cahaya terang, supaya kebenaran itu muncul dalam segala kekuatannya.
- III. Kristus menjawab keberatan ini, dengan mencela kebodohan mereka, dan meralat kesalahan mereka. Ia menunjukkan keberatan mereka ini sebagai keliru dan tidak berdasar.
- . Ia mencela kebodohan mereka (ay. 29), "Kamu sesat." Perhatikanlah, dalam pengadilan Kristus, mereka yang menyangkal kebangkitan dan kehidupan yang akan datang akan dinyatakan sebagai orang-orang sesat. Di sini Kristus menegur mereka dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan, tidak tajam (apa pun alasannya) seperti yang kadang-kadang dilakukan-Nya terhadap imam-imam kepala dan tua-tua, "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti." Perhatikanlah, ketidaktahuan menjadi penyebab kekeliruan. Mereka yang berada dalam kegelapan, menjadi sesat. Kekeliruan terjadi karena menolak terang, dan karena mencoba membuang kunci pengetahuan. Kamu sesat dalam hal ini, sebab kamu tidak mengerti. Perhatikanlah, ketidaktahuan atau kebodohan adalah penyebab terjadinya kekeliruan tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Apakah sebenarnya kebangkitan itu, orang yang paling bijaksana dan terbaik sekalipun tidak akan mengetahui apa-apa mengenainya. Seperti apa kita nanti jadinya, belumlah tampak. Ini adalah suatu kemuliaan yang nanti akan dinyatakan. Bila kita berbicara tentang keadaan jiwa-jiwa yang terpisah, kebangkitan badan, serta kebahagiaan dan kesengsaraan abadi, langsung saja kita akan menjadi bingung. Kita tidak bisa mengatur pembicaraan kita karena semua masih gelap. Tetapi kita tidak dibiarkan tetap tinggal dalam kegelapan mengenai hal ini. Terpujilah Allah karenanya! Dan mereka yang menyangkalnya, bersalah karena sengaja tidak mau tahu atau tidak tersentuh dengan kebenarannya. Tampaknya, di antara orang-orang Kristen pun ada semacam orang-orang Saduki juga, yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati (1Kor. 15:12), dan ada juga beberapa yang memang menyangkalinya, dengan menjadikan kebangkitan itu sebagai sebuah kiasan belaka dengan mengatakan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung.
- Sekarang perhatikan baik-baik:
- (1) Mereka tidak mengerti kuasa Allah, yang akan memimpin manusia memahami adanya kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Perhatikanlah, kebodohan, ketidakpercayaan, atau kurang kepercayaan tentang kuasa Allah, merupakan akar dari banyak kekeliruan, khususnya bagi mereka yang menyangkal adanya kebangkitan. Ketika kita diberi tahu tentang keberadaan dan fungsi jiwa dalam keadaan terpisah dari tubuh, khususnya tubuh yang telah mati dan dikuburkan selama berabad-abad dalam liang kubur, dan telah berubah menjadi debu biasa dan hina, dan kemudian debu ini akan dibangkitkan menjadi tubuh yang sama seperti sebelumnya, hidup, bergerak, dan bertindak, maka langsung saja kita berujar, "Bagaimana mungkin hal-hal ini bisa terjadi?" Alam memberikan pepatah seperti ini, A privatione ad habitum non datur regressus -- Kebiasaan menghubungkan sesuatu pada keadaan yang ada akan sirna bersama keadaan itu sendiri. Bila seseorang meninggal dunia, apakah ia akan hidup kembali? Karena orang-orang bodoh tidak mampu memahami caranya, mereka mempertanyakan kebenaran itu, padahal, bila kita sungguh-sungguh percaya kepada Allah Bapa yang mahakuasa, bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, maka semua kesulitan ini akan lenyap. Karena itu, pertama-tama kita harus berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah itu mahakuasa, dan bisa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Setelah itu, tidak akan ada lagi ruang untuk meragukan apakah Ia akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya. Kalau begitu, mengapa kamu menganggap mustahil, bahwa Allah membangkitkan orang mati? (Kis. 26:8). Kekuasaan-Nya jauh melampaui kekuasaan alam ini.
- (2) Mereka tidak mengerti Kitab Suci, yang menyatakan dengan tegas bahwa akan ada kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Kuasa Allah yang ditetapkan dan digerakkan oleh janji-Nya merupakan landasan untuk membangun iman. Nah, Kitab Suci mengatakan dengan jelas bahwa jiwa itu kekal, dan akan ada kehidupan lain setelah kehidupan ini. Itulah maksud pengajaran hukum Taurat dan nabi-nabi, bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar (Kis. 24:14-15). Ayub mengetahui hal ini (Ayb. 19:26), Yehezkiel juga menubuatkannya (Yeh. 37), dan Daniel menubuatkannya dengan jelas (Dan. 12:2). Kristus bangkit sesuai dengan Kitab Suci (1Kor. 15:4), begitu juga kita akan dibangkitkan. Oleh karena itu, mereka yang menyangkal kebangkitan mungkin belum meneliti Kitab Suci dengan cermat, atau tidak mempercayainya, atau tidak bisa mengerti makna dan maksudnya secara benar. Perhatikanlah, tidak memahami Kitab Suci akan menimbulkan banyak kerugian.
- . Ia meralat kesalahan mereka, dan (ay. 30) membetulkan gagasan bodoh mereka tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang, serta memperbaiki pengajaran ini dengan dasar yang benar dan abadi. Perhatikan baik-baik keadaan yang terjadi saat kebangkitan:
- (1) Keadaan pada saat kebangkitan itu tidak sama seperti kehidupan yang sedang kita jalani sekarang di atas bumi ini, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan. Dalam kehidupan kita sekarang, perkawinan memang diperlukan, dilembagakan dalam kekudusan. Sekalipun bentuk-bentuk kelembagaan lainnya diganggu atau diabaikan, lembaga yang satu ini tidak pernah dikesampingkan, bahkan sampai akhir zaman. Di dunia lama, mereka kawin dan dikawinkan. Ketika orang-orang Yahudi dalam pengasingan di Babel dan tercerabut dari macam-macam ketetapan lain, mereka tetap diminta untuk mengambil istri (Yer. 29:6). Semua bangsa beradab menyadari pentingnya kewajiban dalam perjanjian pernikahan, yang diperlukan untuk memenuhi hasrat dan melengkapi kekurangan sifat manusia. Tetapi, dalam kebangkitan, tidak akan ada perkawinan. Beberapa orang dengan penuh rasa ingin tahu membahas apakah dalam tubuh yang dipermuliakan akan ada perbedaan jenis kelamin (pendapat orang-orang kuno terbagi mengenai hal ini). Tetapi, ada perbedaan jenis kelamin atau tidak, yang pasti tidak akan ada penyatuan jenis kelamin. Bila Allah menjadi semua di dalam semua, tidak diperlukan lagi penolong yang lain, tubuh ini akan menjadi tubuh rohaniah, tidak memiliki lagi hasrat kedagingan yang perlu dipenuhi. Ketika tubuh rohaniah telah disempurnakan, tidak perlu lagi mencari keturunan ilahi yang menjadi salah satu tujuan lembaga perkawinan (Mal. 2:15). Di sorga tidak akan ada lagi kemerosotan kehidupan jasmani manusia, dan karena itu tidak akan ada lagi makan dan minum. Tidak ada lagi kemerosotan keturunan, karena itu tidak ada perkawinan. Di mana maut tidak akan ada lagi (Why. 21:4), sehingga tidak perlu lagi ada kelahiran. Kehidupan perkawinan terdiri atas kesukaan dan kesusahan. Mereka yang memasukinya diajar untuk paham bahwa perkawinan itu sesuatu yang bisa berubah-ubah, ada kelimpahan dan kekurangan, ada sakit dan sehat. Dan semuanya ini sesuai dengan keadaan dunia yang bercampur dan penuh perubahan ini. Kalau di neraka tidak ada lagi sukacita, tidak terdengar lagi suara mempelai laki-laki dan suara pengantin perempuan, maka di sorga selalu ada sukacita, tidak ada lagi kesusahan, kesakitan, atau kesukaran, dan karena itu tidak perlu ada saling kawin-mengawinkan. Sukacita pada saat itu sungguh suci murni dan rohaniah sifatnya, yang berasal dari perkawinan mereka semua dengan Sang Anak Domba, bukan dari perkawinan di antara mereka satu dengan yang lainnya.
- (2) Kehidupan saat itu sama seperti kehidupan malaikat yang sekarang ada di dalam surga. Hidup mereka seperti malaikat di sorga. Kehidupan malaikat memang demikian adanya, dan tidak diragukan lagi bahwa kita juga akan menjadi seperti itu. Mereka sudah ada di dalam Kristus yang menjadi Kepala mereka, dan yang telah memberi mereka tempat bersama-sama dengan Dia di sorga (Ef. 2:6). Roh orang-orang benar yang sudah disempurnakan akan sama seperti kumpulan beribu-ribu malaikat (Ibr. 12:22-23). Manusia diciptakan Allah hampir sama seperti Allah (Mzm. 8:6), tetapi dalam penebusan dan pemulihan yang sempurna, manusia akan menjadi seperti malaikat, bersifat murni dan rohaniah seperti malaikat, penuh hikmat dan kasih seperti para Serafim yang diberkati, selalu memuji Allah seperti mereka dan bersama mereka. Tubuh orang-orang kudus akan dibangkitkan dalam keadaan yang sempurna dan mulia, sama seperti roh-roh yang murni dan kudus itu (1Kor. 15:42 dst), mampu bergerak cepat dan kuat. Oleh karena itu, sekarang kita harus berhasrat dan berusaha sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah seperti yang dilakukan oleh para malaikat di sorga, karena kita berharap tidak lama lagi kita akan menjadi seperti malaikat-malaikat yang selalu memandang wajah Bapa. Tuhan Yesus tidak mengatakan apa pun tentang kehidupan orang-orang jahat dalam kebangkitan, tetapi kita bisa mengambil kesimpulan sebaliknya, tentunya mereka akan menjadi seperti setan-setan, karena mereka telah mengumbar semua hawa nafsu mereka.
- IV. Pernyataan yang dipakai Kristus untuk menegaskan kebenaran agung tentang kebangkitan dan kehidupan yang akan datang. Karena hal ini merupakan masalah besar, Ia menganggap tidak akan cukup (seperti juga pada beberapa perbantahan lainnya) untuk hanya mengungkapkan kekeliruan dan alasan licik yang ada dalam bantahan orang-orang Saduki itu, tetapi harus mendukung kebenaran itu dengan pernyataan kokoh yang memberikan dasar bagi kebenaran itu. Kristus menyatakan hukum maupun kemenangan bagi kebenaran itu, supaya para pengikut-Nya bisa mempunyai alasan untuk berharap akan penghakiman dan kemenangan itu.
- . Dari mana Kristus mengambil penjelasan-Nya? Dari Kitab Suci yang adalah gudang senjata terbesar untuk melengkapi kita dengan senjata-senjata rohani, baik untuk menyerang maupun bertahan. Ungkapan "telah tertulis" merupakan pedang Goliat. Tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah?
- Perhatikanlah:
- (1) Apa yang dikatakan Kitab Suci adalah apa yang difirmankan Allah.
- (2) Apa yang dikatakan kepada Musa juga dikatakan kepada kita. Firman itu disabdakan dan ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita.
- (3) Penting bagi kita untuk membaca dan mendengar apa yang telah difirmankan Allah, karena firman itu dinyatakan kepada kita. Pertama-tama difirmankan bagi kamu, wahai orang-orang Yahudi, karena bagi kalianlah firman itu dijanjikan Allah. Penjelasan itu diambil dari kitab-kitab Musa, karena orang-orang Saduki ini hanya mau menerima kitab-kitab ini saja, (menurut pendapat sebagian orang,) atau setidaknya kitab-kitab yang diakui secara resmi saja. Karena itu Kristus mengambil bukti dari sumber yang paling tak terbantahkan. Para nabi setelah Musa lebih banyak mengungkapkan bukti kehidupan yang akan datang daripada yang ada di dalam Taurat Musa. Meskipun Taurat Musa menganggap kekekalan jiwa dan kehidupan yang akan datang merupakan prinsip-prinsip dari apa yang dinamakan ciri khas agama, namun tidak ada pernyataan jelas yang diungkapkan oleh Taurat Musa. Karena banyak bagian dari hukum Taurat itu bersifat khusus bagi bangsa itu, maka perlu disertai dengan peraturan-peraturan lokal dengan sejumlah janji dan ancaman yang bersifat sementara, sedangkan pernyataan jelas untuk mengungkapkan kehidupan yang akan datang disimpan untuk masa-masa berikutnya. Namun, Juruselamat kita tetap saja menemukan sebuah bukti pernyataan yang sangat mantap mengenai kebangkitan di dalam tulisan-tulisan Musa itu. Banyak kebenaran Kitab Suci masih terbenam di dalam tanah, sehingga perlu digali lebih dalam.
- . Dasar apa yang dipakai-Nya? (ay. 32), Akulah Allah Abraham.
- Walaupun bukan merupakan bukti yang dinyatakan dengan jelas, totidem verbis -- dengan begitu banyak kata, namun benar-benar merupakan pernyataan yang dengan sendirinya sudah menyimpulkan hal lainnya. Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari Kitab Suci, bila memang disimpulkan dengan benar, maka harus diterima sebagai alkitabiah, karena Kitab Suci ditulis bagi mereka yang menggunakan kemampuan akal budi untuk bernalar.
- Sekarang tujuan penjelasan ini adalah untuk membuktikan:
- (1) Bahwa ada kehidupan yang akan datang, kehidupan lain setelah kehidupan ini, di mana orang-orang benar akan sungguh-sungguh berbahagia terus-menerus. Hal ini dibuktikan dari apa yang dikatakan Allah, "Akulah Allah Abraham."
- [1] Menjadikan Allah sebagai Allah seseorang, mengandaikan adanya beberapa hak istimewa dan kebahagiaan yang luar biasa. Jika tidak mengenal Allah sepenuhnya, kita tidak akan dapat memahami kekayaan kata-kata, Aku akan menjadi Allah bagimu, yaitu seorang Penolong seperti diriku sendiri. Allah dari orang Israel adalah Allah bagi orang Israel (1Taw. 17:24), Penolong rohaniah, karena Ia adalah Bapa segala roh, dan karena Ia memberkati dengan berkat-berkat rohaniah. Ia menjadi Penolong yang mencukupi semuanya, Allah yang mencukupi, Kebaikan yang limpah, Penolong yang abadi. Karena Ia sendiri adalah Allah yang kekal, maka Ia juga akan menjadi Allah selamanya bagi mereka yang ada di dalam kovenan atau perjanjian dengan-Nya. Firman yang luar biasa ini telah sering disampaikan Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, yang dimaksudkan-Nya sebagai pahala atas iman dan ketaatan mereka yang utuh karena telah meninggalkan negeri mereka sendiri demi panggilan-Nya. Orang-orang Yahudi sangat menghormati ketiga tokoh bapa gereja ini, dan mereka turut menerima janji Allah turun-temurun.
- [2] Ternyata ketiga tokoh yang baik ini tidak memiliki kebahagiaan luar biasa dalam kehidupan ini, sebagai kegenapan firman yang begitu luar biasa. Mereka menjadi orang asing di negeri perjanjian, mengembara, dan diimpit kelaparan. Mereka tidak memiliki sejengkal tanah pun selain tanah pemakaman. Tetapi justru hal ini mengarahkan mereka untuk mencari sesuatu yang melampaui kehidupan ini. Dalam hal kenikmatan hidup pada saat itu, mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan para tetangga mereka yang adalah orang-orang asing terhadap kovenan ini. Lalu apa yang ada di dunia ini yang membedakan mereka dan para ahli waris iman mereka dari orang lain, yang menggambarkan kemuliaan dan keunggulan kovenan Allah itu? Seandainya tidak ada kebahagiaan yang disediakan bagi para tokoh yang agung dan baik ini di sisi lain dari kematian ini, maka kata-kata Yakub ketika ia telah menjadi tua (Kej. 47:9), tahun-tahun hidupku sedikit saja dan buruk adanya, akan menjadi celaan kekal terhadap kebijaksanaan, kebaikan, dan kesetiaan Allah yang sering menamakan diri-Nya sebagai Allah Yakub.
- [3] Oleh karena itu, pastilah ada kehidupan yang akan datang, di mana Allah hidup selamanya untuk memberikan pahala kekal, dan demikian pula Abraham, Ishak, dan Yakub akan terus hidup untuk menerima pahala kekal itu. Apa yang ditulis dalam Ibrani 11:16 menjadi kunci pernyataan ini, ketika ia menulis tentang iman dan ketaatan para tokoh nenek moyang ini di tanah pengembaraan mereka, ia menambahkan, sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka, sebuah kota sorgawi. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa seandainya Allah belum mempersiapkan dengan begitu baik sebuah tempat bagi mereka di dunia lain, dan mengingat bahwa mereka berhasil mempertahankan iman, maka Ia akan malu menyebut diri-Nya sebagai Allah mereka. Tetapi sekarang Ia tidak merasa malu, karena Ia telah mempersiapkan semuanya bagi mereka, untuk menjawab iman mereka dengan sebenar-benarnya dan seutuh-utuhnya.
- (2) Bahwa jiwa itu kekal, dan tubuh akan dibangkitkan kembali dan dipersatukan. Bila uraian di atas telah dipahami, maka uraian berikut ini akan menegaskannya. Kehidupan yang akan datang itu juga dibuktikan dengan memperhatikan saat ketika Allah berbicara kepada Musa dari tengah-tengah semak duri, lama setelah kematian Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah tidak berkata, "Dahulu Aku," atau "pernah," tetapi Ia berkata (dengan merujuk pada waktu sekarang ini), "Akulah Allah Abraham." Jadi, Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Ia adalah Allah yang hidup, dan Ia menyampaikan hal-hal penting bagi mereka yang menjadikan Dia sebagai Allah. Seandainya Abraham mati dan segala sesuatu berakhir dengan dia, maka begitu pula hubungan Allah dengan dia sebagai Allahnya. Tetapi, pada saat itu, ketika Allah berbicara kepada Musa, Allah berkata bahwa Ialah Allah Abraham, karena itu pastilah Abraham saat itu dan sampai sekarang masih hidup. Jadi ini membuktikan adanya kekekalan jiwa dalam keadaan yang diberkati, dan karena itu pula bisa disimpulkan adanya kebangkitan tubuh. Jiwa manusia memiliki kecenderungan bersatu dengan tubuhnya, dan karena itu pemisahan akhir dan kekal antara tubuh dan jiwa akan bertentangan dengan kebahagiaan mereka yang menjadikan Allah sebagai Allah mereka. Tetapi, pemikiran orang-orang Saduki terbalik, mereka mengatakan bahwa persatuan antara tubuh dan jiwa itu begitu dekat, sehingga ketika tubuh mati, maka jiwa juga turut mati bersamanya. Namun, kita juga dapat menggunakan dasar pemikiran yang sama, yaitu bahwa bila jiwa itu hidup, dan pasti demikian, tentunya pada satu saat nanti tubuh itu juga hidup bersamanya. Di samping itu, Tuhan itu juga Tuhan bagi tubuh, tubuh itu merupakan bagian penting bagi manusia. Ada sebuah kovenan dengan debu tanah, yang akan selalu diingat, karena kalau tidak, manusia tidak akan berbahagia. Tugas yang diberikan oleh para nenek moyang yang akan meninggal tentang tulang-tulang mereka, merupakan bukti bahwa dengan iman mereka memiliki pengharapan akan kebangkitan tubuh mereka. Namun, pengajaran ini disimpan untuk diungkapkan sepenuh-penuhnya setelah kebangkitan Kristus, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal dunia.
- Akhirnya, kita membaca hasil akhir perdebatan ini. Orang-orang Saduki itu bungkam (ay. 34), dan dengan begitu menjadi malu. Mereka mengira dengan kelicikan, mereka dapat mempermalukan Kristus, tetapi dalam kenyataannya mereka sendirilah yang mempersiapkan aib bagi diri sendiri. Tetapi orang banyak menjadi takjub akan pengajaran-Nya (ay. 33).
- . Karena pengajaran itu baru bagi mereka. Lihatlah, betapa buruknya uraian Kitab Suci yang disampaikan kepada mereka selama ini, sampai-sampai mereka pun menjadi takjub akan penjelasan-Nya itu seperti sebuah mujizat, karena mereka mendengarkan janji yang sangat mendasar yang ada dalam kebenaran agung ini. Mereka menyesali para ahli Taurat yang tidak menjadikan kebenaran ini sebagai berita bagi mereka.
- . Karena ada sesuatu yang sangat indah dan agung di dalamnya. Kebenaran akan tampak lebih cerah dan lebih dikagumi bila dipertentangkan. Perhatikan baik-baik, banyak orang yang menyangkal kebenaran menjadi bungkam, dan banyak orang yang mendengar kebenaran itu menjadi takjub, tetapi tidak ada dari mereka yang mau bertobat supaya diselamatkan. Walaupun demikian, dalam kebungkaman dan ketakjuban jiwa-jiwa yang tidak dikuduskan ini, Allah tetap memuliakan hukum-Nya, memuliakan Injil-Nya, dan menjadikan keduanya terhormat.
Matthew Henry: Mat 22:34-40 - Hukum yang Terutama Hukum yang Terutama (22:34-40)
Di sini kita membaca tentang percakapan antara Kristus dan seorang Farisi yang ahli hukum tentang hukum yang terutam...
Hukum yang Terutama (22:34-40)
- Di sini kita membaca tentang percakapan antara Kristus dan seorang Farisi yang ahli hukum tentang hukum yang terutama di dalam hukum Taurat.
- Perhatikan baik-baik:
- I. Kumpulan orang Farisi menentang Kristus (ay. 34). Mereka mendengar bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, telah mengatup mulut mereka, meskipun pemahaman mereka sendiri belum terbuka. Orang-orang Farisi itu berkumpul, bukan untuk menyampaikan terima kasih dari pihak mereka seperti yang seharusnya dilakukan atas keberhasilan Kristus menegaskan dan meneguhkan kebenaran terhadap orang-orang Saduki yang menjadi musuh agama mereka. Sebaliknya, mereka malah mencobai Dia dengan harapan mendapat nama baik dengan membingungkan Dia yang telah berhasil membingungkan orang Saduki. Bukannya merasa senang bahwa orang-orang Saduki telah dibungkamkan, mereka malah merasa lebih jengkel karena Dia dihormati. Mereka lebih peduli pada kelaliman dan tradisi mereka sendiri yang selama ini ditentang oleh Kristus daripada pengajaran tentang kebangkitan dan kehidupan mendatang yang ditentang oleh orang Saduki. Perhatikanlah, sikap ini merupakan contoh bentuk iri hati dan kedengkian model orang Farisi, yakni suka merasa tidak senang bila orang lain yang tidak disukai berhasil mempertahankan suatu kebenaran yang diimani. Rasul Paulus yang terberkati memiliki pemikiran yang sebaliknya (Flp. 1:18).
- II. Pertanyaan yang diajukan si ahli hukum itu kepada Kristus. Para ahli hukum seperti orang ini adalah orang-orang yang belajar dan sekaligus mengajar hukum Musa, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat pada umumnya. Tetapi sebagian orang berpendapat bahwa para ahli hukum seperti ini lebih menekuni pertanyaan-pertanyaan praktis daripada ahli Taurat pada umumnya. Mereka mempelajari dan mengakui praktik keagamaan sehari-hari. Si ahli hukum ini bertanya untuk mencobai Dia, tetapi ia tidak bermaksud menjebak Dia, sebagaimana yang tampak pada penuturan Markus tentang kisah ini, di mana dialah orangnya yang dituju oleh Kristus ketika berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (Mrk. 12:34). Orang itu hanya ingin mengetahui apa pendapat Kristus, dan mengadakan percakapan dengan-Nya, untuk memuaskan rasa ingin tahunya sendiri dan juga kawan-kawannya.
- . Pertanyaannya adalah, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak ada gunanya, karena semua hukum Allah adalah mulia (Hos. 8:12), dan semua kebijaksanaan dari sorga tidak bisa dipilah-pilah, tidak boleh memandang bulu dalam pengajaran Taurat (Mal. 2:9), semua hukum Allah harus dihormati. Namun, ada benarnya juga kalau dikatakan bahwa ada beberapa perintah yang memang merupakan dasar bagi aturan-aturan Allah. Perintah-perintah semacam ini cakupannya lebih luas dan mencakup perintah-perintah lainnya. Juruselamat kita berbicara tentang yang terpenting dalam hukum Taurat (23:23).
- . Maksudnya adalah untuk menguji Dia, atau mencobai Dia, apakah pengetahuan-Nya sepadan dengan segala penghakiman yang dibuat-Nya selama ini. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering diperdebatkan di antara para peneliti hukum Taurat sendiri. Beberapa orang mengatakan bahwa hukum penyunatan adalah hukum yang terutama, yang lain mengatakan hukum Hari Sabat, yang lain lagi lebih mengutamakan hukum korban, masing-masing sesuai dengan pengajaran yang paling menyentuh hati dan kegiatan mereka masing-masing. Sekarang mereka ingin menguji apa jawab Kristus atas pertanyaan ini, dengan harapan untuk menyulut kemarahan orang banyak terhadap-Nya, seandainya Ia tidak menjawab sesuai pendapat umum. Bila Ia mengutamakan salah satu perintah, mereka akan menuduh-Nya dengan tuduhan melecehkan perintah-perintah yang lain. Pertanyaan itu tidak terlampau berbahaya. Dengan membandingkan apa yang ditulis dalam Lukas 10:27-28, tampaknya sudah menjadi suatu butir kesepakatan di antara para ahli hukum bahwa kasih kepada Allah dan sesama kita merupakan hukum yang terutama dan inti dari hukum-hukum lainnya, dan di sini Kristus menyetujui pendapat demikian. Karena itu, bila sekarang mereka mempertanyakan hal itu kepada-Nya, tampaknya mereka lebih bermaksud melecehkan Dia dengan menguji-Nya seperti seorang anak kecil, daripada bermaksud untuk mendebat Dia dengan penuh kebencian sebagai seorang lawan.
- III. Jawaban Kristus atas pertanyaan ini. Pertanyaan seperti itu layak juga kita tanyakan kepada-Nya sehingga kita dapat memperoleh jawaban-Nya. Orang-orang besar tidak akan merasa dilecehkan bila mereka harus menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana. Sekarang Kristus mempercayakan perintah ini kepada kita sebagai perintah-perintah agung, supaya kita jangan mengucilkan perintah lain, tetapi sebaliknya merangkumnya juga.
- Perhatikan baik-baik:
- . Hukum manakah yang terutama (ay. 37-39). Bukan hukum-hukum pengadilan. Hukum-hukum tersebut tidak mungkin menjadi yang terutama, karena jumlah orang Yahudi yang berurusan dengan hukum-hukum itu begitu sedikit. Bukan juga hukum-hukum yang sifatnya upacara belaka, karena sudah semakin usang dan segera lenyap. Juga bukan ajaran moral tertentu. Sebaliknya, hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan sesama, yang menjadi sumber dan landasan bagi hukum-hukum lainnya, yang tentu saja mengikuti hukum-hukum utama tersebut.
- (1) Semua hukum digenapi dalam satu kata, yaitu kasih (Rm. 13:10). Semua kepatuhan dimulai dari kasih sayang, dan tidak akan sesuatu apa pun dalam agama yang bisa dilakukan dengan benar jika tidak ada rasa kasih terlebih dahulu. Kasih adalah rasa sayang yang menuntun, yang memberikan hukum dan landasan bagi hukum-hukum lainnya. Oleh karena itu, sebagai benteng utama, kasih itu harus diberikan dan dipertahankan bagi Allah. Manusia adalah ciptaan yang dibentuk untuk kasih, karena itu hukum yang tertulis di dalam hati adalah hukum kasih. Kasih adalah sebuah kata yang singkat dan manis. Bila kasih itu memenuhi hukum, pastilah kuk perintah itu akan terasa sangat mudah. Kasih adalah perhentian dan kepuasan jiwa. Bila kita berjalan di jalan yang sudah tua tetapi indah ini, kita akan menemukan perhentian.
- (2) Mengasihi Allah adalah perintah pertama dan terutama dari semuanya, dan merupakan intisari dari semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang pertama. Tindakan kasih yang dilakukan dengan benar akan membawa kepuasan. Kebaikan adalah tujuan yang benar dari kasih. Nah, Allah yang kebaikan-Nya tidak terbatas, sejak permulaan dan sampai selama-lamanya, harus menjadi yang pertama-tama untuk dikasihi, tidak boleh ada yang dikasihi selain Dia dan apa yang dikasihi karena Dia. Kasih adalah hal pertama dan terutama yang dituntut Allah dari diri kita, dan karena itu menjadi hal pertama dan terutama yang kita persembahkan kepada-Nya.
- Sekarang, di sini kita diarahkan:
- [1] Untuk mengasihi Allah sebagai Allah kita, Kasihilah Tuhan, Allahmu seperti milikmu sendiri. Perintah yang pertama adalah, Janganlah ada padamu allah lain, yang secara tidak langsung menyatakan kita harus memiliki Dia sebagai Allah kita, dan hal itu akan menarik kasih kita kepada-Nya. Mereka yang menjadikan matahari dan bulan sebagai allah mereka, juga mengasihi benda-benda langit itu (Yer. 8:2; Hak. 18:24). Mengasihi Allah seperti milik kita sendiri adalah mengasihi Dia karena Ia adalah milik kita, Pencipta kita, Pemilik kita, dan Penguasa kita. Oleh karena itu, kita harus bertingkah laku layaknya Dia milik kita, dengan segala ketaatan dan ketergantungan pada-Nya. Kita harus mengasihi Allah sebagaimana Dia sudah diperdamaikan dengan kita, dan Dia sudah menjadikan Dia milik kita melalui perjanjian-Nya sendiri. Itulah dasarnya mengapa Dia adalah Allahmu.
- [2] Mengasihi Dia dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi kita. Beberapa orang berpendapat bahwa ketiga hal ini menunjukkan sesuatu yang sama, yaitu mengasihi Dia dengan segenap kekuatan kita. Sementara ada juga yang membedakan ketiga hal itu dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hati, jiwa, dan akal budi adalah kehendak, kasih sayang, dan pengertian; atau indra kemampuan yang sangat penting untuk hidup yang mencakup masalah merasa dan berpikir. Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang tulus, bukan hanya kata-kata di lidah saja, seperti mereka yang berkata mengasihi Dia, tetapi hati mereka tidak bersama Dia. Kasih itu haruslah kasih yang kuat, kita harus mengasihi Dia pada tingkat yang paling dalam. Sebagaimana kita harus memuji Dia, begitu juga kita harus mengasihi Dia, dengan segenap batin kita (Mzm. 103:1). Kasih itu haruslah tunggal dan terunggul, kita harus mengasihi-Nya lebih dari segala yang lain. Inilah seluruh alur yang harus dilalui oleh kasih sayang kita. Hati harus menyatu dalam mengasihi Allah, tidak boleh terbagi-bagi. Semua kasih kita terlampau kecil untuk dipersembahkan kepada-Nya, dan karena itu segenap kekuatan jiwa harus dikerahkan dan dibawa kepada-Nya. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama, karena kepatuhan pada hal ini menjadi sumber kepatuhan bagi semua hukum lainnya. Semua hukum lainnya akan diterima kalau mengalir dari kasih itu.
- (3) Mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri adalah hukum utama yang kedua (ay. 39). Hukum ini sama dengan yang pertama. Hukum ini merangkum semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang kedua, seperti halnya dengan yang pertama. Hukum ini sama dengan hukum yang pertama tadi, karena hukum ini didirikan di atas dan mengalir dari situ. Kasih yang benar kepada saudara kita, mereka yang bisa kita lihat, merupakan contoh dan bukti kasih kita kepada Allah, yang tidak bisa kita lihat (1Yoh. 4:20).
- [1] Secara tersirat ini berarti kita harus mengasihi diri kita sendiri. Ada kasih diri yang merusak dan menjadi akar dari dosa-dosa besar, kasih semacam itu harus dibuang dan dimatikan. Tetapi ada jenis kasih diri yang alami, yaitu kasih yang mengatur kewajiban paling utama. Kasih diri semacam ini harus dilestarikan dan dikuduskan. Kita harus mengasihi diri kita sendiri, artinya, kita harus menghargai kemuliaan sifat-sifat kita dengan layak, dan juga memperhatikan kesejahteraan jiwa dan tubuh kita dengan semestinya.
- [2] Telah ditetapkan bahwa kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri. Kita harus menghormati dan menghargai semua orang, dan tidak boleh melakukan kejahatan atau merugikan siapa pun. Harus memiliki niat baik kepada semua orang, keinginan yang baik bagi semua orang, dan sekiranya ada kesempatan kita harus berbuat baik kepada semua orang. Kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri, dengan sikap jujur dan tulus seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Malah, dalam banyak hal kita harus menyangkal diri demi kebaikan sesama kita. Kita harus menjadikan diri kita pelayan demi kesejahteraan orang lain, dan bersedia mengorbankan milik kita, bahkan mengorbankan diri kita untuk mereka, wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
- . Perhatikan baik-baik bagaimana bobot dan keutamaan perintah-perintah ini (ay. 40). Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Artinya, kedua hukum ini merupakan intisari dan isi dari semua perintah yang berkaitan dengan pengamalan iman secara praktis seperti yang tertulis di dalam hati manusia secara alami, dihidupkan kembali oleh Musa, dan didukung serta diperkuat oleh pemberitaan dan tulisan para nabi. Semua tergantung pada hukum kasih. Buanglah hukum kasih itu, maka semuanya akan gugur dan tidak ada yang tersisa lagi. Ritual dan upacara harus memberi jalan bagi hukum kasih ini, begitu pula semua karunia-karunia rohani, karena kasih adalah jalan yang lebih utama. Inilah roh dari hukum Taurat, yang menghidupkan, merekatkan, dan menyatukan hukum Taurat. Kasih menjadi akar dan sumber semua kewajiban lainnya. Seluruh Alkitab, bukan hanya hukum Taurat dan kitab nabi-nabi saja, tetapi juga Injil, hanya menunjuk kasih seperti ini yang merupakan buah iman, dan bahwa kita mengasihi Allah di dalam Kristus serta sesama kita hanya demi kepentingan-Nya. Semua bergantung pada kedua perintah ini, karena pengaruh semua perintah lain itu bergantung pada dijalankannya kedua hukum utama tersebut. Karena, kasih adalah kegenapan hukum Taurat (Rm. 13:10), dan tujuan hukum Taurat adalah kasih (1Tim. 1:5). Hukum kasih itu adalah paku, seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala (Pkh. 12:11), padanya tergantung semua kemuliaan hukum Taurat dan kitab Nabi-nabi (Yes. 22:24), sebuah paku yang tidak akan pernah dicabut, karena pada paku ini akan tergantung semua kemuliaan Yerusalem baru dalam kekekalan. Kasih tidak berkesudahan. Sebab itu, biarlah hati kita diserahkan ke dalam kedua hukum utama ini, diserahkan untuk dibentuk olehnya. Biarlah kita bersungguh-sungguh mempertahankan dan mewujudkan kedua hukum ini, bukan dalam pemikiran, sebutan-sebutan atau permainan kata saja, seolah-olah semua hal tersebut merupakan hal-hal besar yang padanya bergantung semua hukum Taurat dan kitab para nabi, atau seolah-olah bagi semua hal tersebutlah kasih kepada Allah dan sesama kita harus dikorbankan. Bukan, sebaliknya, biarlah hanya kepada kuasa memerintah dari kedua perintah utama ini sajalah semua hal yang lain dibuat tunduk.
SH -> Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:1-14; Mat 22:15-33; Mat 22:15-22; Mat 22:15-22; Mat 22:15-40; Mat 22:15-22; Mat 22:15-22; Mat 22:15-22; Mat 22:23-33; Mat 22:23-33; Mat 22:23-33; Mat 22:23-33; Mat 22:23-33; Mat 22:34-46; Mat 22:34-40; Mat 22:34-46; Mat 22:34-40; Mat 22:34-46; Mat 22:34-40
SH: Mat 22:1-14 - Menolak yang utama karena yang sepele. (Sabtu, 28 Maret 1998) Menolak yang utama karena yang sepele.
Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Ke...
Menolak yang utama karena yang sepele.
Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Kerajaan Allah. Apa yang mereka nantikan itu kini tiba, yaitu dalam bentuk undangan masuk dalam perjamuan Allah. Jelas yang Tuhan maksud ialah meresponi diri-Nya sebagai penggenap Kerajaan Allah itu. Itulah hal terpenting dan paling berharga yang dapat manusia peroleh dalam hidup ini. Tetapi mereka bukan saja mengabaikan Tuhan Yesus, kelak mereka malah membunuh-Nya karena alasan-alasan yang tidak dapat diterima.
Ajakan keselamatan. Undangan Tuhan Yesus bukan saja bagi mereka, tetapi juga kita. Sikap bodoh dan jahat seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan ini bisa juga merupakan sikap dan tindakan kita. Menjadi Kristen bukan sekadar mengaku atau menerima tradisi Kekristenan. Menjadi Kristen berarti menyambut undangan Allah dalam Tuhan Yesus secara sangat pribadi. Selain kesibukan sehari-hari, merasa diri sudah cukup baik pun bisa menjadi alasan untuk mengabaikan tuntutan mutlak Tuhan Yesus atas hidup kita.
Renungkan: Allah akan menuntut pertanggungan jawab kita bila kita menolak pembebasan atas dosa dari-Nya.
Doa: Allah tolong kami meresponi Yesus Kristus dengan benar.
SH: Mat 22:1-14 - Bukan sekadar perjamuan kawin (Jumat, 2 Maret 2001) Bukan sekadar perjamuan kawin
Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak
akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu
undangan ...
Bukan sekadar perjamuan kawin
Sebagian besar orang akan merasa terhormat dan tidak akan melewatkan kesempatan berharga bila termasuk tamu undangan suatu perjamuan besar yang diadakan tokoh besar, apalagi bila perjamuan tersebut diadakan oleh seorang raja bagi pernikahan anaknya. Tetapi hal ini tidak terjadi dalam perumpamaan yang kita baca hari ini. Apa saja keanehan yang terjadi?
Dapat dikatakan bahwa respons para tamu undangan benar-benar mengecewakan raja, walaupun raja mengundangnya beberapa kali dengan suguhan yang menggiurkan (3-4). Tak terpikir oleh kita bagaimana mungkin orang-orang tidak mengindahkan undangan raja yang biasanya dipadati para pengunjung dari segala pelosok, yang ingin menyaksikan betapa meriah, kemilau, dan sesuatu yang lain dari pada pesta biasa. Betapa mengherankan respons tidak mengindahkan mereka hanya karena bisnis dan aktivitas sehari-hari mereka, sampai mereka bertindak kejam dan sadis untuk menggagalkan segala rencana raja (5-6). Hal ini menunjukkan betapa degilnya hati manusia, karena tidak seorang pun mencari Allah, bahkan undangan Allah yang telah berinisiatif mencari manusia pun, ditolak oleh manusia. Namun kita lihat akhirnya betapa fatalnya keadaan orang yang tidak membuka sedikit pun hatinya bagi undangan Allah (7). Undangan-Nya berkali-kali didengungkan tetapi memiliki batas waktu yang tidak mungkin ditawar manusia, hanya Dia yang tahu kapan saat berakhirnya undangan tersebut.
Ketidakhadiran para tamu undangan tidak menyebabkan kegagalan pesta tersebut, karena raja mengundang orang- orang yang dianggap tidak layak oleh manusia tetapi dilayakkan hadir oleh raja (9-10). Namun bagi mereka pun tetap ada persiapan untuk menghadiri pesta raja (11- 12), apa artinya? Mereka pun harus mempersiapkan diri untuk menghadiri perjamuan tersebut, dengan pakaian yang layak. Hal ini mencerminkan bagaimana respons kita terhadap undangan-Nya. Ketika kita menyambut undangan- Nya, maka kita pun harus membayar harga, berani meninggalkan gaya hidup lama yang bersifat duniawi dan mengenakan manusia baru.
Renungkan: Hal duniawi apakah yang selama ini telah menghalangi respons kita terhadap undangan Allah yang bukan sekadar perjamuan kawin, tetapi perjamuan sukacita surgawi yang bersifat kekal?
SH: Mat 22:1-14 - Jangan main-main dengan anugerah Allah (Senin, 28 Februari 2005) Jangan main-main dengan anugerah Allah
Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan
terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormat...
Jangan main-main dengan anugerah Allah
Menerima undangan, apalagi dari seorang yang terhormat dan terkenal, tentunya akan menjadi suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri. Pasti orang yang diundang itu akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia akan menaruh di agendanya, bahkan menggeser acara-acara lain supaya bisa menghadiri undangan tersebut. Ia akan mempersiapkan pakaian pesta dan hadiah yang layak untuk si pengundang.
Namun, yang terjadi dalam kisah ini sungguh ironis. Seorang raja mengundang banyak tamu untuk menghadiri pesta perkawinan anaknya. Namun, tidak seorang pun tamu yang hadir pada perjamuan itu. Ada saja alasan mereka untuk menolak undangan itu. Masing-masing mementingkan urusan mereka dan bahkan ada yang dengan kasar menganiaya serta membunuh utusan-utusan yang menjemput mereka (ayat 2-6). Jelas sikap mereka yang seperti ini meremehkan raja. Ini sama saja dengan memberontak. Tidak ada hukuman yang lebih pantas daripada ditumpas habis (ayat 7).
Kini undangan perjamuan Kerajaan Surga disebarkan lagi kepada setiap orang yang bukan tamu terhormat. Raja menyatakan anugerahnya kepada rakyat. Namun sekali lagi, banyak di antara rakyat yang tidak merespons dengan tepat. Mereka datang tanpa mempersiapkan diri baik-baik. Mereka datang dengan sembarangan (ayat 11-12). Seakan-akan perjamuan Kerajaan Surga tidak lebih daripada makan di warung makan sekadarnya. Orang-orang itu pun harus tersingkir (ayat 13). Kebaikan dan anugerah Allah mahal harganya dan menuntut pertobatan serta komitmen yang sepadan pula.
Yesus melalui perumpamaan ini memperingatkan dengan keras bahwa anugerah Allah tidak boleh dipermainkan. Anugerah Allah memang diberikan cuma-cuma tetapi bukan berarti murahan. Setiap orang yang menyepelekannya akan membayar mahal, yaitu ditolak Tuhan.
Camkan: Menolak Injil atau merespons Injil secara sembarangan sama fatal akibatnya.
SH: Mat 22:1-14 - Tidak menghargai anugerah (Rabu, 10 Maret 2010) Tidak menghargai anugerah
Apa persamaan orang-orang undangan ke pesta perjamuan dengan
orang-orang di jalan yang kemudian diundang masuk ke pest...
Tidak menghargai anugerah
Apa persamaan orang-orang undangan ke pesta perjamuan dengan orang-orang di jalan yang kemudian diundang masuk ke pesta tersebut? Sama-sama tidak tahu menghargai anugerah.
Siapakah orang-orang undangan yang dimaksud dalam perumpamaan ini? Jelas mereka melambangkan para pemuka Israel yang menolak pemberitaan kebenaran dari Allah lewat Tuhan Yesus. Sebenarnya secara lebih luas, melambangkan juga umat Israel yang sepanjang sejarah Perjanjian Lama terus menerus menolak Allah yang melalui para nabi-Nya mengundang Israel untuk bertobat. Bahkan mereka menganiaya dan membunuh nabi-nabi Allah.
Siapakah orang-orang di jalanan yang juga terdiri dari beragam orang, yaitu orang-orang jahat dan orang-orang baik? Mereka adalah orang-orang nonYahudi yang beroleh kesempatan untuk menikmati anugerah keselamatan dikarenakan penolakan umat Israel. Lalu mengapa ada di antara mereka yang pada akhirnya juga ditolak hanya karena tidak memakai pakaian pesta? Pakaian pesta adalah pakaian wajib untuk suatu perjamuan kawin. Memakai pakaian pesta berarti menghormati tuan rumah pesta dan mengikuti apa yang menjadi kehendak-Nya. Maka menolak memakai pakaian pesta melambangkan sikap arogan orang yang menganggap diri cukup baik untuk beroleh keselamatan dari Allah. Mereka menolak anugerah Allah karena menganggap diri sendiri mampu mendapatkan keselamatan.
Pada dasarnya perumpamaan ini menegaskan kembali kedaulatan Allah yang harus ditaati oleh manusia, tanpa memandang bulu. Keselamatan adalah anugerah semata. Sikap merasa diri tidak butuh anugerah dan merasa diri cukup baik dan mampu menolong diri sendiri, pada hakikatnya melecehkan kasih karunia Allah. Orang sedemikian tentu bukan beroleh berkat, sebaliknya ada di bawah penghukuman Allah. Mudah-mudahan Anda bukan orang yang demikian.
SH: Mat 22:1-14 - Undangan keselamatan (Selasa, 5 Maret 2013) Undangan keselamatan
Yesus sering memakai perumpamaan untuk menyampaikan suatu kebenaran tentang Kerajaan Surga. Melalui perumpamaan ini kita belajar...
Undangan keselamatan
Yesus sering memakai perumpamaan untuk menyampaikan suatu kebenaran tentang Kerajaan Surga. Melalui perumpamaan ini kita belajar beberapa kebenaran penting tentang ajaran keselamatan.
Pertama, undangan keselamatan tetap diberikan kepada manusia, sekalipun mereka menganggap sepi undangan Allah. Kerajaan Surga bagaikan pesta pernikahan yang menyediakan segala yang terbaik. Mereka yang diundang ke dalam perjamuan ini adalah orang yang berbahagia.Ironisnya, banyak orang yang menolak dengan berbagai alasan. Hal ini menggambarkan orang-orang yang tidak mengerti akan keindahan dan sukacita hidup bersama Allah. Yesus telah mengutus para murid-Nya untuk menyampaikan undangan Kabar Baik bagi orang berdosa. Namun, banyak orang yang lebih mementingkan urusannya masing-masing daripada menanggapi undangan Allah.
Kedua, Allah mengundang kita bukan karena kita layak, melainkan karena anugerah-Nya. Mereka yang akhirnya diundang adalah orang-orang di pinggir jalan yang miskin, dan sadar tidak memiliki apa-apa. Kita tidak layak untuk menghadiri pesta ini. Jika Allah tidak mengundang, kita tidak mungkin datang ke perjamuan kawin Anak Domba ini.
Ketiga, kita yang telah menerima undangan keselamatan Allah tidak bisa hidup dengan cara yang sama seperti saat kita belum menerima undangan. Sewaktu Allah mengundang kita, kita masih di dalam keadaan berdosa. Namun sewaktu kita datang kepada Allah, kita harus datang dengan baju kebenaran Kristus yang menyucikan kita.Mata Allah terlalu suci untuk melihat dosa, karena itu kita harus datang di dalam kesucian.
Keempat, Allah yang mengundang adalah Allah yang berdaulat. Perumpamaan ini ditutup dengan kalimat ‘sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih’. Dialah Allah yang berdaulat dan berkuasa, bukan kita yang memilih, tetapi Allah yang memilih kita.
Bersyukurlah untuk undangan keselamatan dari Allah bagi kita yang sebenarnya tidak layak. Teruslah hidup kudus sambil menantikan kedatangan-Nya kembali.
SH: Mat 22:1-14 - Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih (Jumat, 17 Maret 2017) Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih
Ikut serta dalam pesta di Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan hak Allah untuk mengundang siapa saja yang ...
Banyak yang Dipanggil, Sedikit yang Dipilih
Ikut serta dalam pesta di Kerajaan Allah sepenuhnya merupakan hak Allah untuk mengundang siapa saja yang dikehendaki-Nya. Sebab itu, berbahagialah mereka yang boleh datang dan diperkenan Allah untuk ikut serta dalam perjamuan-Nya.
Tidak ada penjelasan mengapa undangan pesta ini diabaikan oleh orang-orang yang secara khusus diundang oleh Sang Raja. Bahkan ada yang menganiaya dan membunuh hamba yang diutus sehingga menimbulkan murka dan penghukuman bagi orang-orang yang melecehkan undangan Sang Raja. Jelas terlihat bahwa hanya anugerah yang menjadi sebab mengapa undangan itu diwartakan bagi semua orang. Tujuannya, agar ruangan pesta penuh tamu dan jamuan yang telah disiapkan bisa dinikmati oleh para undangan yang hadir.
Cerita tentang seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta sehingga dihukum oleh Raja menjadi catatan bahwa sekalipun undangan disebarkan secara gratis, bukan berarti para tamu boleh semena-mena memakai pakaian seadanya.
Injil adalah undangan Allah kepada orang berdosa untuk datang ke perjamuan-Nya dalam Kerajaan Allah. Kita menerima undangan Injil karena anugerah Allah, bukan karena kepantasan kita. Oleh karena itu, kita patut menjawab undangan dengan berpakaian pesta sebagai respons kita menjawab undangan Sang Raja.
Sekarang peribadahan dan persekutuan bersama jemaat merupakan gambaran perayaan dalam Kerajaan Allah. Pakaian yang pantas mencerminkan hidup yang menanggapi panggilan Tuhan dengan takut dan hormat. Karena Allah telah mengubah ketidaklayakan kita menjadi orang yang diperkenan oleh-Nya untuk datang ke hadirat Allah. Namun, tidak semua orang beroleh kesempatan mendengar undangan perjamuan Tuhan dapat merespons dengan tepat.
Kiranya kita dimampukan untuk menjaga kesucian hidup dengan cara takut dan hormat atas karunia Tuhan agar dapat merayakan perjamuan dalam Kerajaan-Nya kelak. [YTP]
SH: Mat 22:1-14 - Merespons Undangan Allah (Senin, 20 September 2021) Merespons Undangan Allah
Anugerah keselamatan dari Tuhan sesungguhnya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Namun, yang sering terjadi adalah oran...
Merespons Undangan Allah
Anugerah keselamatan dari Tuhan sesungguhnya diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Namun, yang sering terjadi adalah orang menolak dan mengabaikan anugerah itu.
Hal tersebut dijelaskan Yesus melalui perumpamaan mengenai perjamuan kawin seorang anak raja (1). Dikisahkan bahwa tamu undangan perjamuan tersebut justru menolak untuk hadir dengan berbagai alasan, bahkan ada yang membunuh utusan raja (6). Menanggapi penolakan serta pembunuhan tersebut, raja menyuruh pasukannya untuk membinasakan kota-kota mereka (7).
Tamu-tamu undangan itu adalah bangsa Israel yang telah dipilih Allah, namun justru menolak firman Allah; mereka membunuh para nabi yang diutus Allah kepada mereka. Penghukuman dari raja itu menggambarkan konsekuensi yang akan diterima bangsa Israel atas penolakan mereka terhadap undangan sang raja.
Akibat penolakan itu, raja membuka undangan untuk semua orang, kepada siapa saja yang ditemui oleh hambanya di persimpangan jalan. Undangan untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya telah Allah buka untuk semua umat manusia. Hanya saja, tidak semua orang layak menerimanya. Alasannya bukan karena Allah menolak mereka, melainkan karena mereka tidak merespons undangan berharga itu dengan cara yang pantas. Seperti seorang yang datang ke dalam pesta tanpa mengenakan pakaian pesta yang layak.
Allah-dalam anugerah-Nya yang melimpah-mewartakan keselamatan kepada seluruh umat manusia, termasuk kita. Namun, karena kedegilan hati kita yang penuh dengan dosa, sering kali kita masih saja merespons anugerah Allah tidak dengan sepantasnya. Bila kita masih saja melakukan dosa yang sama berulang kali setelah menerima undangan Allah, maka sesungguhnya kita seperti tamu yang datang tidak dengan pakaian pesta.
Hanya karena undangan itu diberikan secara terbuka dan "gratis" tidak berarti bahwa undangan itu murahan dan tidak berharga sehingga kita boleh meresponsnya dengan cara yang tidak layak. Undangan Allah telah diberikan dan kita telah menerimanya, tinggal bagaimana respons kita. [WDN]
SH: Mat 22:15-33 - Bukan mencari kebenaran (Minggu, 29 Maret 1998) Bukan mencari kebenaran
Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat...
Bukan mencari kebenaran
Orang Farisi (berarti: yang memisahkan diri) adalah kelompok awam yang menginginkan pembaruan kehidupan rohani. Mereka sangat menekankan berbagai peraturan seperti pembasuhan, perpuluhan, dlsb. Orang Saduki (berarti: yang benar) adalah kelompok terdidik yang berbeda pendapat dengan Farisi. Mereka menduduki sebagian besar keanggotaan Sanhedrin, memperkenalkan cara berpikir Yunani, hanya mengakui lima Kitab Musa menolak kebangkitan, dan tidak mengakui pemeliharaan Allah karena percaya bahwa manusia memiliki kemampuan memilih. Kedua kelompok inilah yang bertanya kepada Tuhan Yesus. Sayang mereka tidak sungguh mencari kebenaran, tetapi berupaya mencari kesalahan dari jawab Tuhan Yesus. Orang yang rohani seperti Farisi dan orang yang rasional seperti Saduki, sama bebalnya.
Kewajiban adalah kewajiban. Tuhan tak dapat dijebak oleh Farisi. Orang Farisi mengharapkan jawaban yang entah melawan Kaisar (dengan akibat ditangkap) atau yang mengabdi kaisar (dengan akibat dianggap tidak patriotis). Radikal sekali jawab Yesus. Serahkan kepada kaisar yang milik Kaisar, serahkan kepada Allah yang milik Allah. Tuhan Yesus mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah saja (yang empunya segala-galanya) sambil bersikap penuh tanggungjawab sebagai warga negara.
Mengenal kuasa Allah. Dimana letak kesalahan orang Saduki yang Tuhan sebut sesat itu? Di dalam hal menilai kebenaran rohani dengan ukuran pertimbangan dan pengalaman manusia. Andai saja mereka sungguh mengenal Allah seperti yang Allah nyatakan sendiri di dalam Kitab Suci, mereka pasti akan berjumpa dengan Allah yang Maha Perkasa yang telah menebus nenek moyang mereka dari cengkeraman penjajahan Mesir dan dari segala kuasa gaib kekafiran Mesir.
Renungkan: Tuhan adalah Kebenaran itu sendiri. Semua kebenaran lain yang tak berpaut pada-Nya adalah palsu dan sesat.
Doa: Tuhan, kami ingin menyaksikan kebenaranMu dalam hidup bermasyarakat kami. Tautkan kami kepada diriMu.
SH: Mat 22:15-22 - Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati (Sabtu, 3 Maret 2001) Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati
Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan:
Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemeri...
Dua kewarganegaraan, dua kewajiban, satu hati
Kristen di Indonesia memiliki dua kewarganegaraan: Indonesia dan Sorga, dua kewajiban: terhadap pemerintah RI dan Tuhan, tetapi keduanya ini harus diwujudnyatakan dalam kebulatan dan keutuhan hati, karena keduanya memang satu keutuhan pengabdian.
Inilah yang dipertegas oleh Yesus ketika menanggapi pertanyaan yang menjerat dari orang-orang Farisi yang mendapatkan dukungan dari orang-orang Herodian, yakni anggota-anggota suatu partai Yahudi yang menghendaki keturunan Herodes Agung yang memerintah atas mereka dan bukan gubernur Romawi. Mereka memperkirakan Yesus akan menjawab dengan 'ya' atau 'tidak' terhadap pertanyaan mereka (17). Yesus tahu maksud pertanyaan ini dan apa risikonya bila menjawab dengan salah satu di antara jawaban di atas. Jawaban 'ya' akan menimbulkan kemarahan mereka karena mengalami penderitaan di bawah jajahan Romawi, sedangkan jawaban 'tidak' akan memancing kemarahan pemerintah Romawi. Yesus menegur keras kejahatan dan kemunafikan hati mereka, serta dengan bijaksana menjawab pertanyaan mereka (18-21). Jawaban Yesus telah menggagalkan niat hati mereka yang jahat dan menelanjangi kemunafikan mereka (22).
Pelajaran yang kita dapatkan dari perikop ini adalah pengajaran Yesus tentang keberadaan Kristen yang seharusnya dapat menempatkan diri sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar. Benarkah sebagai warganegara Indonesia kita melakukan kewajiban sebagai bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara, sehingga peran sekecil apa pun yang mampu kita lakukan telah menjadi pemikiran, sikap, sumbangsih, dan peran konkrit kita di tengah masyarakat? Apakah kita melakukan semuanya ini juga dalam rangka pengabdian kita kepada Allah, yang semata- mata tidak terkurung hanya dalam wadah keagamaan?
Renungkan: Peran ganda Kristen dalam dunia memberikan ruang lingkup yang luas untuk menyatakan perannya, baik sebagai warganegara yang memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara maupun sebagai warga jemaat yang memiliki citra Kristen. Firman-Nya akan menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga dalam proporsi yang tepat dan benar.
SH: Mat 22:15-22 - Tidak bercela (Selasa, 1 Maret 2005) Tidak bercela
Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin
menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan
Dia...
Tidak bercela
Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin
menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan
Dia. Orang Farisi yang anti penjajah Romawi, kini berkomplot
dengan orang Herodian sahabat Herodes, boneka kaisar. Mereka
bersatu untuk menjebak Tuhan Yesus (ayat 15-16). Mereka ingin
menggiring Yesus ke jalan buntu (ayat 15). Bila Yesus mengatakan
tidak perlu membayar pajak, orang Herodian akan menuduh Yesus
memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Sebaliknya, bila Yesus
setuju, Ia akan kehilangan popularitas di mata rakyat.
Yesus tidak langsung menjawab, tetapi balik bertanya (ayat 19-20). Pertanyaan itu memaksa mereka mengakui kenyataan tentang kekuasaan Kaisar, juga bahwa mereka sendiri tunduk kepadanya. Semua orang Israel waktu itu pastilah menggunakan mata uang itu untuk kegiatan hidup mereka sehari-hari. Pantaslah mereka membayar pajak kepada pemerintah Romawi. Tidak berhenti di situ, Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Kuasa kaisar terbatas, maka ketundukan kepadanya pun terbatas; kuasa Allah mutlak, maka ketundukan kepada-Nya pun tanpa syarat (ayat 21b). Jawaban Tuhan Yesus ini mencengangkan semua lawannya (ayat 22). Ia mendesak mereka mengakui kekuasaan terbatas pemerintah sambil taat penuh kepada Allah.
Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita diperhadapkan dengan situasi pelik yang membuat kita serba salah. Beriman kepada Yesus memang berisiko tinggi. Dunia yang tidak tunduk kepada Allah penuh dengan lika-liku kebiasaan yang perlu disikapi dengan tepat. Hikmat dan integritas Tuhan Yesus mengalahkan segala kelicikan lawan-lawan-Nya. Teladanilah Yesus dan kalahkan mereka!
Renungkan: Hidup Kristen harusnya memiliki ciri hidup kualitas Yesus: berintegritas tinggi dan tak terkalahkan lawan sebab Yesus memerintah dan menjadi panutan dalam hidup orang Kristen.
SH: Mat 22:15-40 - Kemunafikan vs kasih (Kamis, 11 Maret 2010) Kemunafikan vs kasih
Menurut Anda pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pemuka
agama secara silih berganti kepada Yesus apakah jujur dan...
Kemunafikan vs kasih
Menurut Anda pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pemuka agama secara silih berganti kepada Yesus apakah jujur dan tulus untuk mengenal dan mendapatkan kebenaran? Dari cara Tuhan Yesus merespons kita tahu bahwa jawabannya tidak!
Orang Farisi bisa bersekutu dengan orang Herodian ada-lah suatu hal yang luar biasa. Orang Farisi biasanya membenci orang Herodian karena mereka dianggap pro-pemerintah, sedangkan biasanya orang Farisi pro-rakyat. Namun demi menjatuhkan Yesus, mereka bersekongkol dengan pertanyaan yang menjebak, yaitu apakah seorang Yahudi boleh membayar pajak kepada Kaisar. Jawaban Yesus menegaskan integritas-Nya dan juga tuntutan integritas pada semua orang yang mengikut Dia.
Orang Saduki memang tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Pertanyaan mereka mengenai siapa yang akan menjadi suami pada hari kebangkitan (ayat 24-28) bukan sedang mencari jawaban kebenaran, tetapi menjebak Yesus secara teologis. Jawaban Yesus jelas menegaskan prinsip Alkitab menafsirkan Alkitab serta Dialah Firman Hidup.
Jawaban Yesus atas pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terutama, menukik tajam kepada permasalahan dari para pemuka agama Yahudi tersebut. Kasih adalah rangkuman dari semua pengajaran Taurat. Taurat tidak mengajarkan legalisme ataupun ektremisme, tetapi hukum kasih. Aturan dibuat bukan untuk mengekang tindak tanduk seseorang melainkan untuk membentuk motivasi dan tujuan dia bertindak.
Dorongan untuk menjebak seseorang bukan keluar dari kasih kepada Allah apalagi kepada sesama. Kemunafikan seperti itu harus disadari dan orang yang munafik harus bertobat. Ia perlu belajar mengasihi Allah, dengan menerima dan melakukan kebenaran. Ia perlu belajar mengasihi sesama, sehingga tidak marah malah bersyukur kalau Tuhan memakai sesamanya untuk menegur dirinya!
SH: Mat 22:15-22 - Peringatan dan tanggung jawab (Rabu, 6 Maret 2013) Peringatan dan tanggung jawab
Pengalaman merupakan guru yang berharga. Ada tiga pelajaran penting di perikop ini.
Hati-hati terhadap sanjungan yang ...
Peringatan dan tanggung jawab
Pengalaman merupakan guru yang berharga. Ada tiga pelajaran penting di perikop ini.
Hati-hati terhadap sanjungan yang didasari motivasi yang salah (16). Orang Herodian datang dengan kalimat yang hebat. Mereka tidak langsung bertanya melainkan membuat perangkap. Mereka menyanjung dengan motivasi salah, yaitu untuk menjerat Yesus (15). Orang Farisi sebenarnya bermusuhan dengan orang Herodian karena orang Herodian menyetujui pajak, sedangkan orang Farisi tidak. Saat itu, mereka bersatu menjerat Yesus. Mereka memuji bahwa Yesus tidak takut pada siapapun, padahal mereka ingin supaya Yesus berani mengucapkan sesuatu yang menentang pemerintah Roma.
Hati-hati terhadap kemunafikan. Yang dilakukan orang Farisi merupakan sikap munafik. Mereka menyuruh orang Herodian, yang oleh Lukas disebut mata-mata, berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerahkan-Nya kepada penguasa setempat (bdk.Luk. 20:20). Yesus menegur kemunafikan mereka, karena berpura-pura ingin melakukan sesuatu, tetapi sebenarnya bermaksud melakukan hal lain.
Sadari tanggung jawab sebagai warga negara surga dan warga negara dunia (18-21). Pertanyaan tentang membayar pajak tampaknya akan menempatkan Yesus dalam posisi yang serba salah. Kalau Yesus menjawab tidak boleh, orang Herodian pasti marah dan melaporkan Dia kepada tentara Roma supaya ditangkap. Sebaliknya, kalau Yesus menjawab boleh, orang Yahudi pasti akan menganggap Dia sebagai pengkhianat yang pro Roma. Tuhan meminta mereka memberikan satu dinar, mata uang Roma. Ternyata mereka memilikinya. Berarti mereka membawa uang itu ke mana-mana. Mereka yang bertanya apakah boleh membayar pajak, ternyata mereka sendiri sudah membayar pajak itu.
Berhati-hatilah terhadap sanjungan yang tak tulus, Lakukan segala sesuatu dengan motivasi murni, karena Tuhan melihat hati. Lakukan tanggung jawab kita sebagai warga surga dan warga negara Indonesia.
SH: Mat 22:15-22 - Melawan Sikap Mendua Hati (Sabtu, 18 Maret 2017) Melawan Sikap Mendua Hati
Pujian bisa dilakukan dengan berpura-pura untuk tujuan menjerat. Ketidaktulusan orang munafik harus dihadapi dengan keberan...
Melawan Sikap Mendua Hati
Pujian bisa dilakukan dengan berpura-pura untuk tujuan menjerat. Ketidaktulusan orang munafik harus dihadapi dengan keberanian dan kebijaksanaan.
Orang Yahudi mengharamkan dinar Romawi dipakai sebagai uang persembahan di Bait Allah. Karena itu, orang harus menyiapkan uang Ibrani, yang dianggap halal, bila memberi persembahan ke Bait Allah. Di kalangan pemimpin Yahudi, jelas ada keengganan besar untuk membayar pajak kepada Kaisar Romawi yang dianggap sebagai penjajah. Namun, mereka takut menyatakannya secara terus-terang dan terbuka. Kepentingan yang sama untuk menjatuhkan Yesus tanpa diduga telah menyatukan orang Farisi dengan golongan Herodian. Kepada mereka Yesus menegaskan apa yang sudah berlaku pada waktu itu, "Pajak kepada Kaisar, persembahan kepada Allah". Uang dinar Romawi jelas bergambar kaisar di koinnya. Jadi, lakukan kewajiban membayar pajak kepada kaisar.
Sebaliknya, dalam hati setiap umat Israel tertanam ajaran bahwa manusia diciptakan menurut gambar-rupa Allah. Maka yang wajib diserahkan umat kepada Allah sebagai persembahan adalah hidupnya secara utuh. Umat sebagai gambar-rupa Allah jauh lebih berharga daripada uang dinar bergambar kaisar.
Yesus tidak pernah mengajarkan para murid-Nya berpura-pura. Kemunafikan dilawan dengan tegas dan keras. Ukuran yang dipakai jelas, yaitu firman Tuhan. Jawaban Yesus yang gamblang mematahkan niat jahat mereka yang ingin "meminjam" kekuatan politis penjajah Romawi untuk menjebak Yesus. Jawaban Yesus juga menegaskan pengakuan Israel bahwa manusia adalah citra Allah. Karena itu, manusia wajib mempersembahkan hidupnya kepada Allah.
Yesus memberikan teladan bagaimana melawan kemunafikan dengan keberanian dan kebijaksanaan. Sikap hidup yang didasarkan pada ajaran firman Tuhan memampukan kita melawan pencobaan. Setiap orang percaya dipanggil Allah dengan tulus dan berani menyatakan imannya, bukan mendua hati. [YTP]
Baca Gali Alkitab 3
Untuk membunuh Yesus, para rohaniwan Yahudi terus-menerus berupaya menjebak Yesus dengan pelbagai siasat. Salah satunya adalah menarik Yesus dalam pusaran politik dan identitas keagamaan dan kebangsaan. Yesus diperhadapkan dengan pertanyaan soal membayar pajak kepada Kaisar dan Allah Israel.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang ditanyakan oleh orang-orang Farisi kepada Yesus (15-17)?
2. Apa sindiran Yesus kepada orang-orang Farisi (18)?
3. Mengapa Yesus membutuhkan mata uang pajak (19-20)?
4. Apa jawaban yang Yesus berikan kepada para penanya (21)?
5. Apa yang terjadi saat penanya mendengar jawaban Yesus (22)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Mengapa orang-orang percaya perlu membayar pajak?
2. Kepada siapakah orang-orang percaya harus membayar pajak? Apa alasannya?
3. Apa tujuan Allah mengizinkan umat-Nya membayar pajak?
Apa respons Anda?
1. Sebagai warga negara yang baik, setiap orang percaya wajib membayar pajak kepada negara dan rumah Tuhan. Sudahkah Anda menunaikan kewajiban Anda? Apa komitmen Anda?
Pokok Doa:
Memohon agar Allah menyadarkan umat-Nya atas kewajiban mereka sebagai warga negara dan Kerajaan Allah.
SH: Mat 22:15-22 - Memperdaya Sang Hikmat? Yakin? (Sabtu, 18 Maret 2023) Memperdaya Sang Hikmat? Yakin?
Michel Foucault, seorang filsuf kontemporer asal Prancis, melihat bahwa kekuasaan ada di setiap tempat karena dihasilk...
Memperdaya Sang Hikmat? Yakin?
Michel Foucault, seorang filsuf kontemporer asal Prancis, melihat bahwa kekuasaan ada di setiap tempat karena dihasilkan di tempat itu. Kekuasaan muncul dari relasi antarmanusia. Orang yang berkuasa kerap menciptakan dan menggunakan kebenaran demi membenarkan dirinya sendiri. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang Farisi demi menegakkan kekuasaannya yang terancam oleh popularitas Yesus (15).
Orang Yahudi yang religius percaya bahwa membayar pajak kepada penguasa kafir bukanlah tindakan yang mulia. Bahkan, seorang tokoh Yahudi, Yudah dari Galilea, mengatakan bahwa orang-orang yang membayar pajak kepada pemerintah Romawi adalah pengecut.
Orang-orang Farisi memakai isu ini untuk menjebak Yesus. Mereka memanipulasi kesalehan yang dipercaya banyak orang dan juga heroisme yang nasionalis untuk menyudutkan Yesus (16-17). Jika Yesus menjawab "Boleh", maka Dia akan dianggap tidak saleh oleh murid-murid orang Farisi. Jika Yesus menjawab "Tidak boleh", maka Dia akan ditangkap oleh para pendukung Herodes (kelompok Herodian yang pro penguasa Romawi dan kebijakan perpajakannya).
Yesus yang adalah Sang Hikmat tidak akan terjebak oleh keculasan mereka. Ia memberikan jawaban yang tidak menentang perpajakan, tetapi pada saat yang sama tidak mendukung perpajakan yang kejam. Yesus berkata: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (21). Setelah gagal memperdaya Sang Hikmat, mereka hanya bisa diam dan pergi (22).
Berhati-hatilah karena ternyata orang yang bertopeng kesalehan bisa memperalat apa pun untuk menjatuhkan orang lain yang mengancam posisinya. Kita harus meminta kepada Roh Kudus untuk memberikan kepekaan dan kesadaran akan hasrat kekuasaan yang ada dalam benak kita. Kita juga perlu meminta hikmat-Nya untuk tetap dapat mengatakan kebenaran dan tidak mudah dijebak atau disudutkan oleh kejahatan yang mau menjatuhkan perjuangan kita sebagai orang percaya. [JHN]
Baca Gali Alkitab 3
Pemerintahan Romawi menetapkan aturan perpajakan, di mana orang-orang di wilayah jajahan harus membayar pajak kepada kaisar. Hal itulah yang terjadi pada masa Yesus. Karena ini merupakan hukum yang memiliki konsekuensi legal, maka orang-orang Farisi menggunakan hukum ini untuk menjebak Yesus. Jika Yesus salah menjawab, maka sudah pasti Yesus akan langsung ditangkap oleh prajurit Romawi, sesuai dengan rancangan mereka.
Sebelum memberikan pertanyaan tentang pajak, mereka terlebih dahulu menyanjung Yesus sebagai Guru "yang tidak takut kepada siapa pun juga". Tujuannya adalah supaya Yesus merasa tersanjung, lalu menjawab sesuai dengan penggiringan yang mereka lakukan. Apakah mereka berhasil? Sama sekali tidak! Mereka malah kecele.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa rencana yang dibuat oleh orang-orang Farisi? (15)
2. Apa yang mereka lakukan sebagai hasil dari perencanaan itu? (16-17)
3. Apa yang diketahui dan diserukan oleh Yesus kepada murid-murid orang Farisi dan orang-orang Herodian? (18)
4. Apa yang Yesus lakukan dan katakan untuk menjawab pertanyaan mereka? (19-21)
5. Apa respons mereka terhadap jawaban yang Yesus berikan? (22)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa yang Yesus inginkan agar Anda lakukan sehubungan dengan pajak kepada negara dan persembahan kepada Tuhan?
2. Apa yang wajib Anda berikan kepada Allah?
3. Bagaimana Anda dapat merespons pertanyaan dari orang yang ingin menjatuhkan atau menjebak Anda?
Apa respons Anda?
1. Ketika Anda mendapat pertanyaan jebakan, apa langkah pertama yang akan Anda lakukan?
2. Apa yang akan Anda persembahkan kepada Tuhan hari ini?
Pokok Doa:
Meminta hikmat dari Tuhan untuk mengatur keuangan dengan jujur dan bertanggung jawab kepada-Nya.
SH: Mat 22:23-33 - Kembali ke firman Tuhan (Minggu, 4 Maret 2001) Kembali ke firman Tuhan
Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali
tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar
berpijak yang tidak ...
Kembali ke firman Tuhan
Terjadinya perbedaan pemahaman teologis seringkali tidak dapat dihindari. Namun Kristen memiliki dasar berpijak yang tidak pernah berubah sampai kapan pun, walaupun telah dan terus akan muncul banyak teolog dengan berbagai pemahaman yang berbeda bahkan bertentangan sekalipun, yakni firman Tuhan. Kristen harus kembali kepada kebenaran firman Tuhan. Inilah yang senantiasa ditekankan Yesus dalam pengajaran-Nya, kali ini kepada orang Saduki.
Mereka adalah suatu golongan pemimpin agama Yahudi yang sebagian besar terdiri dari imam-imam. Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat-istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya mukjizat termasuk kebangkitan. Berangkat dari ketidakpercayaan ini, mereka mempertanyakan masalah pernikahan poliandri setelah kebangkitan (24-28), karena mereka yakin bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawab Yesus. Kesalahpahaman teologis orang Saduki berawal dari ketidakpenguasaan keseluruhan dan keutuhan firman Tuhan, sehingga mereka hanya berpijak pada pemahaman yang sepenggal-sepenggal.
Teguran Yesus kepada mereka sangat jelas, keras, dan tegas (29). Keterbatasan pemahaman Kitab Suci membuat mereka membatasi kuasa Allah dan membawa mereka kepada kesesatan, menyimpang dari kebenaran Kitab Suci. Jika mereka menguasai kitab Taurat, maka apa yang dikutip Yesus pun seharusnya menuntun mereka kepada pemahaman yang benar tentang Allah yang hidup dan sanggup memberi kehidupan (31-32).
Renungkan: Betapa berbahaya bila Kristen tidak serius memahami firman Tuhan: sesat dan meragukan kuasa Allah. Jangan tunda lagi, kini saatnya kita kembali kepada firman Tuhan!!
Bacaan untuk Minggu Sengsara 2
Lagu: Kidung Jemaat 52
SH: Mat 22:23-33 - Ajaran Yesus mencengangkan (Rabu, 2 Maret 2005) Ajaran Yesus mencengangkan
Sesudah komplotan Farisi dan Herodian gagal, kini giliran orang
Saduki berusaha menguji Yesus. Pertanyaan mereka berb...
Ajaran Yesus mencengangkan
Sesudah komplotan Farisi dan Herodian gagal, kini giliran orang
Saduki berusaha menguji Yesus. Pertanyaan mereka berbentuk
cerita buatan yang disusun atas dasar ketidakpercayaan mereka
tentang kebangkitan orang mati. Jadi, tujuan pertanyaan mereka
bukan ingin menjebak Yesus ke dalam kesalahan, tetapi mungkin
sekali untuk memaksa Yesus menyetujui mereka. Bila itu terjadi,
secara tidak langsung mereka berhasil memanfaatkan Yesus untuk
mendukung mereka dan menolak ajaran lain.
Masalah dalam strategi itu adalah bahwa mereka yang tidak percaya kebangkitan justru mengajukan pertanyaan mengenai nasib orang yang akan dibangkitkan kelak. Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras. Pertama, pemahaman mereka akan Alkitab salah. Mereka mengaku ahli Alkitab, tetapi keliru mengerti isi Alkitab. Referensi Perjanjian Lama tentang kebangkitan orang mati bukan hanya di kitab Daniel (Dan. 12:2), tetapi juga secara implisit di kitab-kitab Musa (Mat. 22:31-32; Kel. 3:6) "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, ..." Kata kerja yang dipakai memakai tensa sekarang yang menunjukkan Abraham sedang hidup. Kedua, pemahaman teologis mereka salah. Mereka tidak percaya Allah berkuasa membangkitkan orang mati. Tuhan Yesus mengajarkan mereka bahwa kuasa Allah akan membuat tubuh kebangkitan itu mulia seperti malaikat. Hubungan-hubungan di antara anak-anak Tuhan tidak lagi seperti hubungan-hubungan yang terbatasi oleh fisik, ruang, dan waktu (ayat 30).
Dalam perikop sebelum ini orang berjumpa dengan hikmat dan integritas Yesus. Kini orang harus mengakui ajaran Yesus yang mencengangkan. Yesus tidak saja penuh integritas, tetapi juga kenal seluruh rahasia Allah. Tak ada guru agama mana pun yang dapat memberikan kita jawaban sepasti Yesus tentang rahasia hidup sesudah kematian.
Renungkan: Sandarkan seluruh kebutuhan Anda untuk memiliki kepastian tentang masa depan dan hidup sesudah kematian sepenuhnya pada Yesus dan ajaran-Nya.
SH: Mat 22:23-33 - Buta terhadap kebenaran (Kamis, 7 Maret 2013) Buta terhadap kebenaran
Ada empat orang buta yang meraba seekor gajah. Ada yang meraba ekornya, kakinya, belalainya, dan badannya.Mereka berdebat mat...
Buta terhadap kebenaran
Ada empat orang buta yang meraba seekor gajah. Ada yang meraba ekornya, kakinya, belalainya, dan badannya.Mereka berdebat mati-matian tentang makhluk bernama gajah.Masing-masing bersikeras dengan pendiriannya dan merasa benar. Demikian halnya dengan orang-orang Saduki yang buta terhadap kebenaran tentang kebangkitan. Apa yang menyebabkan mereka buta terhadap kebenaran?
Pertama, karena berpegang pada ajaran yang salah (23).Orang-orang Saduki tidak percaya bahkan menertawakan kebangkitan orang mati. Orang Saduki bercerita tentang seorang perempuan yang menikah lalu suaminya mati. Dasar cerita ini memang ada di PL yang disebut sebagai hukum levirat (Ul. 25). Hukum ini digunakan untuk memelihara keturunan orang yang telah meninggal. Cerita yang disampaikan oleh orang Saduki dibuat-buat, karena sebetulnya dua saudara sudah cukup untuk menunjukkan maksud mereka.Mereka sengaja membuat cerita sampai tujuh saudara untuk menunjukkan bahwa ajaran tentang kebangkitan orang mati itu tidak masuk akal. Orang Saduki ingin memaksa Yesus menjawab apa yang menjadi pendirian mereka.
Kedua, karena tidak mengerti Kitab Suci dan kuasa Allah (29). Orang Saduki tidak mengerti kebenaran firman Allah sehingga mereka tersesat. Mereka juga tidak mengerti kuasa Allah dengan menganggap kebangkitan sebagai kemustahilan. Mereka tidak percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu karena mereka bersandar pada logika. Yesus membongkar kesalahan orang Saduki dengan mengutip Keluaran 3:6 yang merupakan bagian Alkitab yang juga dipercayai orang Saduki. Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Bagi Musa, Allah adalah Allah yang hidup. Mereka sudah mati secara fisik, tetapi tetap hidup, maka Allah adalah Allah mereka yang hidup sampai selama-lamanya.
Bukalah diri untuk kebenaran, karena bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir dari hidup namun justru merupakan awal kehidupan yang sebenarnya bersama Allah di dalam kekekalan.
SH: Mat 22:23-33 - Hidup dalam Kuasa Kebangkitan (Senin, 20 Maret 2017) Hidup dalam Kuasa Kebangkitan
Bagi orang Saduki, tidak ada kebangkitan orang mati. Karena itu, orientasi hidupnya tertuju pada perkara kehidupan duni...
Hidup dalam Kuasa Kebangkitan
Bagi orang Saduki, tidak ada kebangkitan orang mati. Karena itu, orientasi hidupnya tertuju pada perkara kehidupan dunia. Sabda Yesus menunjukkan betapa kuasa kebangkitan melampaui pelbagai masalah yang mereka pertanyakan.
Sebenarnya, kasus yang dipilih untuk ditanyakan kepada Yesus sangat aneh. Bila orang Saduki tidak percaya kebangkitan orang mati, seharusnya mereka tidak perlu berdebat tentang apa yang terjadi pada hari kebangkitan. Maksud mereka bertanya kepada Yesus tidak lain sebagai bentuk penolakan dan menyalahkan ajaran tentang kebangkitan. Jawaban Yesus memperlihatkan kedangkalan dan kekeliruan mereka dalam memahami Kitab Suci dan kuasa Allah. Pola pikir yang salah dapat menjadi penyebab munculnya asumsi yang menyesatkan (29).
Hukum Musa tentang perkawinan dan keturunan dimaksudkan sebagai pedoman saat manusia hidup di dunia ini. Sedangkan kuasa kebangkitan mengatasi hukum dan aturan dunia. Meski demikian, kuasa itu tetap berlaku ketika orang sudah meninggal dunia. Jadi, kuasa kebangkitan membuka pintu bagi manusia untuk mengarahkan orientasi hidupnya pada kekekalan dan kuasa Allah. Hal ini terlihat pada leluhur Israel, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Walau mereka sudah mati, namun Allah Israel disebut sebagai Allah Abraham, Ishak, dan Yakub. Karena Allah Israel adalah Allah orang yang hidup. Para leluhur Israel yang sudah meninggal itu hidup karena kuasa kebangkitan menghidupkan mereka (32).
Kebangkitan Yesus menegaskan betapa kuasa Allah tidak berhenti saat kematian. Sebab ada kebangkitan dan hidup yang kekal. Karena itu, sudah menjadi keharusan bagi setiap orang percaya mengarahkan hidupnya pada kesadaran kuasa kebangkitan dan kekekalan.
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya tidak dapat dihambat oleh siapa pun. Kemanusiaan kita akan menjadi lengkap apabila kehidupan kekal dalam Kerajaan Allah menjadi keputusan utama dalam hidup kita sekarang. [YTP]
SH: Mat 22:23-33 - Keangkuhan yang Bodoh (Minggu, 19 Maret 2023) Keangkuhan yang Bodoh
Pertanyaan tidak selalu diberikan karena ketidaktahuan. Kadang orang bertanya demi meneguhkan kepercayaan atau menjatuhkan oran...
Keangkuhan yang Bodoh
Pertanyaan tidak selalu diberikan karena ketidaktahuan. Kadang orang bertanya demi meneguhkan kepercayaan atau menjatuhkan orang lain.
Inilah yang dilakukan oleh beberapa orang Saduki (musuh kaum Farisi-Yahudi elite) yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati (23). Bagi mereka, kebangkitan adalah lelucon karena Torah (Taurat) tidak menyatakan hal ini.
Mereka menertawakan keyakinan orang Yahudi lainnya akan kebangkitan publik. Mereka mengajukan pertanyaan yang menjelekkan konsep kebangkitan dengan isu pernikahan levirat (24-28; bdk. Ul. 25:5-10). Mereka berpikir bahwa mereka sudah di atas angin dan tidak ada yang bisa melawan mereka.
Namun, dalam sekejap Yesus mempermalukan mereka. Keangkuhan mereka membutakan diri mereka karena Torah jelas-jelas mengajarkan kebangkitan orang mati. Jika Allah telah mengikat perjanjian kekal dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, tetapi tidak ada kebangkitan orang mati, perjanjian kekal tidak akan berarti (31-32). Jelaslah Allah Israel adalah Allah orang-orang hidup, bukan orang-orang mati. Inilah yang Yesus tegaskan.
Allah juga menjanjikan kebangkitan tubuh bagi manusia. Setiap orang yang bangkit akan menjadi seperti malaikat (30). Memang tak ada pernikahan di dunia yang akan datang, tetapi bukan berarti cinta itu sirna, sebab cinta justru akan menjadi sempurna di dalam kasih persaudaraan yang melampaui ikatan suami-istri dan hubungan darah.
Jawaban Yesus membuat mereka yang merasa superior tampak seperti orang bodoh. Mereka merasa direndahkan dan dihina. Mereka diam dalam kebencian dan keinginan untuk membunuh-Nya.
Janganlah menjadi angkuh dan takabur karena sikap inilah yang membuat kita hanya mau mendengarkan apa yang kita mau dengar. Hal ini juga membuat kita merasa superior sehingga membutakan kita dari ketidaktahuan dan kebodohan kita. Keyakinan dan kebanggaan diri yang begitu mengasyikkan dapat membuat manusia tak mampu lagi melihat kebenaran kasih dan karya penebusan Kristus yang sempurna. [JHN]
SH: Mat 22:34-46 - Kasihilah Allah dan manusia. (Senin, 30 Maret 1998) Kasihilah Allah dan manusia.
Tepat dan telak Yesus menjawab orang Farisi dan ahli Taurat. Sari hukum Taurat ialah kasih kepada Allah dan kasih kepada...
Kasihilah Allah dan manusia.
Tepat dan telak Yesus menjawab orang Farisi dan ahli Taurat. Sari hukum Taurat ialah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Kasih adalah hakikat agama yang sejati; kunci dari kehidupan yang seluruhnya merupakan ibadah bagi Allah dan menghasilkan sikap sehari-hari yang menciptakan kerukunan. Kasih kepada Allah membuat orang tidak ingin menyakiti Allah dengan dosa-dosanya. Kasih kepada sesama seperti diri sendiri membuat orang tidak ingin melangkahi hak dan kekudusan hidup yang menjadi milik sesamanya.
Yesus Anak Daud. Jawaban Yesus itu seharusnya sudah cukup membuat orang Farisi itu berhenti menjawab dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Sayangnya mereka terlalu sombong atau terlalu bebal untuk berespons demikian. Kini Yesus balik mendesak mereka dengan pertanyaan yang membuat mereka bisa menentukan sikap. Berdasarkan firman Tuhan (Mazmur), Ia mengajak mereka berpikir. Menurut mereka Mesias adalah Anak Daud, padahal Daud menyebut Mesias Tuan. Dengan ucapan itu Tuhan ingin menegaskan bahwa Ia keturunan Daud, namun karena ke-Tuhanan-Nya, Ia lebih besar daripada Daud.
Renungkan: Lebih penting daripada bukti ke-Tuhanan Kristus adalah penghayatannya oleh Kristen kini.
SH: Mat 22:34-40 - Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan (Senin, 5 Maret 2001) Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan
Seorang istri pada awalnya tidak mencintai suaminya,
tetapi terpaksa menikah karena perjodohan kedu...
Menaati hukum Allah tanpa kasih adalah kehampaan
Seorang istri pada awalnya tidak mencintai suaminya, tetapi terpaksa menikah karena perjodohan kedua orang- tua mereka. Setiap hari ia hanya melayani suaminya karena kewajibannya sebagai istri. Namun suaminya ini sangat mencintai istrinya dan cintanya ternyata mengubah sikap istrinya. Lama kelamaan sang istri jatuh cinta juga kepada suaminya. Sejak itulah ia tidak lagi melayani suaminya karena kewajiban tetapi karena cintanya. Kedua pasangan suami istri ini tidak lagi hidup dalam kehampaan yang dipenuhi kewajiban, karena bunga-bunga kasih sayang yang mendasari kehidupan mereka berdua.
Pertanyaan seorang ahli Taurat yang bermaksud menyudutkan Yesus karena tidak satu pun dari hukum Musa yang mendapatkan prioritas lebih tinggi untuk ditaati (36). Yesus tidak dapat dicobai melalui pertanyaan apa pun, sebaliknya Ia menggiring ahli Taurat ini kepada hakikat ketaatan kepada Pemberi Hukum Taurat. Yang penting bukan melakukan hurufiah hukum-Nya, tetapi bagaimana hakikat menaati hukum-Nya dalam rangka menaati-Nya. Hukum-hukum yang Allah berikan adalah mencerminkan hakikat-Nya sendiri, yakni KASIH dan bukan kewajiban. Itulah sebabnya menaati hukum-Nya karena kewajiban akan terasa berat dan hampa. Kasih kepada Allah itulah yang menjadi dasar ketaatan kita kepada hukum-Nya.
Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap totalitas kehidupan (37), artinya tidak sedikit pun kita mengorupsi bagi kesenangan, kepentingan, dan keuntungan diri sendiri. Ketika kita tidak sepenuhnya menyatakan kasih kepada Allah, sesungguhnya kita telah gagal mengasihi, karena Allah menuntut kasih sepenuh hati. Oleh karena itu mengasihi sesama pun sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan, dengan sepenuh totalitas kehidupan juga (39). Prinsipnya tidaklah dapat dipisahkan antara mengasihi Tuhan dan sesama.
Renungkan: Kasih kepada Tuhan, sesama, dan diri sendiri, adalah kasih yang utuh dari segenap totalitas kehidupan kita, karena semuanya adalah wujud kasih kita kepada Dia. Jikalau Anda mengalami kehampaan padahal telah berusaha mentaati hukum-Nya, mungkin Anda sedang berjuang melakukan kewajiban ini. Tinggalkan segera! Milikilah kasih sebagai dasar ketaatan kepada-Nya!
SH: Mat 22:34-46 - Ketika Tuhannya Daud berbicara (Kamis, 3 Maret 2005) Ketika Tuhannya Daud berbicara
Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub
terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk menco...
Ketika Tuhannya Daud berbicara
Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub
terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk mencoba mengukur
ortodoksi iman Yesus. Lagi-lagi jawaban Yesus semakin membuat
diri Yesus cemerlang di hadapan mereka dan orang banyak.
Tentang hukum terbesar dalam Taurat Yesus merangkumkan Sepuluh Perintah Allah ke dalam dua hukum kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (ayat 37-40; Ul. 6:5; Im. 19:18). Ajaran Yesus selaras dengan Perjanjian Lama. Jawaban Yesus sebenarnya tidak hanya memaparkan kebenaran, tetapi juga menelanjangi kejahatan mereka. Apabila Yesus Putra Allah, mereka sudah melanggar hukum pertama sebab mereka tidak mengasihi, tetapi mencobai Yesus. Apabila Yesus hanya manusia biasa, mereka sudah melanggar hukum kedua sebab tujuan mereka bertanya adalah untuk menjatuhkan.
Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya dan mempertahankan diri, kini Ia berbalik menanya dan mendesak mereka (ayat 42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya, manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias salah, jika hanya di sekitar konsep manusia belaka. Mesias dan karyanya pastilah ilahi sebab Daud menuankan Mesias jauh di atasnya (ayat 45).
Jangan kita ulangi kesalahan Farisi itu, iman ortodoks dan doktrin tanpa tunduk pada Tuhan tidaklah cukup. Bila iman hanya sebatas persetujuan akali, rohani kita menjadi dangkal dan buta.
Renungkan: Mengasihi Tuhan dan sesama, mempertuhankan Yesus dalam hidup bukan soal teori tetapi soal gerak-gerik dan kelakuan sehari-hari.
SH: Mat 22:34-40 - Bijak dalam memberi respons (Jumat, 8 Maret 2013) Bijak dalam memberi respons
Charles Swindoll di dalam bukunya "Kehidupan di tepi tebing yang rapuh" mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-ha...
Bijak dalam memberi respons
Charles Swindoll di dalam bukunya "Kehidupan di tepi tebing yang rapuh" mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi kepada kita, sedangkan 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi atau memberi respons.
Bacaan hari ini menyajikan pertanyaan orang Farisi untuk kesekian kalinya kepada Yesus.Perdebatan antara keduanya seringkali berlangsung sengit. Apa yang bisa kita pelajari?
Pertama, kebencian menyebabkan seseorang menutup diri terhadap kebenaran. Orang Farisi seharusnya senang karena Yesus bisa membungkam orang Saduki sehingga kebenaran dinyatakan. Namun, respons orang Farisi justru sebaliknya. Mereka membuat strategi baru, lalu seorang ahli Taurat mengajukan pertanyaan untuk mencobai Yesus. Kebanyakan ahli Taurat adalah orang Farisi.Kebencian mereka kepada Yesus telah menyebabkan mereka tidak senang melihat kebenaran dinyatakan.
Kedua, membalas kebencian dengan kasih. Setiap kali Yesus menjawab pertanyaan orang Farisi, mereka langsung berusaha mencari cara untuk mencobai atau menjebak-Nya. Namun Yesus membalas kebencian dan menanggapi pertanyaan ahli Taurat ini dengan baik, sekalipun pertanyaan tersebut diajukan untuk mencobai. Karena jika Yesus menjawab hukum yang satu sebagai hukum yang terutama, maka Ia seperti menganggap hukum yang lain tidak penting. Yesus bisa dituduh meniadakan hukum Taurat. Meskipun motivasi ahli Taurat tidak baik, Yesus tetap melayani dan menjawab pertanyaan mereka dengan baik. Lalu Yesus merumuskan hukum kasih.
Ketiga, seluruh perintah Tuhan harus kita taati dengan semangat mengasihi Tuhan dan sesama. Kita tidak mungkin bisa menaati hukum yang mana pun dengan benar, kalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Tuhan. Mengasihi Tuhan dengan akal budi atau pikiran, hanya bisa terjadi kalau kita mengenal Allah dengan benar. Orang yang mengasihi Allah, akan mengasihi sesama dan orang yang tidak mengasihi sesama, tidak mungkin mengasihi Allah.
SH: Mat 22:34-46 - Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017) Belajar Bertanya dengan Tulus
Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian...
Belajar Bertanya dengan Tulus
Cara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan.
Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi.
Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah.
Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya.
Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP]
SH: Mat 22:34-40 - Kasih yang Holistik (Senin, 20 Maret 2023) Kasih yang Holistik
Memang hal yang manusiawi jika manusia ingin keberadaan dirinya diterima dan diakui. Tetapi, hal ini akan menjadi toxic ketika ke...
Kasih yang Holistik
Memang hal yang manusiawi jika manusia ingin keberadaan dirinya diterima dan diakui. Tetapi, hal ini akan menjadi toxic ketika keinginan tersebut membuat seseorang menjadi mudah merasa terancam dan tersaingi oleh kehadiran orang lain. Akibatnya, orang itu dapat menjatuhkan sesamanya, termasuk dengan cara yang halus, agar reputasinya tetap terjaga.
Orang-orang Farisi bertanya tentang Torah (hukum Taurat) untuk menemukan celah dari ajaran Yesus agar mereka dapat menyalahkan-Nya (34-35). Hasrat untuk meneguhkan kekuasaan membuat mereka buta akan inti Torah, yaitu kasih. Sekalipun mereka tahu bahwa Torah mengajarkan kasih, perbuatan mereka jauh darinya. Tidak ada kasih di sana. Mereka berusaha menggunakan firman Tuhan untuk mencelakakan orang lain, meneguhkan posisi diri sendiri, dan melayani hasrat kekuasaan yang toxic.
Sebagai tokoh agama, sangat mungkin mereka berbicara "atas nama Tuhan", padahal mereka mempunyai agenda tersembunyi. Hal ini sangat mendukakan hati Yesus, maka Ia mendengungkan lagi V'ahavta, perintah yang sangat penting bagi orang Yahudi, yaitu perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (37-38). Perintah ini disandingkan dengan hukum yang sama (bukan nomor dua, lebih rendah, ataupun kurang penting), yaitu perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri (39).
Orang yang mengasihi Allah pastilah juga mengasihi sesama. Jika seseorang tidak mengasihi sesama, itu artinya ia tidak mengasihi Allah. Kedua perintah ini adalah inti dari seluruh hukum Allah (40).
Kebutuhan untuk dicintai yang dapat dipuaskan dengan penerimaan dan pengakuan orang lain adalah hal yang normal. Tetapi, janganlah hal ini membawa kita kepada hasrat kekuasaan yang toxic, apalagi membuat kita mengatasnamakan Tuhan untuk berbuat jahat terhadap sesama. Sejatinya, kasih yang Alkitab ajarkan tidak bersifat hierarkis melainkan holistik dan integratif antara mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesama. Mari terus belajar mengasihi Allah, diri, dan sesama dengan benar. [JHN]
Topik Teologia: Mat 22:2 - -- Dosa
Sikap Allah Terhadap Dosa
Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:1...
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
- Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:16 Hak 2:12-15 1Sa 28:18 2Sa 22:1,8-16 1Ra 11:9 2Ra 22:13 2Ta 30:8 Ayu 20:23 Maz 7:12 Maz 69:25 Maz 74:1 Maz 76:8 Maz 90:11 Maz 106:23,29,32,40 Maz 110:5 Ams 6:16-19 Ams 17:15 Yes 5:24-25 Yes 30:27-28 Yes 57:16-17 Yes 63:3-6 Yes 66:15-16 Yer 4:4 Yer 10:10 Yer 21:12-13 Rat 4:11 Yeh 5:13-15 Dan 9:16 Hos 13:11 Nah 1:2-3,6 Mat 22:2,7,13-14 Rom 1:18 Rom 2:5 Efe 5:6 Kol 3:6 Ibr 3:7-11 Yak 4:4 Wah 6:16-17 Wah 14:9-11 Wah 16:19 Wah 19:15 Lihat:
- Keselamatan
- Panggilan
- Keselamatan
- Panggilan
Topik Teologia: Mat 22:8 - -- Keselamatan
Panggilan
Asal dan Sarana Panggilan
Umat Allah dan Panggilan-Nya
2Ta 36:15 Yer 25:4 Mat 22:2-10 Rom 10:14-15 2Ko 5:20 ...
- Keselamatan
- Panggilan
- Asal dan Sarana Panggilan
- Umat Allah dan Panggilan-Nya
Topik Teologia: Mat 22:13 - -- Dosa
Sikap Allah Terhadap Dosa
Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:1...
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
- Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:16 Hak 2:12-15 1Sa 28:18 2Sa 22:1,8-16 1Ra 11:9 2Ra 22:13 2Ta 30:8 Ayu 20:23 Maz 7:12 Maz 69:25 Maz 74:1 Maz 76:8 Maz 90:11 Maz 106:23,29,32,40 Maz 110:5 Ams 6:16-19 Ams 17:15 Yes 5:24-25 Yes 30:27-28 Yes 57:16-17 Yes 63:3-6 Yes 66:15-16 Yer 4:4 Yer 10:10 Yer 21:12-13 Rat 4:11 Yeh 5:13-15 Dan 9:16 Hos 13:11 Nah 1:2-3,6 Mat 22:2,7,13-14 Rom 1:18 Rom 2:5 Efe 5:6 Kol 3:6 Ibr 3:7-11 Yak 4:4 Wah 6:16-17 Wah 14:9-11 Wah 16:19 Wah 19:15 Lihat:
- Eskatologi
- Neraka
- Gambaran Neraka
- Gambaran Neraka
- Kegelapan
Topik Teologia: Mat 22:14 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pemilihan Allah akan Keselamatan Orang-orang Percaya dan Komun...
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Keselamatan Orang-orang Percaya dan Komunitas Orang-orang Percaya
- Dosa
- Sikap Allah Terhadap Dosa
- Secara Negatif, Sikap Allah: Murka
- Kel 22:22-24 Kel 32:9-10 Bil 12:9 Ula 9:8,22 Yos 7:1 Yos 23:16 Hak 2:12-15 1Sa 28:18 2Sa 22:1,8-16 1Ra 11:9 2Ra 22:13 2Ta 30:8 Ayu 20:23 Maz 7:12 Maz 69:25 Maz 74:1 Maz 76:8 Maz 90:11 Maz 106:23,29,32,40 Maz 110:5 Ams 6:16-19 Ams 17:15 Yes 5:24-25 Yes 30:27-28 Yes 57:16-17 Yes 63:3-6 Yes 66:15-16 Yer 4:4 Yer 10:10 Yer 21:12-13 Rat 4:11 Yeh 5:13-15 Dan 9:16 Hos 13:11 Nah 1:2-3,6 Mat 22:2,7,13-14 Rom 1:18 Rom 2:5 Efe 5:6 Kol 3:6 Ibr 3:7-11 Yak 4:4 Wah 6:16-17 Wah 14:9-11 Wah 16:19 Wah 19:15 Lihat:
Topik Teologia: Mat 22:15 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Reaksi Ak...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Reaksi Akal yang Cepat
Topik Teologia: Mat 22:23 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Kreatif dalam Dialog
Dia Memakai Gaya...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Kreatif dalam Dialog
- Dia Memakai Gaya Retorik
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:24 - -- Umat Manusia Pada Umumnya
Natur yang Terkait dari Umat Manusia
Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
Pemeliharaan Garis Keturunan K...
- Umat Manusia Pada Umumnya
- Natur yang Terkait dari Umat Manusia
- Israel sebagai Kesatuan yang Terkait
- Pemeliharaan Garis Keturunan Keluarga di Israel
- Melalui Pernikahan Suku Lewi
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:25 - -- Eskatologi
Kebangkitan Orang Mati
Kebangkitan Orang Benar
Gambaran Kebangkitan Orang Benar
Kebangkitan akan Meniadakan I...
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:29 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Wahyu Allah
Wahyu Khusus
Dosa
Deskripsi tentang Dosa-dosa dan Pendosa
Karakter Para Pend...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Dosa
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:30 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Daya Inga...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Daya Ingat
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Makhluk-makhluk Supranatural
- Para Malaikat Baik
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:31 - -- Allah yang Berpribadi
Pribadi Allah
Nama Allah
Nama-nama Deskriptif Allah
Allah Orang Hidup
Mat 22:31-32
...
- Allah yang Berpribadi
- Pribadi Allah
- Nama Allah
- Nama-nama Deskriptif Allah
- Allah Orang Hidup
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Eskatologi
- Kebangkitan Orang Mati
- Kebangkitan Orang Benar
- Gambaran Kebangkitan Orang Benar
- Kebangkitan akan Meniadakan Ikatan Pernikahan
Topik Teologia: Mat 22:33 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Daya Inga...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Daya Ingat
Topik Teologia: Mat 22:35 - -- Dosa
Dosa-dosa Terhadap Allah
Dosa-dosa Penolakan
Mencobai Allah
Bil 14:22-23 Ula 6:16 Maz 78:18-19,41-42,56-58 Maz 9...
- Dosa
- Dosa-dosa Terhadap Allah
- Dosa-dosa Penolakan
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
Topik Teologia: Mat 22:36 - -- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
Mengasihi Allah
Tugas dari Mengasihi Allah
Kasih akan Allah adalah Suatu Perintah
...
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Mengasihi Allah
- Tugas dari Mengasihi Allah
- Kasih akan Allah adalah Suatu Perintah
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab Terhadap Sesama dan Alam
- Tanggung Jawab Terhadap Sesama
- Tugas Terhadap Orang Lain Pada Umumnya atau Terhadap Orang Kristen
- Mengasihi Sesama
- Tugas Kita untuk Mengasihi Sesama
TFTWMS: Mat 22:1-14 - Perumpamaan Perkawinan Anak Raja PERUMPAMAAN PERKAWINAN ANAK RAJA (Matius 22:1-14)
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2"Hal Kerajaan Sorga seumpama seo...
PERUMPAMAAN PERKAWINAN ANAK RAJA (Matius 22:1-14)
1 Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: 2"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. 3 Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. 4 Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. 5 Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, 6 dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. 7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. 8 Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. 9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. 14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Perumpamaan perkawinan anak raja adalah perumpamaan ketiga yang Yesus berikan dalam menanggapi para pemimpin Yahudi (21:28-32, 33-46; 22:1-14).16Itu adalah perumpamaan kerajaan dan secara khusus Yesus berikan untuk mengecam para pemimpin agama dan orang-orang Yahudi. Orang-orang ini melambangkan mereka yang tetap menolak untuk menerima Dia sebagai Mesias yang dijanjikan. Sebagai hasil dari penolakan mereka, Allah akan menjatuhkan hukuman berat kepada orang-orang yang dulunya pernah menjadi bangsa pilihan-Nya. Mereka akan diusir, dan orang lain yang mereka anggap tidak layak (orang Samaria dan bangsa-bangsa lain) akan dengan penuh kemurahan diundang masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Ayat 1. Ketika pasal 21 berakhir, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mulai mengerti bahwa dua perumpamaan pertama yang Yesus sajikan ditujukan langsung kepada mereka. Hal ini meningkatkan kebencian mereka terhadap Dia. Mereka ingin segera menangkap Dia, tapi perasaan takut mereka kepada orang banyak mencegah mereka melakukan hal itu pada waktu itu (21:45, 46).Terlepas dari perlawanan apa saja yang orang-orang Yahudi itu perlihatkan kepada Yesus, ayat 1 menunjukkan bahwa Ia terus mengajar dengan perumpamaan yang ketiga: Ia berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka. Kata "perumpamaan" itu berbentuk jamak. Mengapa begitu? (1) Mungkin mengacu kepada penceritaan tiga perumpamaan oleh Yesus pada kesempatan ini (21:28-22:14). (2) Bisa jadi karena perumpamaan yang ketiga terdiri dari dua bagian (22:1-10, 11-14). (3) Yesus mungkin sudah menyampaikan perumpamaan lain pada waktu ini yang tidak dicatat.
Ayat 2. Yesus sering mengawali perumpamaan-Nya dengan perkataan, "Hal Kerajaan Sorga seumpama" atau "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama" (13:24, 31, 33, 44, 45, 47; 18:23; 20:1; 25:1). Di sini kerajaan itu seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Raja itu melambangkan Allah (lihat 5:35; 18:23; 21:28, 33), sedangkan anak raja itu adalah Yesus, Anak Allah (lihat 21:37). Kitab Suci Perjanjian Baru sering menggambarkan Yesus sebagai mempelai laki-laki (9:15; 25:1; Yoh. 3:29; Efe. 5:27; Why. 21:2, 9). Meski tidak ada pengantin perempuan yang disebut, ia itu pastilah kerajaan Allah—gereja Kristus (Efe. 5:22-33).
Sudah umum di dunia kuno bagi para raja dan tokoh-tokoh penting lainnya untuk mengadakan perjamuan kawin yang mewah bagi anak-anak mereka, dengan mengundang lebih dari seribu tamu.17Robert H. Mounce menulis, "Kiasan perjamuan kawin digunakan secara luas dalam literatur kuno untuk menggambarkan pelbagai berkat kehidupan yang akan datang (misal, Yes. 25:6 dst.). Ini menyiratkan bahwa kita harus menafsirkan perumpamaan itu dalam latar belakang eskatologi."18Belakangan perjamuan kawin digunakan dalam Matius dan Wahyu untuk menggambarkan Kerajaan Allah pada akhir zaman (25:10, Wahyu 19:7-9).
Ayat 3. Hamba-hamba raja bisa diartikan sebagai para nabi yang diutus oleh Allah untuk memperingatkan orang-orang Yahudi agar bertobat atau menanggung penghakiman yang akan menimpa mereka (lihat 21:34). Ketika hamba-hamba itu memanggil para tamu yang telah diundang ke perjamuan itu, orang-orang itu tidak mau datang.
Pernikahan pada kebanyakan budaya adalah kesempatan untuk bersukacita dan perayaan, dan secara khusus benar begitu di kalangan orang Yahudi. Diundang ke salah satu acara ini adalah kehormatan besar, dan menolak undangan itu adalah penghinaan besar. Para tamu undangan diberi waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri bagi acara itu; mereka diharapkan datang kecuali ada halangan yang tidak bisa dihindarkan. Karena rata-rata warga negara menganggap penghinaan bagi orang yang menolak undangan ke perjamuan kawin, maka orang dapat membayangkan keparahan dalam menolak undangan raja. Perjamuan dalam perumpamaan itu pasti akan merupakan peristiwa kerajaan, berkumpulnya orang-orang kaya dan berpengaruh.
Adat perkawinan orang Yahudi jauh berbeda dari apa yang kita kenal sekarang ini. Awalnya pasangan itu bertunangan, yang paling sering terjadi akibat dari pengaturan antara orang tua pengantin laki-laki dan perempuan. Pertunangan itu disusul oleh pengikatan janji, yang lamanya bisa beberapa bulan sampai satu tahun. Ini adalah kontrak yang mengikat yang bisa dibatalkan hanya oleh perceraian. Pandangan pertunangan seperti itu terlihat dalam kaitannya dengan Maria dan Yusuf. Meski mereka belum melakukan hubungan seksual, Maria sudah dianggap sebagai istri Yusuf (1:18-21). Jika tunangan perempuan itu meninggal selama masa tunggu, ia dianggap sebagai janda.
Undangan bagi perkawinan dan perjamuan setelah pertunangan disampaikan jauh-jauh hari sebelum acara perkawinan. Undangan resmi yang pertama biasanya disampaikan pada saat pertunangan. Kemudian, karena masih lamanya waktu antara pertunangan dan acara perkawinan, undangan yang kedua disampaikan pada saat mendekati perkawinan. Undangan yang kedua ini juga untuk memperbaiki perubahan yang sulit ditentukan sebelumnya tentang kapan tepatnya segala persiapan itu akan selesai (Luk. 14:16, 17).19
Seorang juru siar diutus untuk melintasi jalan-jalan guna memberitahukan para tamu undangan bahwa perkawinan itu akan segera dilangsungkan. Jika Mereka tidak siap dan tidak berpakaian dengan baik, mereka tidak akan diizinkan berpartisipasi dalam perayaan perkawinan itu. Segera setelah juru siar itu diutus keluar, pengantin laki-laki akan berjalan melintasi jalan-jalan untuk mengumpulkan rombongan perkawinan, termasuk pengantin perempuan, dan para tamu undangan sambil ia berjalan. Lokasi untuk perkawinan biasanya adalah rumah di mana pasangan yang menikah itu akan menetap. Begitu rombongan perkawinan dan tamu-tamu undangan sudah berada di dalam, pintu akan dikunci. Bahkan tamu undangan yang datang terlambat tidak akan diizinkan masuk (25:1-13).
Ayat 4 Tuan rumah dalam perumpamaan itu bertindak dengan cara yang tidak biasa dilakukan seorang raja: Setelah penolakan pertama oleh orang-orang yang diundang, raja itu menunjukkan kesabarannya dengan mengutus hamba lain untuk mendesak para tamu menghadiri perjamuan kawin itu (lihat 21:36). Mereka harus menyampaikan pesan bahwa hidangan, telah [ia] sediakan; lembu-lembu jantan dan ternak piaraan [nya yang tambun] telah disembelih dan dihidangkan (lihat Luk. 15:23, 27, 30).
Orang-orang Yahudi itu adalah tamu undangan yang pertama yang sudah berulang kali menolak undangan Allah dan menghindari tawaran-Nya untuk mereka bertobat. Undangan pertama mereka datang melalui pemberian Taurat di Sinai. Ketika mereka menolaknya, Allah berulang kali mengutus para nabi untuk memanggil mereka kembali kepada Dia. Namun begitu, mereka membunuh nabi-nabi itu (21:35, 36; 23:29-35). Ia memberi mereka satu kesempatan terakhir dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal (21:37-39).
Ayat 5. Undangan kedua juga ditolak; mereka tidak mengindahkannya. Beberapa versi mengatakan bahwa "mereka memandang remeh" (KJV; NKJV; ASV; RSV; NRSV). Kata kerja ajmele÷w (ameleō) berarti "melalaikan," "mengabaikan", atau "tidak peduli terhadap" seseorang atau sesuatu. Ketimbang menghadiri perjamuan itu, mereka ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Petani dan pengusaha di sini digunakan untuk melambangkan banyaknya orang dalam kelompok itu. Pada dasarnya tidak ada yang jahat pada salah satu dari dua profesi itu. Contoh-contoh ini sekedar menunjukkan bagaimana keasyikan dengan materi dunia dapat mencegah banyak orang untuk menerima undangan Allah.
Perumpamaan yang sama dalam Lukas menggambarkan mereka yang diundang ke perjamuan itu memberikan pelbagai dalih untuk tidak datang. Yang pertama telah membeli ladang dan harus pergi melihatnya. Yang telah membeli lima pasang lembu bajak dan harus mencobanya. Yang lain lagi baru saja kawin dan karena itu perlu meluangkan waktu dengan istrinya (Luk 14:18-20). Tidak ada alasan seperti itu ditemukan dalam perumpamaan ini.
Ayat 6. Yang lain—yaitu mereka yang tidak pergi bertani atau berbisnis— menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya (lihat 21:35, 36). Jelas sekali, tindakan menganiaya orang yang menyampaikan undangan baik tidak bisa diterima dalam masyarakat mana saja, bahkan jika orang tidak mau menerima undangan itu. Menganiaya utusan raja atau pemimpin terkemuka lain mana saja akan tidak bisa dipahami.20Orang akan membahayakan nyawanya sendiri bila melakukan hal itu.
Ayat 7. Begitu mendengar berita kematian para hambanya, raja itu menjadi sangat marah sehingga menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Melalui perantaraan pasukannya, raja itu membinasakan orang-orang yang telah melecehkan kehormatannya dan membunuh para utusannya yang tak berdosa. Membakar kota merupakan praktik umum militer di zaman kuno, mungkin untuk melambangkan penghancuran total.21
Gambaran dalam ayat ini menunjukkan murka Allah kepada ketidakadilan, tema yang ditemukan di tempat lain dalam pelbagai perumpamaan (18:34; 21:40, 41). Meski Ia sangat sabar, kesabaran-Nya itu punya batas. Pada waktunya, Ia tentu akan menghukum orang jahat.
Gambaran ini juga bersifat nubuatan, di mana itu menubuatkan kehancuran Yerusalem yang akan terjadi pada tahun 70 Masehi.22Yesus juga menubuatkan peristiwa ini dalam 24:1, 2, 15. Ketika orang-orang Yahudi menolak tawaran terakhir Allah untuk memasuki kerajaan sorga, Ia menolak mereka dan membangkitkan Jenderal Romawi Titus untuk menghancurkan mereka.Penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi mengakhiri ibadah di bait suci dan sistem pengorbanan. Hal-hal ini sudah digantikan oleh kematian Kristus dan Perjanjian Baru (sekitar 30 Masehi), tapi Allah mengizinkan mereka untuk berlanjut selama empat puluh tahun lagi. Ketika mereka akhirnya lenyap (lihat Ibr. 8:13), hal itu bahkan menjadi lebih jelas bahwa Israel bukan lagi umat pilihan Allah.
Ayat 8, 9. Raja menyatakan bahwa mereka yang menolak undangan itu tidak layak. Ini ironis sebab ia akan sudah lebih dulu mengundang mereka yang dianggap kaum "bangsawan" ke perkawinan itu. Yang menarik, kata "layak" (a¡xioß, axios) juga muncul dalam respon Paulus kepada orang-orang Yahudi yang menolak di Antiokhia di Pisidia: "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain" (Kisah 13:46; penekanan ditambahkan).
Pada titik ini, raja itu mengutus kelompok hamba yang ketiga untuk mengundang orang lain ke perjamuan kawin itu. Kali ini ia memberitahu mereka, "pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan." Arti dari kalimat yang diterjemahkan "persimpangan-persimpangan jalan" (diexo÷douß twvn oJdwvn, diexodous tōn hodōn) sulit dipahami. Kata ini secara beragam diterjemahkan "jalan utama" (TEV), "sudut-sudut jalan" (NCV), dan "persimpangan utama" (NJB). Namun begitu, kata itu kemungkinan menunjukkan "tempat di mana jalan utama memotong (melalui) batas kota dan merentang terus menuju wilayah terbuka."23Robert H.Gundry berpendapat bahwa ini akan menjadi satu-satunya tempat orang akan ditemukan karena "kota itu sudah musnah terbakar" (22:7).24
Ayat 10. Hamba-hamba ini harus diberitahu untuk mengundang siapa saja yang mereka jumpai—entah jahat atau baik—untuk datang ke perjamuan itu. Berbeda dengan mereka yang diundang pertama kali, orang-orang ini tentunya adalah orang kebanyakan. Mereka menyambut hangat undangan raja itu, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu (lihat 8:11, 12; 21:41). Setelah penolakan orang Yahudi terhadap Kristus, Allah mengutus para rasul ke dalam dunia dengan pesan bahwa kerajaan sorga terbuka bagi semua ras, golongan, dan bangsa-bangsa manusia (28:18-20; Mrk. 16:15, 16) .
Ayat 11. Ketika raja itu tiba untuk menemui tamu-tamu [makan malam] itu, ia melihat seseorang yang tidak berpakaian pesta. Bisa jadi ini adalah pakaian yang disediakan oleh raja untuk perjamuan kawin itu. Beberapa bukti menunjukkan bahwa raja menyediakan pakaian kerajaan untuk pelbagai kesempatan khusus (2 Raja 10:22).25Karena mereka yang datang adalah miskin, raja itu mungkin menyediakan mereka pakaian untuk perjamuan kawin. Dalam kasus ini, pakaian itu melambangkan kebenaran yang Allah berikan kepada manusia melalui Kristus (Rom. 3:21-26; Gal. 3:26-29).
Kemungkinan lain adalah bahwa pakaian perkawinan itu mengacu kepada satu seperangkat pakaian putih bersih yang dimiliki oleh tamu itu. Jika demikian, maka pakaian perkawinan itu bisa melambangkan kehidupan benar yang diharapkan dari mereka yang menjadi warga negara kerajaan itu.26Dalam kiasan yang mirip, lenan halus (berkilau-kilauan dan putih bersih) yang dikenakan oleh pengantin perempuan Kristus melambangkan "perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus" (Why. 19:8). Penafsiran ini konsisten dengan perumpamaan sebelumnya, di mana kebun anggur diberikan kepada orang lain yang akan menghasilkan buah yang baik (21:41, 43; lihat 5:20).27
Ayat 12. Raja itu menyapa tamu itu sebagai "teman" (NASB) (lihat komentar tentang 20:13). Ia bertanya, "Bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?" Raja itu bisa jadi bertanya, "Bagaimana bisa engkau melewati para penjaga pintu dengan berpakaian seperti itu?" Namun demikian, pertanyaan itu tampaknya lebih kepada suatu tuduhan ketimbang meminta informasi. Kata Yunani untuk "bagaimana" (pwvß, pōs) muncul dalam bentuk pertanyaan yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Kata itu bisa diterjemahkan "Beraninya kau?" Atau "Dengan hak apa?" Pertanyaan khusus ini bisa diterjemahkan, "Bagaimanakah Anda cukup berani datang ke sini tanpa mengenakan pakaian perkawinan?"28Orang itu sudah sangat menyinggung raja itu, dan ia diam saja. Kata Yunani untuk diam fimo÷w, phimoō) dapat secara harfiah berarti "diberangus." Kata itu di sini digunakan secara kiasan untuk "dibungkam."
Orang yang tidak mengenakan pakaian perjamuan kawin itu adalah lambang orang yang "menerima undangan injil, tetapi menolak untuk menyesuaikan hidupnya dengan injil itu."29Beberapa orang yang mengaku murid Yesus tidak akan siap bagi penghakiman pada waktu kedatanga-Nya yang kedua (7:21-23; 24:45-51; 25:41-46).
Ayat 13. Raja itu memerintahkan hamba-hambanya untuk mengikat tangan dan kaki tamu yang tidak siap itu dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di mana akan ada ratap dan kertak gigi. Bahasa ini menggambarkan kekelaman dan penderitaan hukuman kekal (lihat komentar tentang 8:12).
Ayat 14. Yesus menyimpulkan perumpamaan itu dengan mengatakan, "Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Di sini "banyak" dapat digunakan sebagai ungkapan yang berarti "semua" (lihat komentar tentang 20:28). Kata sifat Yunani "dipanggil" (klhto÷ß, klētos) yang berkaitan dengan kata kerja "diundang" (kale÷w, kaleō), ditemukan di seluruh perumpamaan itu (22:3, 4, 8, 9). Idealnya, undangan injil adalah untuk semua orang; cakupan injil adalah universal (28:18-20; Mrk. 16:15, 16; Luk. 24:47). Namun begitu, mungkin tidak semua orang memiliki kesempatan untuk mendengar injil (Rom. 10:14, 15).
Meski banyak yang dipanggil, hanya beberapa yang mau menerima undangan. Morris mengingatkan, "Mereka yang mendengar panggilan Allah dan mengetahui kasih karunia-Nya harus jangan mengira bahwa panggilan adalah sama seperti tanggapan."30Mereka yang menaati panggilan Allah adalah "dipilih" (ejklekto֧ , eklektos) atau "orang pilihan" (24:22, 24, 31); orang-orang ini akhirnya akan diselamatkan.
Semua yang menolak Yesus akan sesat.
TFTWMS: Mat 22:15-22 - Pertanyaan Tentang Membayar Pajak PERTANYAAN TENTANG MEMBAYAR PAJAK (Matius 22:15-22)
15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus d...
PERTANYAAN TENTANG MEMBAYAR PAJAK (Matius 22:15-22)
15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. 16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. 17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" 18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? 19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. 20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" 21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." 22 Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu pergi.
Ayat 15. Yang paling vokal di antara lawan-lawan Yesus adalah orang-orang Farisi (lihat komentar tentang 3:7; 15:1). Perselisihan mereka dengan Dia terutama sekali didasarkan pada isu-isu keagamaan (9:11, 34; 12:2, 24, 38; 15:1, 2; 16:1; 19:3). Pada waktu ini, orang-orang Farisi itu mengerti bahwa yang selama ini Yesus maksudkan dalam pelbagai perumpamaan-Nya adalah mereka, dan mereka sakit hati (21:45). Ketika mereka tidak bisa menangkap Dia secara terang-terangan karena takut kepada orang banyak (21:46), mereka lalu menarik diri dari Dia dan berunding bagaimana mereka dapat menjerat Dia dengan suatu pertanyaan.
Ayat 16. Alih-alih menghadapi Yesus secara pribadi, orang-orang Farisi itu menyuruh murid-murid mereka … bertanya kepada-Nya. Orang-orang ini adalah murid-murid yang berada di bawah bimbingan mereka—seperti Paulus pernah menjadi murid di bawah Gamaliel, seorang Farisi (Kisah 5:34; 22:3). Belakangan, setelah Yesus membungkam murid-murid mereka dan orang-orang Saduki, orang-orang Farisi itu memutuskan bahwa mereka harus menghadapi Dia secara langsung (22:34).
Murid-murid dari orang-orang Farisi itu bergabung dalam konfrontasi itu bersama dengan orang-orang Herodian. Orang-orang Farisi dan kelompok Herodian adalah musuh alami, karena yang terakhir itu adalah pendukung setia pemerintahan Herodes.1Namun demikian, mereka bekerja sama untuk memerangi musuh bersama mereka—Yesus.2Sebuah pepatah lama Timur Tengah berlaku di sini: "Musuhnya musuh saya adalah teman saya."
Orang-orang Herodian bukanlah sekte keagamaan, dan mereka itu bahkan mungkin bukan kelompok yang terorganisir. Pada waktu ini, mereka itu adalah pendukung Herodes Antipas, yang memerintah atas Galilea dan Perea berdasarkan penetapan Romawi. Berlawanan langsung dengan kaum Herodian ini adalah kaum Zelot. Orang-orang ini secara politik, dan sering secara militer, adalah aktivis. Orang-orang Yahudi yang sangat nasionalis ini membenci pendudukan Romawi di Tanah Perjanjian. Salah satu murid Yesus, Simon, pernah menjadi anggota sekte ini (Luk. 6:15).
Penggunaan kata-kata sanjungan dipandang sebagai suatu yang jahat dalam dunia Yunani-Romawi.3Namun begitu, ini tidak mencegah murid-murid dari orang-orang Farisi dan kelompok Herodian itu dari menggunakannya guna mencoba menjerat Yesus saat Ia lengah. Setelah mengacukan Dia sebagai Guru, mereka mengungkapkan keyakinan mereka bahwa Ia adalah orang yang jujur—yaitu, "orang yang tulus" (NJB) atau "orang yang punya integritas" (NIV). Mereka mengatakan bahwa Yesus adalah orang yang dengan jujur mengajar jalan Allah. Mereka mengakhiri sanjungan mereka dengan mengatakan bahwa Yesus tidak takut kepada siapa saja; Ia tidak mencari muka. Teks Yunaninya secara harfiah mengatakan, "Engkau tidak memandang muka orang."
Segala sesuatu yang musuh-musuh Yesus itu katakan dalam ayat ini adalah benar. Mereka jelas tidak percaya kepada apa yang mereka katakan sebab jika tidak begitu mereka tentu akan sudah mengikut Dia. Sebaliknya, mereka membuat pernyataan-pernyataan ini hanya untuk menjebak Dia.
Ayat 17. Selanjutnya, mereka bertanya kepada Yesus apakah diperbolehkan membayar pajak [perorangan] kepada Kaisar. Istilah "diperbolehkan" dapat juga diterjemahkan "dibenarkan" (NIV) atau "diizinkan" (NJB). Mereka sedang menanya apakah tindakan ini dibolehkan oleh hukum Taurat atau tidak. Alkitab JNT menulis, "Apakah Taurat mengizinkan untuk membayar pajak kepada Kaisar Romawi atau tidak?"
Dengan cara apapun Ia menjawabnya, pertanyaan ini bisa menimbulkan masalah bagi Yesus. Jika Ia berkata, "Tidak," kaum Herodian akan melaporkan Dia kepada penguasa Romawi, dan Ia bisa dihukum mati karena pengkhianatan (lihat Luk. 23:2). Jika Ia menjawab, "Ya," orang-orang Farisi akan mencela Dia di hadapan orang-orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka akan sangat marah karena mereka membenci orang-orang Romawi yang menduduki negeri mereka.
"Pajak perorangan" (khvnsoß, kēsos) adalah pajak tahunan yang dikenakan kepada setiap orang laki-laki berusia 14 sampai 65 tahun yang tinggal di wilayah pendudukan. Itu adalah salah satu alasan mengapa Roma meminta dilakukan sensus secara berkala (lihat Luk. 2:1-4). Tidak ada pajak yang dipungut oleh orang Romawi dari orang-orang Yahudi yang lebih dibenci daripada pajak perorangan. Pajak ini menekankan hak Roma untuk menguasai Palestina. Orang-orang Farisi menentang pajak ini karena Allah adalah Raja atas Israel, dan Allah melarang mereka untuk membolehkan orang asing memerintah atas mereka (Ula. 17:14, 15). Jack P. Lewis menulis, "Pertanyaan apakah pajak itu sesuai dengan hukum Musa atau tidak adalah masalah yang panas dari munculnya Herodes ke tampuk kekuasaan sampai runtuhnya negara Yahudi, dan hal itu bahkan menginspirasi pemberontakan Bar Kokhba pada 132-135 Masehi."4Pada 6 Masehi, ketika Yesus masih kecil, Yudas orang Galilea memulai pemberontakan oleh karena pajak ini (Kisah 5:37).5
Ayat 18. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati orang-orang ini (Yoh. 2:24, 25), dan apa yang ada di balik pertanyaan mereka. Ia tahu mereka sedang mencobai atau "menguji" Dia (lihat komentar tentang 4:1; 16:1). Alih-alih memberikan jawaban sederhana, seperti yang mereka harapkan, Ia mencela mereka sebagai orang-orang munafik (lihat komentar tentang 6:2, 5). Yesus tidak bisa ditipu. Ia membiarkan mereka tahu bahwa Ia mengetahui tipu daya mereka. Ia tahu bahwa pertanyaan mereka bukan untuk mencari kebenaran tetapi hanya upaya untuk menjerat Dia.
Ayat 19. Tuhan menjawab, "Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Kata Yunani untuk "mata uang" (no÷misma, nomisma) mengacu kepada uang yang diperkenalkan dalam penggunaan umum. Meski berbagai jenis mata uang digunakan di Israel pada waktu itu, namun pajak ini hanya bisa dibayar dengan dinar Romawi. Murid-murid dari orang-rang Farisi dan kaum Herodian itu tidak punya masalah dalam menghasilkan salah satu dari potongan-potongan perak itu. Karena dinar itu setara dengan upah kerja satu hari (20:2), itu biasa.
Ayat 20. Yesus mengambil uang dinar itu, kemungkinan mengacungkan ke atas, dan bertanya, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Tidak bisa dipastikan apakah koin yang Yesus pegang itu memiliki gambar Agustus (31 S. M.-14 M.) atau Tiberius (14-37 M.). "Kaisar" pertama adalah Gaius Julius Caesar. "Julius" adalah nama keluarga, dan "Kaisar" adalah gelar. Urutan yang digunakan adalah (1) nama yang diberikan, (2) nama keluarga, dan (3) gelar.6Meski "Kaisar" awalnya merupakan gelar bagi Julius Kaisar, nama itu kemudian menjadi gelar bagi kaisar-kaisar Romawi lainnya.
Beberapa orang disebut sebagai "Kaisar" dalam Perjanjian Baru, termasuk Augustus (Luk. 2:1), Tiberius (Luk. 3:1), Klaudius (Kisah 17:7; 18:2), dan Nero (Kisah 25: 8-12; Flp. 4:22).Agustus adalah kaisar yang memerintah ketika Yesus lahir, sehingga dinar lama akan memiliki gambarnya. Karena Tiberius adalah kaisar selama pelayanan Yesus, maka koin yang lebih baru akan memiliki gambarnya.
Dinar dari pemerintahan Tiberius tampaknya lebih sesuai dengan konteks itu, karena ia adalah kaisar yang memungut pajak dari orang-orang Yahudi pada waktu itu. Everett Ferguson pernah menunjukkan satu contoh dari koin-koin ini, yang bagian depannya memiliki gambar kepala kaisar yang dihiasi dengan karangan bunga dan tulisan "Tiberius Kaisar Agustus, Anak Agustus Ilahi." Bagian belakang koin itu memi- liki gambar seorang wanita yang sedang duduk, biasanya diidentifikasi sebagai Livia, bunda Tiberius, yang mungkin melambangkan dewi Pax atau Roma. Tulisan yang menyertainya berbunyi "Imam Besar."7
Ayat 21. Ketika orang-orang itu mengidentifikasi dengan tepat gambar dan tulisan itu sebagai Kaisar, Yesus menjawab, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar." Yesus menalar bahwa, karena koin itu dikeluarkan oleh Kaisar dan memiliki gambar dan tulisannya, maka memberikan kembali uang itu kepada dia adalah sah. Kata kerja "memberi" (ajpodidwmi, apodidōmi) memiliki arti membayar apa yang perlu dibayar.8Kata itu lebih kuat daripada kata kerja "membayar" (di÷dwmi, didōmi) dalam ayat 17. Leon Morris berdalil bahwa fakta para penanya ini menggunakan koin Kaisar dengan sendirinya merupakan pengakuan bahwa mereka berutang pajak kepada Kaisar.9Pesan ini terutama cocok bagi orang-orang Farisi, yang ingin menghindari pajak.10
Yesus memberitahu mereka untuk memberikan kepada Allah apa yang wajib [mereka] berikan kepada Allah." Ia tidak sedang menyetujui klaim pemberhalaan Kaisar pada koin itu; hanya Allah yang layak atas kehormatan ilahi dan penyembahan (4:10; lihat Daniel 4:28-37; Kisah 12:20-23). Allah memerintah atas alam semesta untuk selamanya, sedangkan para kaisar itu adalah pejabat insani yang memerintah atas kekaisaran Roma selama beberapa tahun saja. Yesus sedang menyiratkan bahwa ada ruang bagi pemerintah, dan tidak salah bagi pemerintah untuk menopang dirinya dengan pajak. Ia juga menyiratkan bahwa setiap orang berhutang kepada Allah. Karena manusia memiliki gambar Allah (Kej. 1:27; 5:1), mereka berutang nyawa kepada Dia (Roma 12:1, 2). Ini adalah pesan yang secara khusus perlu didengar oleh orang-orang Herodian yang sekular.
Ayat 22. Para penanya itu merasa heran terhadap hikmat yang dengannya Yesus menjawab mereka. Ia menjawab dengan jujur, tanpa menimbulkan permusuhan baik terhadap penguasa Romawi atau massa Yahudi. Murid-murid dari orang-orang Farisi dan kelompok Herodian dengan bijaksana memutuskan untuk pergi sebelum menelanjangi diri mereka lebih lanjut dalam konfrontasi yang memalukan di hadapan orang banyak itu.
TFTWMS: Mat 22:23-33 - Pertanyaan Tentang Kebangkitan Orang Mati PERTANYAAN TENTANG KEBANGKITAN ORANG MATI (Matius 22:23-33)
23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa ti...
PERTANYAAN TENTANG KEBANGKITAN ORANG MATI (Matius 22:23-33)
23 Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 24"Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. 25 Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. 26 Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh. 27 Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itupun mati. 28 Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia." 29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! 30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. 31 Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: 32 Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup." 33 Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
Ayat 23. Pada hari itu berfungsi sebagai tanda kronologi yang mengikat konflik ini dengan konflik sebelumnya. Rupanya, pertanyaan tentang otoritas Yesus (21:23-27), pelbagai perumpamaan-Nya (21:28-22:14), dan konflik-konflik ini (22:15-46) semuanya berlangsung pada hari Selasa dalam Minggu Sengsara.
Kali ini Yesus didatangi oleh orang-orang Saduki, sekte aristokrat orang Yahudi (lihat komentar tentang 3:7; 16:1). Kelompok kecil, namun kuat, ini menggunakan pengaruh mereka dari Yerusalem. Sebagaimana orang-orang Samaria, mereka juga hanya menerima lima kitab Musa—Pentateukh—sebagai Firman Allah.11Mereka menolak otoritas kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama, serta tradisi lisan yang dihormati orang-orang Farisi.
Berbeda dengan orang-orang Farisi, orang-orang Saduki tidak percaya kepada kekekalan jiwa, kehidupan setelah kematian, hukuman dan upah, atau kepada kebang-kitan orang mati (Kisah 23:8).12Karena Musa tidak secara jelas mengatakan apa saja tentang kebangkitan orang mati dalam Taurat, maka mereka menolak sama sekali gagasan itu. Belakangan, literatur rabi menunjukkan ketegangan yang disebabkan oleh sengketa ini. Menurut Mishnah, mereka yang menyangkal bahwa doktrin kebangkitan berasal dari Taurat—yang akan mencakup orang-orang Saduki—tidak memiliki bagian di dunia yang akan datang.13
Meski orang-orang Farisi adalah penentang utama Yesus selama pelayanan-Nya, namun orang-orang Saduki menjadi musuh utama bagi gereja mula-mula. Hal ini terjadi begitu karena para rasul "memberitakan, bahwa dalam Yes us ada kebangkitan dari antara orang mati" (Kisah 4:1, 2). Meski kelompok ini sangat penting pada zaman Yesus, namun kelompok itu lenyap setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70.
Ayat 24. Sebagaimana murid-murid dari orang-orang Farisi dan kelompok Herodian (22:15), orang-orang Saduki itu mendatangi Yesus untuk menjerat Dia (lihat 16:1). Setelah menyapa Dia sebagai Guru, mereka memulai pertanyaan mereka dengan mengutip dari Taurat (yang mereka imani): "Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu." Ini adalah tafsiran dari Ulangan 25:5, 6, yang sering disebut sebagai hukum turun ranjang. Istilah itu berasal dari kata Latin levir, yang berarti "saudara ipar." Hukum turun ranjang diperlukan jika seorang suami meninggal tanpa anak, saudaranya laki-laki harus mengambil janda itu sebagai istrinya dan menghasilkan anak dalam nama almarhum.
Adat turun ranjang dipraktikkan di banyak masyarakat kuno. Tujuannya adalah untuk melestarikan nama almarhum dengan memberi dia keturunan dan menjaga hartanya dalam keluarga itu. Adat turun ranjang digunakan selama era patriakh, beberapa ratus tahun sebelum pemberian Hukum Taurat. Keseriusan adat ini terlihat dalam fakta bahwa Onan anak Yehuda dihukum mati karena ia menolak untuk menghasilkan anak bagi saudaranya (Kej. 38:8-10). Ketika hukum turun ranjang diundangkan melalui Musa, hukum itu ditaati dengan serius; pelanggaran apa saja atas hukum itu dianggap sebagai pelanggaran jahat (Ula. 25:7-10).
Ayat 25-27. Setelah mengutip hukum turun ranjang, orang-orang Saduki mengetengahkan satu skenario tentang tujuh orang bersaudara. Saudara laki-laki yang tertua kawin dan kemudian mati tanpa menghasilkan anak. Menurut hukum turun ranjang, ia meninggalkan istrinya itu untuk saudaranya yang berikutnya. Proses ini berlanjut sampai, pada gilirannya, perempuan itu kawin dengan semua tujuh bersaudara itu. Akhirnya, ia juga mati.
Kasus ini diajukan kepada Yesus seolah-olah kasus itu sungguh terjadi. Namun begitu, mereka itu pasti sudah mengarang-ngarang skenario yang tak masuk akal ini untuk membuat kebangkitan orang mati terlihat mustahil. Sepertinya tidak mungkin seorang perempuan bisa menikahi tujuh suami tanpa melahirkan satu anak, kecuali, tentu saja, ia sendiri mandul. Bisa jadi orang-orang Saduki itu menemukan inspirasi untuk cerita mereka itu dari Apokrifa. Dalam Kitab Tobit, seorang wanita bernama Sarah menikah dengan tujuh suami, meski tidak ditegaskan bahwa ketujuh suami itu bersaudara. Dalam setiap kasus, sebelum mereka bisa tidur bersama dalam perkawinan itu, suami itu dibunuh oleh setan.14
Ayat 28. Setelah mengutip hukum turun ranjang dan menyajikan skenario yang tidak biasa ini, orang-orang Saduki itu bertanya, "Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia." Mungkin orang-orang Saduki itu pernah membingungkan orang-orang Farisi dengan masalah ini pada pelbagai kesempatan sebelumnya.15Gaya argumentasi itu dikenal sebagai reductio ad absurdum, mereduksi kasus uji menjadi tak masuk akal. Orang-orang Saduki percaya bahwa Allah tidak akan memerintahkan suatu praktik yang akan menimbulkan situasi konyol ini. 16
Pertanyaan orang-orang Saduki itu didasarkan pada premis yang salah bahwa kehidupan setelah kebangkitan akan berlanjut dengan cara yang sama seperti di bumi. Orang-orang Yahudi bisa membayangkan seorang laki-laki menikah dengan beberapa perempuan di kehidupan berikutnya, karena poligami adalah kebiasaan yang dikenal baik di antara mereka. Banyak contoh dari praktik ini dicatat dalam Perjanjian Lama. Namun begitu, gagasan seorang perempuan memiliki lebih dari satu suami pada waktu yang sama (poliandri) adalah tak terbayangkan bagi mereka. Sifat menggelikan dari skenario orang-orang Saduki itu dipertajam oleh gagasan tentang perempuan itu yang menikah dengan tujuh suami, satu demi satu.
Ayat 29. Sebagai tanggapan, Yesus memberitahu para pemimpin ini bahwa mereka sesat atau "salah" (NIV). Kata kerja Yunani yang digunakan di sini (plana÷w, planaō) berarti "sesat" atau "disesatkan." Kata ini digunakan dalam 18:12 di mana domba itu tersesat. Tuhan, kemudian, membuat dua tuduhan terhadap mereka.
Pertama, Ia mengatakan bahwa mereka tidak mengerti Kitab Suci. Maksud ini diu- raikan dalam ayat 31 dan 32. Kedua, Ia berkata bahwa mereka tidak mengerti kuasa Allah. Dakwaan ini diuraikan dalam ayat 30.
Ayat 30. Yesus menjelaskan bahwa Allah memiliki kuasa untuk mengubah manusia: "Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga." Perkawinan digambarkan dari dua perspektif: "Kawin" terkait dengan laki-laki, yang akan mengambil seorang istri untuk dirinya sendiri, sedangkan "dikawinkan" terkait dengan perempuan, yang akan diberikan kepada seorang laki-laki oleh ayahnya. Yesus menyatakan bahwa hukum-hukum duniawi ini tidak berlaku di alam sorgawi. Dalam dunia yang akan datang, manusia akan menjadi seperti malaikat (a‡ggeloß, angelos), tetapi mereka tidak akan menjadi malaikat.17Karena sifat mereka yang rohaniah, mereka tidak kawin atau melahirkan anak.
Pikiran serupa ditemukan dalam literatur Yahudi di luar Alkitab. Misalnya, Talmud mengatakan, [Dunia di masa depan tidak seperti dunia ini.] Dalam dunia masa depan tidak ada makan atau minum atau perkembangbiakan atau bisnis atau kecemburuan atau kebencian atau persaingan, tetapi orang benar duduk dengan mahkota mereka di kepala mereka merayakan kecermelangan kehadiran ilahi.18
Nas-nas lain dalam Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan tubuh dan keberadaan di masa depan akan berbeda dari sekarang (1 Kor. 15:35-58; 1 Yoh. 3:2).
Ayat 31, 32. Setelah membahas kuasa Allah yang sanggup mengubah manusia dalam kebangkitan, Yesus kembali kepada ketidaktahuan orang-orang Saduki (22:29). Dalam gaya rabi, Ia kembali mengawali kutipan dari Perjanjian Lama dengan bertanya, "Tidakkah kamu baca …?" (Lihat komentar tentang 12:3, 4). Ia kemudian menjelaskan bahwa kata-kata itu diucapkan … oleh Allah. Yesus juga mengasalkan kata-kata ini kepada "kitab Musa" dan menceritakan kisah tentang semak duri yang menyala (Mrk. 12:26).
Karena Yesus tahu bahwa tujuan orang-orang Saduki itu adalah untuk menyangkal kebangkitan, Ia lalu menyebut nama para leluhur yang mereka hormati dan menggunakan Kitab Suci yang mereka hormati untuk membuktikan kebangkitan. Ia tidak mengutip nas tertentu yang tidak jelas, melainkan Ia menggunakan satu nas dikenal baik oleh setiap orang. Ia mengutip identifikasi Allah sendiri dalam Keluaran 3:6:
"Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Yesus menyiratkan bahwa Abraham, Ishak, dan Yakub masih hidup, sebab Allah masih menjadi Allah mereka (lihat 8:11; Luk. 13:28; 16:22-31; Yoh. 8:56). Ia menyimpulkan, "Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup."
Meski doktrin kebangkitan tidak menonjol di dalam Perjanjian Lama, beberapa nas mengajarkan—atau setidaknya mengisyaratkan—realitasnya.19Namun begitu, hal itu tidak secara tersurat diajarkan dalam hukum Taurat. Karena kelompok Saduki hanya menganggap Pentateukh sebagai kitab yang berkuasa, maka Yesus menggunakan satu nas yang mereka terima yang secara tersirat mengajarkan gagasan itu. Kemudian, dalam Talmud, pendekatan yang sama digunakan untuk menjawab mereka yang disebut "orang-orang sektarian," sebuah label yang mencakup orang-orang Saduki serta orang lain yang menyangkal kebangkitan. Timbul pertanyaan, "Bagaimanakah kebangkitan berasal dari Pentateukh?" Para rabi mengutip beberapa nas untuk membuktikan ajarannya (Kel. 6:4; Bil. 18:28; Ula. 4:4; 11:21; 31:16 ),20namun tidak satu pun dari semua ini terlihat meyakinkan seperti yang dikutip oleh Kristus.21
Ayat 33. Setelah mendengar jawaban Yesus, "orang banyak … takjub akan pengajaran-Nya (lihat 22:22, 46). Lukas 20:39, 40 mengatakan, "'Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.' Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus."
TFTWMS: Mat 22:34-40 - Pertanyaan Tentang Hukum Yang Utama PERTANYAAN TENTANG HUKUM YANG UTAMA (Matius 22:34-40)
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungka...
PERTANYAAN TENTANG HUKUM YANG UTAMA (Matius 22:34-40)
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" 37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Ayat 34. Murid-murid dari orang-orang Farisi bersama kelompok Herodian, diutus untuk menjebak Yesus, tetapi orang-orang ini gagal (22:15, 16, 22). Orang-orang Saduki juga telah melakukan usaha terbaik mereka untuk mendiskreditkan Dia, tetapi mereka juga gagal (22:23, 33). Dengan jawaban-Nya yang berhikmat, Yesus membungkam mereka. Kata "membungkam"(fimo÷w, phimoō), diterjemahkan "diam saja" dalam ayat 12, secara harfiah dapat berarti" diberangus. "Setelah orang-orang Farisi mendengar tentang hal ini, mereka berkumpul untuk bersekongkol melawan Yesus.
Ayat 35. Orang-orang Farisi ini juga gagal dalam upaya mereka untuk menjerat Yesus. Kegagalan mereka mungkin sebagian disebabkan oleh orang yang dipilih untuk mewakili mereka. Dari semua penanya, orang ini tampaknya paling tulus. Matius mengidentifikasi dia sebagai seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, (nomiko÷ß, nomikos). Istilah terakhir itu dihilangkan dalam banyak naskah, dan diyakini oleh beberapa orang bahwa seorang penyalin meminjam istilah itu dari Lukas 10:25—yang menceritakan kisah yang serupa, namun berbeda.22Dalam konteks Yahudi, istilah "ahli Taurat" mengacu kepada orang yang terdidik dalam hukum Musa, "seorang ahli Taurat"(JNT). Markus mengacukan orang itu dengan menggunakan sinonim "ahli kitab" (NASB) (grammateu÷ß grammateus) dan menyiratkan bahwa ia mengajukan pertanyaan sendiri (Mrk. 12:28). Pekerjaan ahli kitab adalah menafsirkan Taurat dan mengetahui serta menerapkan hukum lisan (lihat komentar tentang 2:4).
Ayat 36. Untuk menguji Yesus, ahli kitab itu bertanya, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Pertanyaan ini sering diperdebatkan di kalangan para sarjana Yahudi. Mereka ingin merangkum Taurat dalam satu pernyataan atau perintah. Dalam Talmud, pertanyaan serupa ditemukan: "Apakah ada teks singkat yang semua hal penting dalam hukum Taurat bergantung padanya?"23Jawaban yang diberikan di sana adalah dari Amsal 3:6: "Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Sangat menarik bahwa jawaban ini berasal dari Amsal bukan Pentateukh.
Rabi Simlai mengajarkan bahwa Musa telah menerima 613 perintah dalam Taurat. Namun begitu, itu telah dikurangi menjadi sebelas oleh Daud (Maz. 15), enam oleh Yesaya (Yes. 33:15), tiga oleh Mikha (Mki. 6:8), dua lagi oleh Yesaya (Yes. 56:1), satu oleh Amos (Amos 5:4), dan satu oleh Habakuk (Hab. 2:4).24
Ayat 37, 38. Yesus merespon ahli Taurat itu, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." Kutipan ini diambil dari Ulangan 6:5. Teks Ibraninya mencakup tiga kata "hati," "jiwa," dan "kekuatan." Dalam kutipan Matius, istilah "pikiran" disertakan, tapi "kekuatan" dihilangkan. Ketika nas itu dikutip dalam Markus dan Lukas, mereka memiliki empat istilah: "hati," "jiwa," "akal budi," dan "kekuatan" (Mrk. 12:30, Luk 10:27.). Beberapa variasi dalam Injil Sinoptik mungkin timbul karena menggunakan Septuaginta. Beberapa salinan kuno terjemahan Yunani ini menerjemahkan istilah Ibrani untuk "hati" (bl, leb) sebagai "pikiran" (dia÷noia, dianoia).
Hukum yang terutama dan terpenting ini mengikuti Shema. Shema yang asli adalah dalam Ulangan 6:4, dan "perintah terutama" adalah dalam Ulangan 6:5. Bila diperluas, nas-nas lain, termasuk Bilangan 15:37-41, sudah digabungkan dalam Shema (lihat juga Ula. 11:13-21). Nama "Shema" berasal dari kata pertama dari doa itu, um^v (shamma'), yang berarti "dengar" (Ula. 6:4). Menurut Markus, Yesus juga memasukkan itu dalam jawaban-Nya: "Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa" (Mrk. 12:29).
Ayat 39. Yesus, setelah menjawab pertanyaan ahli kitab itu tentang perintah yang terutama (22:36), melanjutkan dengan mengatakan, "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"25(lihat 5:43; 19:19; Rom. 13:9, 10; Gal. 5:14; Yak. 2:8; 1 Yoh. 4:21). Kutipan itu dari Imamat 19:18 dalam Septuaginta. Guru-guru Yahudi lainnya, baik sebelum dan sesudah Kristus, menekankan perlakuan yang baik terhadap sesama. Rabi Hillel meringkas hukum Taurat dengan bentuk negatif dari Peraturan Emas: "Apa yang engkau benci, jangan lakukan kepada sesamamu."26Rabi Akiba mengatakan bahwa "Engkau harus mengasihi sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri" adalah "prinsip agung dalam Taurat."27Dalam nas yang terkait di dalam injil Lukas, Yesus mendefinisikan "sesama" sebagai siapa saja yang butuh pertolongan dari orang yang memiliki kekuatan (Luk. 10:29-37).
Ayat 40 Yesus menyimpulkan, "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Telah dikatakan bahwa mengasihi Allah memenuhi empat perintah pertama dari Sepuluh Perintah Allah, sedangkan mengasihi sesama memenuhi enam perintah sisanya (Kel. 20:1-17; Ula. 5:6-21). Meski hal ini benar, namun Kristus berkata jauh lebih banyak daripada itu. Di sini "seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" mewakili seluruh Alkitab Ibrani. Kata "tergantung" (krema÷nnumi, kremannumi) dapat juga diterjemahkan "menggantung" (KJV). "Seperti pintu yang menggantung pada engselnya, begitu juga [Perjanjian Lama] menggantung pada dua perintah itu."28
Ahli kitab itu sudah menunjukkan wawasan yang luas dengan menyetujui sepenuh hati jawaban Yesus (Mrk. 12:32, 33). Yesus sangat terkesan terhadap dia sehingga Ia berkata, "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah" (Mrk.12:34).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap ...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:28-22:14
Rangkaian Perumpamaan
Karena tidak mendapat jawaban yang jelas dari para pemimpin Yahudi itu terhadap pertanyaan-Nya tentang baptisan Yohanes, Yesus lalu merespon dengan menghadirkan rangkaian tiga perumpamaan (21:28-22:14).
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
2 Untuk...
Catatan Akhir:
- 1 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 507.
- 2 Untuk kesulitan tekstual dalam ayat-ayat ini, lihat Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament , 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 44-46.
- 3 Matius sendiri pernah menjadi salah satu dari para pengumpul pajak ini, tapi ia telah meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus (9:9).
- 4 Lihat contoh dari Samaria dalam Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 133.
- 5 Ibid., 132.
- 6 Mishnah Baba Bathra 3.1.
- 7 Talmud Baba Bathra 35b.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 540-41.
- 9 Keener, 512.
- 10 Lihat 1 Kings 18:4; 2 Chron. 24:20, 21; Neh. 9:26; Jer. 7:25, 26; 20:1, 2; 25:4; 26:21-23; Mt. 23:37; Lk. 13:34; Heb. 11:32-38.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 620-21.
- 12 Lukas 20:15 sejalan dengan Matius 21:39. Beberapa naskah kuno membalik urutan itu dalam injil Matius, sesuai dengan urutan Markus. (Metzger, 47.)
- 13 Morris, 542.
- 14 Tacitus Annals 14.42.
- 15 Metzger, 47.
- 16 Perumpamaan yang mirip namun berbeda dicatat dalam Lukas 14:15-24. Yesus menceritakan kisah itu sambil makan di rumah orang Farisi yang terkemuka (Luk. 14:1). Literatur rabi yang belakangan juga berisi perumpamaan terkait.(Talmud Shabbath 153a.)
- 17 Diodorus of Sicily 16.91.4-92.1; Pliny Letters 10.116.
- 18 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 205.
- 19 Papirus menjadi saksi kebiasaan ganda dalam menyampaikan undangan di kalangan kelas atas dan kelas bawah. (Keener, 519.) Dalam literatur rabi, beberapa orang tidak mau menghadiri perjamuan kecuali ia diundang dua kali untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dibuat. (Lamentations Rabbah 4.2.) Esther mengundang raja dan Haman ke perjamuan, dan para pejabat kerajaan datang Haman datang keesokan harinya ketika persiapan telah dibuat (Ester 5:8; 6:14).
- 20 Ini bukan untuk mengatakan bahwa utusan seperti itu tidak pernah dianiaya. Josephus melaporkan bahwa kaum Israel mengejek utusan Raja Hizkia, menertawai mereka dengan menghina dan mengejek mereka sebagai orang bodoh. (Josephus Antiquities 9.13.2.)
- 21 Yos. 6:24; 8:28; 11:11, 13; 1 Sam. 30:1; 1 Raja 9:16; 2 Raja 25:9; 2 Taw. 36:19; Neh. 1:3; 2:17; 4:2; P s. 74:7, 8; Yes. 1:7; 64:11; Yer. 38:23; 39:8; 46:19; 52:13; Amos 1:7, 10, 12.
- 22 Untuk catatan tentang kehancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh Titus, lihat Josephus Wars 5, 6.
- 23 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 244. The AB has "the thoroughfares where they leave the city."
- 24 Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 438.
- 25 Talmud Shabbath 152b.
- 26 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 302-3.
- 27 Gambaran tentang pakaian tambahan muncul dalam kitab Wahyu. Orang-orang kudus "telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" (Why. 7:14). Mereka yang "tidak mencemarkan pakaiannya; … akan berjalan dengan [Kristus] dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu" (Why. 3:4). Orang "yang menang, ia akan dikenakan pakaian putih" (Why. 3:5). Kristus mendorong umat-Nya untuk mendapatkan pakaian putih dari Dia untuk dipakai oleh mereka (Why. 3:18).
- 28 Lihat Bauer, 901.
- 29 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 252.
- 30 Morris, 552.
- 31 Elizabeth Armstrong Reed and Graeme Mercer Adam, Daniel Webster: A Character Sketch (Chicago: H. G. Campbell Publishing Co., 1903), 123.
- 32 Charlotte G. Homer, "Come to the Feast," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 33 D. L. Moody, The Overcoming Life, ed. Gene Fedele (Orlando, Fla.: Bridge-Logos Publishing, 2007), 216, 273.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) "Datanglah ke perjamuan" (Matius 22:4)
Raja mengutus hamba-hambanya, mengundang para tamu untuk makan malam yang sudah dihidangkan. Ia berk...
"Datanglah ke perjamuan" (Matius 22:4)
Raja mengutus hamba-hambanya, mengundang para tamu untuk makan malam yang sudah dihidangkan. Ia berkata, "Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan" (22:4). Dalam cara yang sama, sebuah himne lama mendorong kita, "Segalanya sudah siap, datanglah ke perjamuan."32Persiapan sorgawi sudah dilakukan oleh Yesus sendiri (Yoh. 14:1-3). Kita harus menerima undangan-Nya dan menyiapkan hati kita untuk masuk sorga. Telah dikatakan bahwa "sorga adalah tempat yang dipersiapkan bagi orang-orang yang melakukan persiapan"33Yesus memberitahu jemaat Laodikia, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Why. 3:20).
ENAM BELAS PERUMPAMAAN DALAM INJIL MATIUS*
Penabur Mat 13:1-9; 18-23
Benih Lalang 13:24-30, 36-43
Biji Sesawi 13:31, 32
Ragi 13:33
Harta Yang Terpendam 13:44
Mutiara Yang Indah 13:45, 46
Pukat 13:47-50
Tuan Rumah 13:51, 52
Hamba Yang Jahat 18:23-35
Pekerja Di Kebun Anggur 20:1-16
Dua Anak Laki-Laki 21:28-32
Pemilik Tanah & Kebun Anggur 21:33-41
Perkawinan Anak Raja 22:2-14
Sepuluh Gadis 25:1-13
Talenta 25:14-30
Gembala Memisahkan Domba dan Kambing 25:31-46
* "Perumpamaan-perumpamaan" yang lain bersifat ilustrasi atau perkataan yang sulit dimengerti: 7:24-27; 9:15, 16, 17; 11:16, 17; 12:29, 43-45; 15:10-20; 24:32-35, 36-41, 42-44, 45-51.
NUBUATAN PERJANJIAN LAMA YANG DIGENAPI DALAM MATIUS
Mat 1:22, 23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, …"(lihat Yes. 7:14).
Mat 2:5, 6 "Karena dari padamulah [Betlehem] akan bangkit seorang pemimpin, …"(lihat Mik. 5:2).
Mat 2:15 "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku" (lihat Hos. 11:1).
Mat 2:17, 18 ""Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; …"(lihat Yer. 31:15).
Mat 2:23 "Ia akan disebut: Orang Nazaret." *
Mat 3:3 "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: …" (lihat Yes. 40:3).
Mat 4:14-16 "…Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, … melihat Terang yang besar"(Lihat Yes. 9:1, 2).
Mat 8:17 "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (lihat Yes. 53:4).
Mat 10:35, 36 "Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, …"(lihat Mik. 7:6).
Mat 11:4, 5 "… orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, … dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (lihat Yes. 29:18, 19; 35:5, 6; 61:1).
Mat 11:10 "Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, …" (lihat Mal. 3:1).
Mat 11:29 Jiwamu akan mendapat ketenangan" (lihat Yer. 6:16).
Mat 12:17-21. "… Aku akan menaruh roh-Ku ke atas [Hamba-Ku] …" (lihat Yes. 42:1-4).
Mat 13:14, 15 "Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, …" (lihat Yes. 6:9, 10).
Mat 13:35 "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, …" (lihat Maz. 78:2).
Mat 15:7-9 "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku …"(lihat Yes. 29:13).
Mat 21:4, 5 "… Lihat, Rajamu datang kepadamu, … mengendarai seekor keledai …" (lihat Zak. 9:9).
Mat 21:9 "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan" (lihat Maz. 118:26).
Mat 21:13 "Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun" (Yes. 56:7; Yer. 7:11).
Mat 21:16 "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian? (lihat Maz. 8:2).
Mat 21:42 "Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru …" (lihat Maz. 118:22, 23).
Mat 26:31 "Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai" (lihat Zak. 13:7).
Mat 27:9, 10 "Mereka menerima tiga puluh uang perak, … dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, …" (lihat Zak. 11:12, 13; Yer. 19:1-13; 32:6-9).
* Tidak ada nas Perjanjian Lama yang berisi nubuatan khusus ini (lihat komentar tentang Mat 2:23).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 22:15-46
Jawaban Yesus Kepada Musuh-Musuhnya
Pasal ini menceritakan beberapa konflik yang di dalamnya lawan-lawan ...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 22:15-46
Jawaban Yesus Kepada Musuh-Musuhnya
Pasal ini menceritakan beberapa konflik yang di dalamnya lawan-lawan Yesus berusaha mempermalukan Dia. Lawan-lawan ini mencakup orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian (22:15-22), orang-orang Saduki (22:23-33), dan seorang Farisi yang ahli hukum Taurat (22:34-40). Pasal ini diakhiri dengan Yesus membungkam orang-orang Farisi itu dengan pertanyaan tentang "Kristus" (22:41-46).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) DUA PERTANYAAN BODOH DAN DUA PERTANYAAN BIJAK (Matius 22:15-46)
Musuh-musuh bebuyutan membuat persekutuan yang aneh. Musuh-musuh Yesus itu bekerja sa...
DUA PERTANYAAN BODOH DAN DUA PERTANYAAN BIJAK (Matius 22:15-46)
Musuh-musuh bebuyutan membuat persekutuan yang aneh. Musuh-musuh Yesus itu bekerja sama dengan cara mengajukan pelbagai pertanyan yang menjebak kepada Dia. Mereka bertanya apakah boleh atau tidak membayar pajak perorangan kepada Kaisar (22:15-22). Ia tidak akan tertipu oleh pertanyaan ini. Mereka juga bertanya berapa banyak suami yang seorang perempuan bisa miliki di sorga (22:23-33). Yesus menjawab, pada dasarnya, "Kalian ini memalukan sebab tidak tahu isi Alkitab kalian!"
Dua dari pertanyaan-pertanyaan hebat yang pernah ditanyakan ditemukan dalam 22:34-46. Yesus memberikan dua jawaban hebat dalam 22:37-40. Kepada ahli Taurat yang bertanya, "Hukum manakah yang paling besar?" (22:36), Yesus menjelaskan bahwa kasih agape adalah dasar bagi semua yang Allah minta dari kita. Kita perlu menanya diri kita sendiri pertanyaan kedua "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?"(22:42)—sebab jawabannya memiliki implikasi yang kekal. Yesus adalah Anak Allah, dan kita harus mendengarkan dan menaati suara-Nya (lihat 17:5).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) PERTANYAAN TENTANG MEMBAYAR PAJAK (Matius 22:15-22)
Yesus tidak pernah menentang pembayaran pajak. Ia memanggil Matius, seorang pemungut pajak, untuk...
PERTANYAAN TENTANG MEMBAYAR PAJAK (Matius 22:15-22)
Yesus tidak pernah menentang pembayaran pajak. Ia memanggil Matius, seorang pemungut pajak, untuk menjadi salah satu rasul pilihan-Nya (9:9). Ia menerima orang-orang cukai (para pemungut pajak) dan orang-orang berdosa, dan Ia mengasihi Zakheus, kepala pemungut cukai di Yerikho (Luk. 19:1-10). Perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai menggambarkan pemungut cukai sebagai orang yang dibenarkan dan orang Farisi sebagai orang yang dihukum (Luk 18:9-14). Sebagai tambahan bagi fakta bahwa Yesus membayar pajak perorangan yang dibenci orang Yahudi, yang adalah untuk kepentingan negara, Ia juga membayar pajak bait suci, yang menopang kehidupan para imam yang korup (17:24-27).
Setiap orang Kristen harus membayar pajak kepada pemerintah apa saja yang berkuasa. Yesus tidak membuat pengecualian terhadap peraturan "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar," bahkan di bawah penguasa yang menghujat, penyembah berhala. Paulus, sewaktu hidup di bawah pemerintah Romawi yang kafir, memberikan perintah universal bagi orang Kristen untuk tunduk kepada semua kuasa yang memerintah, karena semua kuasa ini "ditetapkan oleh Allah" (Roma 13:1). Petrus setuju dengan nasihat ini (1 Pet. 2:13-15). Melawan pemerintah adalah melawan Allah, dan menolak membayar pajak adalah melawan perintah Allah. Meski para penguasa memiliki hak untuk menetapkan pajak, mereka tidak memiliki hak untuk mengganggu praktik agama. Ketika mereka melakukannya, mereka melangkah di luar batas-batas yang Allah telah berikan kepada mereka. Barulah orang Kristen berhak dan bertanggungjawab untuk menentang.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Orang-orang Farisi menerima pendudukan Romawi sebagai kejahatan yang diperlukan, tetapi itu tidak berarti mereka mendukung Herodes...
Catatan Akhir:
- 1 Orang-orang Farisi menerima pendudukan Romawi sebagai kejahatan yang diperlukan, tetapi itu tidak berarti mereka mendukung Herodes.
- 2 Orang-orang Farisi itu juga bergabung dengan orang-orang Saduki dalam perlawanan mereka terhadap Yesus (lihat komentar tentang 16:1).
- 3 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 524, n. 200. Sanjungan dibahas seara tuntas dalam Plutarch Moralia 48E-74E (How to Tell a Flatterer from a Friend ).
- 4 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 100.
- 5 Josephus Antiquities 18.1.1; Wars 2.8.1.
- 6 Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 26.
- 7 Ibid., 86.
- 8 Prinsip tentang pemerintah adalah dari Allah (Dan. 2:21, 37, 38; Rom. 13:1-7; 1 Pet. 2:13-17). Pemerintah sering menyediakan perlindungan berupa tentara, pasukan polisi, jalan yang baik, dan sistem peradilan. Lembaga-lembaga ini harus dibiayai oleh rakyat.
- 9 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 557.
- 10 Lewis, 101.
- 11 Josephus Antiquities 18.1.4.
- 12 Josephus Wars 2.8.14.
- 13 Mishnah Sanhedrin 10.1.
- 14 Tobit 3:7-9.
- 15 Lewis, 103.
- 16 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 209.
- 17 Rupanya, orang-orang Saduki tidak percaya juga kepada malaikat (Kisah . 23:8), meski malaikat sering disebut dalam Pentateukh (Kej. 16:7; 19:1; 21:17; 22:11; 24:7; 28:12; 31:11; 32:1; 48:16; Kel. 3:2; 14:19; 23:20; 32:34; 33:2; Bil. 20:16; 22:22).
- 18 Talmud Berakoth 17a.
- 19 Ayub 14:14; 19:25-27; Maz. 16:9-11; 17:15; 49:15; 73:24-26; Is. 25:8; 26:19; 53:10; Yeh. 37:1-14; Dan. 12:1-3, 13; Hos. 6:2; 13:14.
- 20 Talmud Sanhedrin 90b.
- 21 Nas rabi yang lain mengutip Ulangan 32:39, di mana Allah berkata, "Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku [yang] meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan" (Talmud Pesahim 68a).
- 22 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 48-49.
- 23 Talmud Berakoth 63a.
- 24 Talmud Makkoth 24a.
- 25 Beberapa teks dalam Pseudepigrafa juga menggabungkan gagasan mengasihi Allah dan mengasihi sesama. (Testament of Issachar 5.2; 7.6; Testament of Dan 5.3.)
- 26 Talmud Shabbath 31a.
- 27 Genesis Rabbah 24.7.
- 28 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 566.
- 29 Lewis, 107.
- 30 Mat. 26:64; Mrk. 12:36; 14:62; 16:19; Luk. 20:42, 43; 22:69; Kisah 2:34, 35; 1 Kor. 15:25; Efe. 1:20, 22; Kol. 3:1; Ibr. 1:3, 13; 8:1; 10:12, 13; 12:2.
- 31 Untuk contoh, lihat Alfred J. Hoerth, Archaeology and the Old Testament (Grand Rapids, Mich.: Baker Books, 1998), 213
- 32 Sebuah traktat dalam Mishnah, Yebamoth , didedikasikan untuk masalah pernikahan turun ranjang.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Kebangkitan ORANG MATI (Matius 22:23-33)
Bagaimana bisa pengiman Allah tidak percaya kepada kebangkitan atau kehidupan setelah kematian? Paulus menju...
Kebangkitan ORANG MATI (Matius 22:23-33)
Bagaimana bisa pengiman Allah tidak percaya kepada kebangkitan atau kehidupan setelah kematian? Paulus menjumpai beberapa orang Kristen di Korintus yang tidak percaya kepada kebangkitan. Mereka itu mungkin telah dipengaruhi oleh filsafat Yunani, yang mengatakan tubuh adalah dosa dan memandang roh sebagai semacam energi yang keluar dari tubuh pada saat kematian. Energi ini dikatakan diserap ke dalam energi alam atau oleh ilah yang membentuk seluruh alam semesta. Ajaran yang Paulus berikan kepada jemaat di Korintus membantah pemikiran orang-orang Saduki atau yang lainnya yang meragukan kebangkitan orang mati.
Mereka di Korintus yang tidak percaya kepada kebangkitan tampaknya tidak menolak kebangkitan Kristus, tetapi kebangkitan mereka sendiri nantinya. Paulus mengatakan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka kita juga tidak akan dibangkitkan; tetapi jika Ia dibangkitkan, kita juga akan dibangkitkan (1 Kor 15:12-19.). Paulus memberikan tujuh kesimpulan kebangkitan orang mati:
- 1. Jika Kristus sudah dibangkitkan dari antara orang mati, yang diterima oleh saudara-saudara di Korintus ketika mereka menjadi orang Kristen, maka mereka tidak bisa menyangkal kebangkitan.
- 2. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka tidak akan ada orang lain mana saja yang akan dibangkitkan. Paulus selanjutnya mengetengahkan pelbagai konsekuensi dari menerima kesimpulan itu.
- 3. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka pemberitaan injil adalah sia -sia, tugas hampa.
- 4. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka Paulus dan semua yang lainnya yang mengatakan mereka saksi mata bagi Kristus yang bangkit adalah pembohong.
- 5. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka iman mereka adalah kosong dan tanpa makna. Apa gunanya berharap kepada orang yang mati dan tidak hidup lagi? Semua orang mati. Jika Yesus tidak bangkit dari kematian, Ia tidak lebih baik daripada orang lain yang disebut juruselamat.
- 6. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka kita masih berada dalam dosa-dosa kita dan tanpa pengharapan keselamatan, sebab darah-Nya tidak memiliki kuasa untuk menyucikan kita dari dosa-dosa kita.
- 7. Mungkin akibat yang paling mengganggu, jika Kristus tidak dibangkitkan, adalah bahwa mereka yang telah mati dalam Tuhan sudah binasa begitu saja—karena tidak ada harapan setelah kematian.
Setelah argumen yang kuat yang mendukung kebangkitan Kristus, Paulus selanjutnya menyimpulkan, "Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1 Kor. 15:19). Ia menyatakan bahwa "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (1 Kor. 15:20).
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Hukum Turun Ranjang (Matius 22:23-28)
Insiden yang melibatkan Onan, anak Yehuda, adalah contoh yang menggambarkan Allah menghormati adat turun ranjan...
Hukum Turun Ranjang (Matius 22:23-28)
Insiden yang melibatkan Onan, anak Yehuda, adalah contoh yang menggambarkan Allah menghormati adat turun ranjang jauh sebelum Ia menyuruh Musa untuk memasukkan hukum itu ke dalam hukum Taurat. Tindakan Onan yang "membiarkan maninya terbuang" sangat tidak menyukakan Allah sehingga Ia membunuh dia (Kej. 38:8-10).
Contoh lain tentang pelaksanaan adat ini ditemukan di dalam Kitab Rut. Setelah Mahlon suami Rut meninggal, Naomi ibu mertuanya menyesali fakta bahwa ia tidak memiliki anak laki-laki lain yang bisa menikahi Rut untuk menjalankan peran seorang saudara ipar (Rut 1:11-13). Pada akhirnya, Boas, seorang kerabat dari suami Rut, menikahi dia. Boas pertama kali harus memastikan tidak ada saudara laki-laki lain yang lebih dekat dengan Mahlon yang berkeinginan untuk memperisteri Rut. Ketika hal itu sudah pasti, ia mengambil Rut sebagai isterinya (Rut 4:1-10). Dengan demikian, perempuan Moab ini menjadi nenek moyang Raja Daud dan, pada akhirnya, Yesus Kristus (Rut 4:17, 22; Mat 1:5, 6, 16).
Beberapa orang mempertanyakan apakah hukum turun ranjang itu berlaku selama zaman Kristus. Tidak ada alasan untuk tidak memberlakukan hukum itu, dan orang-orang Saduki menghormati hukum itu oleh karena rasa hormat mereka kepada kitab Pentateukh.32
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) KASIH (Matius 22:34-40)
Yesus mengidentifikasi dua perintah besar dalam Matius 22:37-39. Alkitab berbicara banyak tentang perintah-perintah ini (Yos....
KASIH (Matius 22:34-40)
Yesus mengidentifikasi dua perintah besar dalam Matius 22:37-39. Alkitab berbicara banyak tentang perintah-perintah ini (Yos. 22:5; Maz. 31:23; Yoh. 14:15, 21, 23; Rom. 8:28; Yak. 1:12; 2:5; 1 Yoh. 4:8, 19, 21). Keduanya melibatkan kasih. Mari kita periksa tiga kualitas kasih.
- 1. Kasih adalah sesuatu yang kita pelajari. Kita tidak dilahirkan dengan langsung mempraktikkan kasih. Perintah untuk mengasihi orang lain adalah untuk kita hari ini serta untuk para pendengar Yesus waktu itu.
- 2. Kasih adalah sesuatu yang kita lakukan . Kasih itu proaktif. Jika tindakan kita tidak mengandung kasih, maka apa yang kita katakan tidak berarti apa-apa.
- 3. Kasih adalah satu-satunya harapan bagi dunia ini. Dunia kita harus menemukan kembali kasih. Penting bagi dunia untuk datang mengenal Yesus Kristus sebab Ia menyontohkan kasih.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi